BAB 2 - Ahmad Nur Wahid

9 0 0
                                    

Perempuan itu terus saja menatapku dengan tajam dengan terus berdiri di depan pintu kelas.

Hal tersebut membuatku sangat terganggu, karena sudah tidak tahan lagi aku mulai bertanya.

"Apa masalahmu?"

"Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau menatapku dengan pandangan yang sama sekali tidak membuatku nyaman?"

"Aku? Aku tidak-"

Tunggu sebentar, benar juga. Ketika sorotan matanya tertuju aku juga tidak menyadarinya jika pandanganku terus saja tertuju ke matanya.

"Baiklah. Kau benar."

"Hoho... Begitulah seharusnya. Di dunia yang fana ini perempuan adalah nomer satu."

Biar ku perjelas. Dia adalah Cintia, perempuan yang memilki kepribadian seperti anak laki-laki. Dia juga menjadi salah satu pusat perhatian di seluruh kelas XI C karena tomboinya dia. Tinggi sekitar 158 cm dengan postur tubuh yang ideal, memiliki rambut hitam lebat sepunggung bagian atas. Model rambut selalu dikucir seperti ekor kuda. Pintar dalam berbagai macam hal khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dia juga orang yang sangat bersemangat.

"Haha.. begitu. Baiklah, bisa kah kalian minggir dari pintu. Kalian membuatku tidak bisa keluar. Ketua, kau seharusnya tidak perlu mengikutinya."

"Kau tidak perlu keluar. Jika kau ingin ke kamar mandi itu memerlukan waktu sekitar 2 menit. Dengan waktu berangkat dan kembali ke kamar mandi itu artinya kau akan memakan waktu sekitar 4 menit. Belum lagi waktu yang ditambah saat kau menggunakannya itu akan menjadi sekitar 5 sampai 6 menit. Padahal 3 menit lagi waktu istirahat kita akan selesai."

"Oh! Kau pandai, Novi! Aku bahkan tidak pernah menghitung waktu lama yang ku pergunakan untuk pergi ke kamar mandi." Cintia merasa terkagum dengan pemikiran sahabatnya Novi.

"Bukankah itu hal biasa?"

"Dasar anak jenius. Entah kenapa aku merasa jengkel saat mendengarnya." Gumamku.

Dia Novi. Ketua kelas di XI C. Tubuhnya tergolong paling mungil di kelas yaitu sekitar 146 cm. Memiliki rambut yang mengombak seleher. Dia selalu mengenakan kacamata dan aksesoris bando di kepalanya. Ekspresi wajahnya sama sepertiku yang selalu datar. Sifatnya cenderung pendiam. Walaupun demikian, dia adalah anak terpintar di kelas XI C. Karena kepintarannya tersebut dia selalu mendapatkan peringkat pertama dari tingkat SD sampai saat ini. Dia juga selalu mendapatkan tawaran untuk pindah ke sekolah yang lebih tinggi seperti sekolah internasional yang sangat elit di luar negeri. Tapi dengan suatu alasan tertentu dia selalu menolak tawaran tersebut.

"Entah apa yang kau maksud pandai itu. Setidaknya berikan aku jalan untuk keluar. Aku ingin segera membuang hajat di kamar mandi."

Mencoba membuatku merasa marah Cintia seolah mengeluarkan ekspresi terkejutnya.

"Hee..!! Kau ingin melakukan hal bejat di kamar mandi? Sungguh tak beradab!"

Mendengar hal yang tak mengenakkan marahku akhirnya keluar dengan sendirinya.

"Aku ingin membuang hajat! Kau dengar! Hajat! Bukan melakukan hal yang bejat!"

"Haha.. jangan terlalu formal begitu. Kau tahu? Bahkan Novi sepertinya ingin memberitahumu sesuatu."

"Benarkah? Apa itu ketua?"

"Kau akan ku laporkan karena akan melakukan hal yang bejat di sekolah."

"Kau tidak perlu mendengar perkataan dari orang ini!" Geramku.

"Haha... Sukses dua kali." Cintia yang merasa senang dengan perbuatannya.

Tidak. Aku sangat tidak menyukai ini. Setiap hari aku merasa seperti dibully. Walaupun itu cuma menggunakan perkataan tapi tetap saja aku tidak nyaman dengan semua ini. Aku ingin sekali keluar dari lingkaran yang terus saja menggangguku. Aku hanya ingin ketenangan dengan menghabiskan waktu dengan membaca.

Hello, Single!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang