BAB 1 - Meragukan

9 0 0
                                    

Rabu, 3 Agustus

Pada hari itu berita soal penyihir terus saja diperbincangkan oleh penghuni kelas XI C. Dari yang aku lihat, mereka terus saja merasa gelisah. Khususnya untuk para kaum hawa, mereka terus saja memucatkan wajah setiap saat. Lalu untuk kaum Adam mereka tidak terlalu peduli untuk urusan tersebut. Walaupun sebagian ada yang sangat menginginkannya.

"Ada apa? Sepertinya kau terus saja memandangi mereka. Apa perbincangan mereka membuatmu penasaran?"

Sial. Aku terlalu lama memandang 3 wanita bermasalah itu. Sampai-sampai aku terpergok oleh seseorang. Orang yang selalu saja ingin berbicara denganku. Memiliki tinggi sekitar 170 cm, memiliki postur tubuh yang tegak, jika dilihat dia memiliki kepribadian yang sempurna, tidak pernah merasakan kesusahan, wajahnya selalu tampak bersinar. Sebut saja namanya adalah Hendra.

"Tidak juga." Jawabku dengan santai.

"Lalu kenapa kau lama sekali memandang mereka, Ahmad?"

"Itu bukan urusanmu. Aku juga dianugerahi sepasang mata, tidak salahnya kan jika aku melihat mereka."

"He.. Walaupun kau pendiam, aku terkejut kau bisa berbicara sedikit kasar. Apa kami mengganggumu?"

"Ya. Benar. Kalian mengganggu waktu membacaku. Jadi, bisakah kalian pergi?"

"Hey, jangan terlalu kaku seperti itu. Jika seperti ini terus kau tidak akan mendapat teman."

Kali ini yang berbicara denganku bukanlah Hendra. Masih ada 2 orang lagi dibelakangnya. Salah satunya saat ini dia sedang menasehatiku.

Kupandang dia dengan tatapan ku yang sama sekali tidak ada ekspresi. Dengan kata lain 'tatapan datar'.

"Dani kan?"

"Ya, aku Dani."

"Lalu tidak masalah kan jika aku tidak punya teman? Lagi pula aku selalu sibuk. Jadi soal bermain dengan teman itu rasanya mustahil."

Ya, dia adalah Dani, mempunyai tinggi badan sepertiku sekitar 163 cm, model rambut tidak beraturan, selalu memiliki pancaran mata yang tajam, kulit sawo matang, entah disengaja atau tidak saat dia ke sekolah selalu saja datang terlambat, dia adalah orang paling berpengaruh diantara mereka.

"Aku tidak mengerti apa arti kata 'sibuk' yang kau katakan. Harus kuakui kau sedang membaca, tetapi lihat buku itu! Bukankah kau membaca komik?"

"Ya ini komik. Apa kau juga ingin membacanya."

"Maaf aku tidak tertarik."

Kupalingkan wajah dengan merasa kesal sambil bekata "Cih!"

"Apa maksudmu 'cih'?"

"Kau mengesalkan."

"Segitunya kah kau membenciku? Ya Ampun. Aku tidak habis pikir kenapa ada orang yang sangat misterius di kelas ini."

"Maaf saja jika aku ini misterius. Lagipula aku sudah bilang kan aku sedang sibuk."

"Jika kau sibuk bukankah kami juga bisa membantu? Aku tahu! Kau sedang sibuk membuat materi komik untuk karyamu selanjutnya kan?"

Satu orang lagi, Ade. Orang yang selalu bersama dengan 2 orang menyusahkan ini, tinggi 159 cm, memiliki rambut yang rapi, postur tubuh langsing, memiliki mata yang berbinar-binar, kulit putih, dan satu hal lagi dia sangat cantik. Saking cantiknya dia selalu menjadi pusat perhatian di seluruh kelas. Tetapi...

"K-kau tidak perlu melakukan itu. A-aku memang sedang mencari bahan materi untuk karya komikku selanjutnya." Sial. Saat aku berbicara dengannya wajahku menjadi merah.

Hello, Single!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang