Alenna sudah rapi dengan sweater biru beserta celana jeans pendek. Ia dengan cekatan menguncir rambut panjangnya. Ketika ia berjalan keluar dari kamarnya, ia berpapasan dengan Jesslyn yang tengah membawa baskom dan kain."Apa Arthur demam lagi?"
"Ya, panasnya naik. Sepertinya ada yang berbuat aneh-aneh padanya semalam." Jesslyn menatap jahil ke arah Alenna. Ah, Alenna menjadi teringat kejadian tadi malam karena hantu wanita itu.
"Aku dirasuki hantu." Alenna memelankan suaranya saat mengucapkan kata hantu, sedangkan Jesslyn menertawakan Alenna.
"Antarkan ini ke Arthur. Ada yang harus aku bereskan." Jesslyn memberikan baskom berisi air dingin ke Alenna. Sebenarnya Alenna masih malu karena kejadian semalam.
Sesampainya di depan kamar Arthur, dia tidak melihat beberapa penjaga yang biasanya berdiri di depan kamar Arthur. Persetan dengan itu semua. Kini ia memasuki kamar Arthur dengan mengendap-endap. Ia melihat Arthur yang tengkurap sambil bertelanjang dada.
Arthur menoleh ke arah pintu kamarnya, mendapati Alenna yang tersenyum bodoh.
"Mau mengompresku? Kemarilah."
Alenna berjalan ke arah ranjang Arthur, meletakkan baskomnya di atas nakas.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan."
"Katakanlah."
Alenna duduk di tepi ranjang. Mencelupkan kain yang dibawanya ke dalam baskom, lalu memerasnya. Setelah itu ia meletakkannya di punggung Arthur.
"Apa kau masih mencintai Liona?"
Arthur terkejut. Bagaimana bisa gadis itu mengetahui tentang Liona?
"Tentu saja." Arthur berusaha bersikap tenang.
"Liona ingin kau menghentikan rencana pembunuhanmu pada Johan. Dia selalu disampingmu, dia melihatmu."
"Sudahlah. Jangan sok seperti paranormal."
"Aku serius, Arthur. Sudah cukup tindakan jahatmu itu. Liona tidak menyukainya."
Alenna beranjak dari duduknya kemudian berjalan menjauhi ranjang Arthur.
"Tunggu!"
"Apa lagi?!"
"Kau belum selesai mengompresku!"
Alenna memutar bola matanya. Ia membalikkan badannya. Menatap tajam Arthur sambil bersidekap dada.
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"
"Ti-tidak ada. Lanjutkan mengompresnya, aku bisa masuk angin nanti."
Dengan berat hati, Alenna kembali menghampiri Arthur. Ia melepas kain yang ia letakkan di punggung Arthur.
"Pakai bajumu." Arthur langsung terduduk kemudian memakai kembali bajunya. Alenna menyentuh dahi Arthur.
"Panasmu sudah turun!" Alenna menyentil dahi Arthur.
"Hei! Kau tidak sopan! Bagaimana pun aku ini lebih tua darimu! Statusmu adalah sanderaku, bisa saja saat ini aku menyuruhmu untuk membersihkan seisi apartemen atau menyiksamu! Beruntung aku tidak memperlakukanmu dengan buruk!" Arthur mengusap keningnya yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABDUCT LOVING
Acción[Story Completed] Siapa yang ingin menjadi korban penculikan? Tentu saja tidak ada yang mau bukan, apalagi seorang anak konglomerat seperti Alenna Gabriel. Ia bahkan tidak menyangka akan menjadi korban penculikan di umurnya yang sudah dewa...