Seluruh anak buah Arthur sudah sampai di gedung laboratorium besar milik Gerry. Mereka memasuki dari segala sudut dengan perlengkapan senjata yang lengkap, rompi anti peluru, topi, penutup wajah, dan kacamata pelindung.Johan menggunakan peralatan yang sama, sedangkan Arthur tidak karena ia malas menggunakan semuanya. Ia juga memilih berpisah dengan kelompok yang lain. Arthur hanya membawa satu granat dan dua pistol yang berada dibalik jasnya.
Arthur berjalan di tangga menuju lantai empat, suara HT terus saja berbunyi kalau lantai tiga aman. Arthur berjalan dengan santai menaiki lantai empat. Ia akan menyelesaikannya sendirian malam ini. Gedung ini kosong tanpa ada seorangpun didalamnya. Apa benar Gerry disini?
Suara sepatu Arthur bergema terpantul dari dinding. Gedung ini terlalu sepi untuk gedung sebesar dan berlantai delapan ini. Diakhir ujung tangga, Arthur mendapati dirinya tengah disodorkan pistol dibagian kepala.
Gerry tersenyum tipis ke arah Arthur. Arthur tidak memasang ekspresi apapun ketika Gerry menyodorkan pistolnya di depan wajahnya. Gerry malah berjalan menuju jendela, sedangkan Gerry masih mengarahkan pistol ke kepala Arthur.
"Kau tahu? Aku rela mati demi seorang pengkhianat yang akan aku bunuh."
Tangan Arthur bergerak mengambil sesuatu dari dalam jasnya.
"Kau merusak acara makan malamku."
"Ck! Masa bodoh dengan acara makan malam sialanmu itu. Sekarang dimana Alenna berada?" Arthur menyodorkan dua pistol ke arah Gerry.
"Kau pikir aku bodoh? Kemari sendirian tanpa membawa senjata?" Ujar Arthur sambil tersenyum meremehkan.
"Turunkan senjatamu atau kutembak kepala dan jantungmu."
Gerry menurunkan pistolnya di bawah. Arthur berjalan mendekat kemudian menyuruh Gerry berjalan sambil tetap menyodorkan pistol di belakang kepala Gerry.
"Memberontak sedikit, peluru ini akan menembus ke dahimu."
Gerry membawa Arthur ke suatu ruangan yang rahasia. Mereka memasuki lift yang ternyata bukanlah lift, dinding belakangnya merupakan pintu berteknologi tinggi.
Gerry membawa Arthur memasuki ruangan tersebut. Arthur dapat melihat suatu ruangan berkaca yang dipenuhi dengan alat alat rumah sakit. Ia dapat melihat Alenna ada didalamnya dengan tubuh penuh dengan perban dan kabel yang melilit di tubuhnya. Disampingnya terdapat alat monitor jantung. Benar itu adalah Alenna.
"Kau harusnya berterima kasih padaku karena telah menyelamatkan gadis itu."
Tiba tiba keluarlah wanita berambut hitam panjang memakai dress hitam di balut jas putih. Ia adalah Clara. Wanita itu berada disamping tempat tidur Alenna. Dia menyodorkan pistol di pelipis Alenna sambil tersenyum layaknya seorang iblis.
Apa yang harus ia lakukan? Jika Arthur menarik pelatuknya, Alenna juga akan mati.
"Apa yang kau inginkan?!"
"Yang aku inginkan adalah melihatmu mati, Arthur."
"Apa setelah aku mati, kau akan melepaskan gadis itu?"
"Tergantung."
"Apa maksudmu?"
"Tergantung kau mati di tangan siapa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABDUCT LOVING
Action[Story Completed] Siapa yang ingin menjadi korban penculikan? Tentu saja tidak ada yang mau bukan, apalagi seorang anak konglomerat seperti Alenna Gabriel. Ia bahkan tidak menyangka akan menjadi korban penculikan di umurnya yang sudah dewa...