Arthur masih setia menunggu Alenna terbangun sambil tetap mengompresnya. Apapun yang terjadi, Alenna harus tetap hidup.Tiba-tiba saja gadis dihadapannya menggeliat, merentangkan badannya sampai tulangnya bergemeletukan. Gerakan Alenna membuat sapu tangan di dahinya merosot ke matanya. Alenna menyingkirkan sapu tangan dari matanya dan mendudukkan tubuhnya. Ia sedikit terkejut karena pria asing itu ada dihadapannya lagi.
"Se-sedang apa kau?"
"Kau sama sekali tidak memakan makananmu. Apa kau ingin mati?" Ucap Arthur dingin tapi penuh penekanan sehingga membuat Alenna ketakutan. Arthur menatap tajam Alenna, membuat gadis itu semakin ketakutan.
"Ehem, maaf." Arthur berdeham sejenak agar Alenna tidak takut.
"Kau demam, jadi makanlah ini. Jangan membuatku kesusahan." Arthur menyodorkan semangkuk bubur kehadapan Alenna.
"Aku tidak boleh memakan makanan pemberian orang asing. Makanya aku tidak memakan makanan darimu."
"Ayolah, ini aman. Tidak ada racun tikus atau serangga didalamnya."
Alenna masih tetap pada pendiriannya. Dia menggeleng cepat ketika Arthur bersikeras memaksanya untuk memakan bubur buatannya.
"Apa itu bisa dimakan? Dari bau dan bentuknya saja sudah tidak bisa dipercaya."
Alenna menatap remeh bubur buatan Arthur. Arthur dibuat geram oleh gadis manja itu. Memang, itu bubur buatannya sendiri. Kalau saja Jesslyn tidak menyuruhnya membuat bubur, ia tidak akan melakukannya.
"Lalu apa maumu?!"
"Aku mau pulang!"
"Untuk yang itu aku tidak bisa melakukannya."
"Aku mau pulang! Aku tidak tahu aku berada dimana! Aku dikelilingi benda aneh dan manusia asing!"
"Manusia asing? Apa kau mengira aku ini alien?" Arthur menatap kesal gadis itu saat menyebutnya manusia asing.
"Apa kau sebodoh itu? Maksudku adalah, aku tidak mengenal kalian. Aku tidak tahu dimana tempat ini dan aku ingin pulang!"
"Tidak bisa!"
"Kenapa tidak bisa?!"
"Ya karena aku tidak bisa."
"Berikan aku alasan yang jelas, Tuan Vouss."
"Bagaimana aku bisa memperbolehkanmu pulang padahal kau ini adalah tahananku! Kenapa kau bodoh sekali? Dimana sebenarnya otakmu itu, nona? Apa tempurung kepalamu ini sebenarnya kosong?"
Arthur mengetuk-ngetuk dahi Alenna sambil memasang tatapan mengejeknya. Akhirnya dia bisa membalas perlakuan gadis menyebalkan itu.
Alenna mendengus kesal. Ia mendorong Arthur sampai terjungkal dan membuat bubur buatannya itu tumpah di tuxedo hitam miliknya. Alenna dapat melihat Arthur yang berdiri dengan wajah murkanya.
"Sekarang lihat apa yang kau lakukan! Dasar tidak tau diri! Masih untung aku mau mengurusmu! Sekarang terserah padamu! Kau mau mati pun aku tidak akan peduli lagi!"
Arthur berjalan gusar menuju pintu lalu membanting pintu kamar sampai membuat Alenna tersentak kaget.
"Tuhan, sebenarnya aku ini dimana. Aku merindukan ayah dan bunda. Kenapa diumurku yang sudah dewasa ini aku malah menjadi korban penculikan? Apakah otak penjahat itu sudah tidak waras?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABDUCT LOVING
Action[Story Completed] Siapa yang ingin menjadi korban penculikan? Tentu saja tidak ada yang mau bukan, apalagi seorang anak konglomerat seperti Alenna Gabriel. Ia bahkan tidak menyangka akan menjadi korban penculikan di umurnya yang sudah dewa...