U : Aku Masih Belum Mengerti Dengan Perasaanku Sendiri

3.1K 146 18
                                    


          "Apa kau ingat Johan? Yang adiknya kita bunuh tujuh tahun yang lalu."

          Jesslyn memejamkan matanya. Mencoba mengingat insiden tujuh tahun yang lalu.

          "Ah ya, aku mengingatnya. Ada apa memangnya?"

          "Lebih baik kita bicarakan di kamarku saja. Aku khawatir gadis itu mendengarnya." Arthur melirik Alenna yang tengah menonton televisi.

          Jesslyn mengangguk lalu menoleh ke arah Alenna.

          "Alenna, aku tinggal sebentar ya."

~


          "Johan mengancamku."

          "Benarkah? Sombong sekali dia."

          Jesslyn berjalan ke arah sofa lalu mendudukinya.

          "Keluarga Gabriel mempercayainya untuk mengusut kasus penculikan Alenna. Apa dia tidak pernah berpikir? Kekasihku mati mengenaskan karena dia. Wajar kalau aku balas dendam."

          "Kau benar, Arthur. Tapi dulu aku tidak habis pikir, kau benar benar tidak punya hati saat itu. Oh ya, kenapa uangnya belum juga diberikan? Aku sudah dua kali ke lokasi tapi tidak ada kabar sama sekali."

          "Astaga aku baru menyadarinya! Jangan-jangan Mario yang menulis suratnya. Dasar bodoh!"

          Arthur tergesa-gesa keluar dari kamar Jesslyn menuju parkiran. Ia hendak menuju markas besar Vouss.

          "Si bodoh itu tidak pernah belajar dari kesalahan!" Umpat Arthur kesal.

          Arthur mulai menjalankan mobilnya dengan cepat. Di tengah perjalanan, dia tidak henti-hentinya mengomel karena anak buahnya.

          Sesampainya di markas, Arthur melangkah dengan cepat. Emosinya sudah meluap. Arthur membuka pintu masuk markas dengan kasar, membuat semua anak buahnya terkejut.

          "Mario!" Teriakan Arthur menggema di seluruh ruangan.

          "Sstt Mario! Boss datang!"

          Salah satu anak buah Arthur---Raveno---menggoyangkan tubuh Mario yang tengah tertidur di sebuah kursi panjang di markas tersebut. Pria yang bernama Mario itu malah melanjutkan tidurnya tanpa mempedulikan suara bosnya yang menggelegar di seluruh ruangan.

          "Dimana Mario?!"

          "Di-dia tidur di rest room, boss." Devan menunjuk ke sebuah ruangan yang diperuntukkan sebagai tempat istirahat.

          Dengan langkah cepat, Arthur berjalan ke arah rest room lalu membuka pintu dengan keras sehingga menimbulkan suara yang mengejutkan. Arthur menghampiri Mario yang tengah tertidur pulas.

          "Hei bodoh! Bangun!"

          Mario langsung bangun dari tidurnya, berdiri dengan posisi siap. Dia terkejut karena Arthur yang membangunkannya dengan kejam.

          "Aku tanya siapa yang menulis surat ke keluarga Gabriel?"

          "Sa-saya, boss."

          Arthur mengepalkan tangannya lalu mengetukkannya ke dahi Mario.

          "Apa kau bodoh?! Tulisanmu itu buruk! Apa kau tidak belajar dari kesalahan? Kenapa bukan Sammy saja yang menulisnya? Pantas saja uang tebusan belum sampai! Apa kau menulis alamatnya dengan benar?"

ABDUCT LOVINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang