"Bagaimana, Detektif Johan?" Tanya seorang wanita paruh baya.Beliau adalah Nyonya Gabriel, ibu dari Alenna. Wanita itu tengah berada di sebuah ruangan kerja seorang detektif ternama, Johan Adrian. Detektif itu tengah mengidentifikasi surat yang tak jelas tulisannya. Ia mengenal tanda itu, tanda V yang ada di pojok surat.
Johan tersenyum puas. "Saya tahu siapa yang menculik anak anda. Tapi sekarang saya belum bisa memberitahukan kepada anda, jadi biarkan saya yang bertugas sendiri."
"Terimakasih, Detektif." Nyonya Gabriel mengangguk paham. Setelah memberikan seulas senyum, beliau meninggalkan ruangan kerja sang detektif.
Detektif itu mengambil surat yang diberikan Nyonya Gabriel. Perlahan seulas senyum miring terlihat di wajah tampannya.
⚫⚫⚫
"Hai, teman lama!" Sapa Johan ketika bertemu dengan Arthur di salah satu cafe. Mereka sebelumnya sudah sepakat untuk bertemu.
"Sudah lama tidak bertemu denganmu, Jo."
"Kau mau pesan apa?"
Arthur menggeleng. "Tidak perlu, aku hanya sebentar disini."
"Baiklah, kita to the point saja. Apa kau yang menculik nona Alenna?" Johan menatap serius ke arah Arthur yang memasang wajah santainya.
"Sudah kuduga mereka pasti akan memanggilmu. Kenapa kau yakin kalau itu aku?"
"Dari huruf V di surat yang ditemukan oleh keluarga Gabriel."
"Ternyata kau masih ingat insiden tujuh tahun yang lalu." Arthur menampilkan senyum liciknya. Mata elangnya menatap tajam Johan.
"Ya, aku masih mengingatnya dengan jelas."
"Baiklah. Kasus ini bukan aku yang menjadi tersangkanya. Mungkin saja ada bandit lain yang mencoba memfitnahku. Apa kau sebodoh itu? Mudah percaya dengan huruf bodoh itu?" Alis Arthur bertautan. Bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa.
"Baiklah, aku percaya. Tapi bukankah huruf V itu adalah ciri-ciri kelompok banditmu? Seperti kasus tujuh tahun yang lalu. Kau membunuh adikku dan mengukir huruf V di lengannya."
"Hei, ayolah! Api tidak akan muncul jika tidak ada pengacunya. Itu semua bukan kesalahanku. Kau juga penyebab adik kesayanganmu itu mati."
Johan hanya menganggukkan kepalanya. Dia malas berdebat membicarakan masa lalu. Memang benar itu adalah kesalahannya. Jika dia tidak melakukannya, mungkin adiknya masih ada bersamanya.
Arthur perlahan bangkit dari duduknya. "Baiklah aku harus pergi ke tempat lain."
"Aku akan mengusut kasus ini. Jika benar tersangkanya adalah kau, kau akan mati ditanganku, Arthur. Sama seperti saat kau membunuh adikku dulu."
Arthur tersenyum sinis. "Silahkan saja. Kau usut sampai kiamat pun kau tak akan punya bukti nyata walaupun kau tau penjahat sesungguhnya adalah aku."
Arthur berjalan keluar cafe, meninggalkan Johan yang mulai tersulut emosi.
"Sialan!" Umpat Johan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABDUCT LOVING
Action[Story Completed] Siapa yang ingin menjadi korban penculikan? Tentu saja tidak ada yang mau bukan, apalagi seorang anak konglomerat seperti Alenna Gabriel. Ia bahkan tidak menyangka akan menjadi korban penculikan di umurnya yang sudah dewa...