delapan

149 14 0
                                    


**

"Ini." Sambil menyodorkan sesuatu untuk Akeyla.

"Apa ini?" Akeyla kebingungan. Iqbaal kesini tujuannya bener-bener ngejenguk, apa khawatir nih?! Akeyla mulai ge-er.

"Ada bubur, sama buah naga. Lo suka buah naga kan?" Iqbaal bertanya sambil menatap mata yang indah itu.

"I-iya. Kok tau?"

"Gue nanya ke temen lo. Dimakan ya, gue udah jauh-jauh dari sekolah terus ke supermarket beli buah, terus nyari tukang bubur yang jam segini kan susah. Elo itu sangat-sangat." Belum selesai menuntaskan perkataannya, Akeyla memotongnya.

"Sangat apa? Cantik? Manis? Baik? Gue tau itu kok. By the way, makasih kak. Maaf udah ngerepotin." Akeyla tersenyum. Memperlihatkan senyum terbaiknya.

"Always."

"Always apa?" Akeyla kembali bertanya.

"Ngerepotin orang. Udah ah gue mau balik."

Akeyla membuang nafasnya dengan kasar. Menjengkelkan sekali. Padahal baru saja tadi dia merasa diatas awan, dan sekarang dia merasakan di tepi jurang yang sedang tersangkut ranting.

"Makasih kak udah mampir." Akeyla memberikan senyum kepada Iqbaal. Meksipun tadi dia dibuatnya jengkel, yang penting sekarang dia bahagia.

"Hm." Iqbaal tidak membalas senyum Akeyla. Lalu, dia berjalan kearah motor. Memakai helm, menyalakan mesin, langsung tancap gas.

Dia benar-benar tidak peduli.

Saat Akeyla akan masuk tiba-tiba suara Jihan terdengar. Akeyla pun menoleh. Benar sekali, mereka sudah datang.

**

Hari berganti dengan cepat. Akeyla sudah sembuh dari sakitnya. Diliriknya jam, bangun lalu bersiap-siap untuk sekolah. Akeyla tidak sabar bertemu dengan teman barunya.

Disekolah ia telah disambut dengan sahabatnya Jihan dan Aqila. Mereka tersenyum, akhirnya lengkap sudah.

Bel pun berdering, Akeyla mengikuti pelajaran dengan penuh semangat. Awal yang baru untuk membuat perubahan. Akeyla tidak mau menjadi orang pemalas. Diliriknya Aqila yang sedang bermain handphone. Lalu, Akeyla melirik Jihan, sahabatnya yang satu ini sangat rajin. Akeyla melihat sepenjuru ruangan, dan Akeyla menangkap seseorang yang sedang berjalan melewati kelas Akeyla. Iqbaal, satu nama yang membuat jantung Akeyla tidak karuan. Akeyla melihatnya, Iqbaal tidak menyadari nya. Dia tetap berjalan kedepan, tanpa melihat suasana sekitar.

Bel istirahat berdering. Semua orang bergegas ke kantin. Akeyla telah sampai dikantin duluan, dilihatnya penjuru kantin, ia melihat Iqbaal dan kawan-kawan. Orang yang disukainya empat bulan yang lalu. Entah bagaimana bisa, dia jatuh cinta kepada seseorang yang ia tidak mengenalinya. Tapi, saat dia pergi, Akeyla terus saja dihantui dengan sosok Iqbaal.

Akeyla mencari tempat duduk. Sedangkan Jihan memesan pesanan. Aqila? Tentu saja sedang mengobrol bersama kak Deno. Enak ya jadi Aqila, di pikir-pikir dia bisa berada dekat dengan orang yang disukainya. Akhir-akhir ini Aqila memang sedang dekat dengan kak Deno, Akeyla dengan Jihan memakluminya.

Iqbaal pov.

Gue melihat gerak-gerik itu. Dia melihat kearah meja gue. Gue menyadari itu, sebelum elo sadar. Gue tersenyum. Cinta itu bingung, bukan? Hati ini masih punya Asya. Tolong elo, jangan mengetuk pintu hati ini terus-menerus. Lo bakal gagal, karena memang begitu. Gue masih ngarepin Asya. Gue bukan gak mau move on, cuman belum siap aja. Hati ini pernah tercabik-cabik dan sampai saat ini, hati ini terluka. Cuman Asya yang bisa nyembuhin. Kumohon elo menyerah aja.

Pengagum Rahasia - IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang