Enam

435 52 3
                                    

Suara khas Choi Ji Rim menggema dipenjuru ruangan. "Shin Hye Won!!!" Choi Ji Rim menabrakkan tubuhnya ke tubuh tamunya. Hye Won terhuyung sedikit,tangan Ji Hoon langsung sigap menahan punggung wanita itu.

"Ji Rim Unni." Hye Won hanya dapat bergumam.

"Noona lepaskan Hye Won. Kasihan Ji Woon,nanti ia bangun." Kali ini suara Ji Hoon yang terdengar.

Ji Rim segera tersadar. "Maafkan aku. Aku hanya sangat merindukanmu, Hye Won-ah. Berapa tahun kita tidak bertemu? 5? 6? 7tahun?"

"6 tahun Unni."

"Betul sekali. Oh ya, ayo duduk. Suamiku sedang mandi dan Soo Ah sudah tidur." Mereka bertiga berjalan beriringan ke arah sofa.

"Kalian sudah seperti keluarga saja. Ibu mengendong anaknya, ayah membawa barang." Ucap Ji Rim saat mereka sudah duduk di sofa, yang ditanggapi senyum tipis oleh Ji Hoon dan Hye Won. Tapi Ji Rim tau senyum mereka berbeda arti meskipun serupa layaknya anak kembar juga memiliki perbedaan.

"Jadi ini teman Soo Ah.. Wow.. ia tampan sekali!!" Ji Rim mengamati wajah polos Ji Woon yang tertidur pulas. Ji Rim menyadari teman anaknya itu sangat mirip bahkan seperti jiplakan adiknya saat balita, ia akan menanyakannya pada Hye Won.

"Terima kasih Unni. Maaf bila aku merepotkanmu saat aku ke Indonesia. Adikmu itu memaksaku merepotkanmu."

"Tidak Hye Won-ah. Aku tidak merasa direpotkan, lagian Soo Ah pasti senang." Tatapan Ji Rim beralih ke adiknya. "Gomawo sudah memaksanya,aku tau wanita ini keras kepala." Wanita itu berucap seolah-olah tidak ada Hye Won diantara mereka.

"Betul Noona. Dia keras kepala sekali." Beginilah bila kedua saudara Choi berkumpul bersekongkol dan saling meledek. Inilah yang disukai Hye Won dari keluarga Choi. Kerukunan. Mereka saling menjaga satu dengan yang lain.

Hye Won pura-pura merajuk seraya mengerucutkan bibirnya.
Ji Rim tertawa sedangkan Ji Hoon hanya mengamatinya. Karena bila bibir Hye Won seperti itu ia tak segan-segan mengecup bibir penuh itu yang menyebabkan muka imutnya semerah tomat. Tapi sekarang ia tak bisa melakukannya.

"Sudahlah. Kalian istirahatlah, kamar Hye Won disitu." Ji Rim menunjuk salah satu pintu di dekat tangga lantai 2 "Kamar Ji Hoon disebelahnya, jadi Hye Won-ah, kunci pintunya. Berhati-hatilah." Ji Hoon memutar matanya, Choi Ji Rim memang wanita yang blak-blakkan. "Kamarku di lantai 3."

"Baiklah Unni, Gomawo.." Mereka berpelukan sekilas sambil saling mengucapkan 'selamat malam'. Ji Hoon juga melakukannya tentu dengan Noonanya.

***

Angin kencang menyambut kedatangan Choi Ji Hoon,Shin Hye Won,Kim Dong Jae, serta Park Eun Ri. Setelah perjalanan berjam-jam perjalanan akhirnya mereka sampai di bandara Ngurah Rai Bali,Indonesia.

Tatapan semua orang dibandara tak lepas dari mereka berempat, terutama pada Sajangnim mereka yang menggenakan parkah cokelat muda yang menunjukkan dia berasal dari luar negeri ditambah tatanan rambutnya dan kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya membuat semua orang tak berkedip.

Seorang pria berumur akhir 20an berjalan mendekati mereka. "Selamat Pagi Mr. Choi." Sapanya dengan bahasa Indonesia yang kental.

"Selamat pagi Gerald." Balas Ji Hoon dengan bahasa Indonesia yang fasih. Ji Hoon berpelukan singkat dengan pria itu membuat dua wanita dihadapannya bingung tapi tidak dengan Dong Jae,lalu menatap tiga orang yang datang bersamanya. "Kenalkan ini Gerald orang kepercayaanku yang mengurus pembangunan dan mengelola cabang hotel yang akan dibangun di Bali ini." Ia kembali menggunakan bahasa Korea.

Memang mereka berempat ke Indonesia untuk mengurus pembangunan cabang hotel yang akan dibangun di Bali.

Jangan heran Ji Hoon akan membangun hotel di Bali ini. Karena Ji Hoon memiliki berbagai perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti property, manufaktur,fashion,dan sebagainya. Ia juga memiliki hotel serta restoran yang tersebar di seluruh dunia di umurnya yang menginjak 28 tahun.

"Selamat pagi. Nama saya Geraldo Widjaja. Panggil aja Gerald." Ucap pria itu dengan bahasa Korea yang cukup fasih.

"Hai aku Shin Hye Won. Senang berkenalan denganmu." Hye Won berbicara dengan bahasa Indonesia yang hmm... bisa dibilang cukup fasih.

"Kau bisa bahasa Indonesia?" Tanya Eun Ri.

"Nenekku orang Indonesia, jadi Omma mengajarkan bahasa Indonesia kepadaku." Jawaban Hye Won sukses membuat orang disekitarnya cukup terkejut.

Eun Ri segera memperkenalkan dirinya setelah sadar dari rasa terkejutnya. Kali ini tentu dengan bahasa Korea.

Dong Jae memeluk pria itu sekilas. "Hai bro,lama tidak bertemu." Dong Jae menyadari tatapan heran yang terang-terangan dilontarkan oleh dua wanita yang datang bersamanya.

"Gerald adalah temanku saat aku S2 di Amerika dulu. Jadi aku, Dong Jae, dan Gerald adalah sahabat." Sahut Ji Hoon tiba-tiba yang juga menyadari tatapan dua wanita itu.

"Ohh." Hye Won dan Eun Ri hanya ber-oh ria.

"Kalau begitu aku akan mengantar kalian ke villa." Ajak Gerald.

"Villa?" Celetuk Hye Won.

"Wanita ini selalu ceplas ceplos juga tak bisa menyembunyikan ekspresi dan perasaannya sejak dulu." Batin Ji Hoon sambil tersenyum tipis.

"Iya, villa Sajangnimmu itu." Gerald menunjuk Ji Hoon dengan dagunya.

"Ah yaa..Aku baru ingat ia punya aset dimana-mana." Hye Won mengusap-usap tenguknya sambil menyengir menunjukkan deretan gigi putih bersihnya.

"Ayo berangkat!" Ji Hoon berjalan mendahului mereka berempat karena kalau tidak begitu perbincangan ini tidak ada habisnya.

***

Hye Won menutup mata sambil merentangkan tanganya menikmati semilir angin yang membuat rambut sebahunya menari-nari.

Mereka berlima baru saja sampai di villa milik Ji Hoon yang berada di tepi pantai.

"Hye Won! Ayo masuk!" Seru Eun Ri.

Hye Won berjalan memasuki villa yang membuatnya terpukau, dindingnya terbuat dari kaca bening sehingga mereka bisa melihat pemandangan. Bila sedang butuh privasi, gorden abu-abu menutupi kaca itu. Lantainya terbuat dari kayu yang dilapisi dengan karpet di beberapa daerah seperti didepan Tv untuk waktu keluarga dengan dikelilingi sofa putih. Ada ruang tamu yang terpisah dengan ruang keluarga,mini bar,ruang makan,dapur,ruang makan,beberapa ruang lainnya,tapi yang spesial juga ada ruang karaoke untuk melepas penat di lantai 1 villa ini. Dilantai 2 ada 5 kamar tidur dengan kamar mandi pribadi, juga perpustakaan serta ruang kerja.

"Kalau gitu aku pergi dulu. Kalian istirahatlah." Pamit Gerald. Ia langsung berjalan keluar dari villa setelah mendapat anggukan.

"Baiklah kalian istirahatlah. Kamar disebelah ruang kerja adalah kamarku, lainnya boleh kalian tempati. Gunakan waktu ini untuk istirahat sebaik-baiknya karena mulai nanti sore kita akan sibuk." Setelah berkata tegas, Ji Hoon langsung naik ke kamarnya.

***

Tbc

Hai readers!!! How are you? I'm back!

Gomawoo... untuk yang setia baca karya aku yang masih jauhh dari kata sempurna ini, juga yang sudah menyempatkan untuk menekan tanda bintang.
Sekali lagi terima kasih kuucapkan.

Mianhae kalo masih ada typo atau kesalahan lainnya.

Ditunggu vommentnya ya readers...

-Renrent-








Touch His Heart (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang