Hari senin, Hari dimana semua dimulai. Entah itu keberuntungan atau bahkan kesialan dimulai.
Di salah satu mansion termewah di Jakarta.
Kring...kring..kring...
Alarm membangunkan seorang Putri. Putri satu-satu nya Kendranata Derriens Argefradiz.
"Masih jam setengah lima."
"Siapa sih yang buat alarm nya sepagi ini." Gumamku kemudian merapatkan selimut dan tidur kembali.
Byurrr...
"Ehhh !!!" Seketika badan dan kasur gua basah semua. Pasti kerjaan Raja. Saat menengok ke sebelah kiri gua of course Raja sudah ada di sofabed yang tak jauh dari Kasur Kingsize gua.
"Ya Allah abang. Gue salah apa."
Gua Rey. Tepatnya.
Raqueylla Audrey Dhisyareans Argefradiz
"Bangun setan. Kenneth dah nungguin lo di bawah."
Dan ini kembaran gua.
Rakezza Andrey Dhisgareans Argefradiz.
"Astaghfirullah Raja ngomongnya kasar banget Rey gasuka."
"Buruan woyy! Sebelum lu disamperin abis itu-"
"Hmmmmmm. "
Author pov
"REY!!! AUDREYY!! DIMANA LO BURUAN BERANGKAT!!" Teriak Kenneth -yang notabene adalah sahabat Rey- di kamar Rey.
"Berisik lo."
"Heh, gua masih lebih tua 1 bulan ya Audrey yang terhormat. Lo sopan dikit dong. " Protes Kenneth.
"Hm. "
"Ham hem ham hem. Ayo berangkat."
"Kenapa gua ga berangkat sama sepupu gua deh?" Tanya Rey bingung, pasalnya ia selalu berangkat bersama para sepupunya.
"Gatau. Ada apa ya? Kenapa gua bisa disini ya? Ya ampun! Ajaib sekali." Kenneth dengan muka terkejut dan sangat bingung sedang berlagak menengok ke sekitar.
"Kenapa lo ga jadi aktor aja deh. Gausa jadi dokter. Ga cocok nanti pasien lo kabur semua." Dengus Rey.
"Ehehehe jadi gua disuruh mommy anterin lo ke sekolah. Soalnya udah lama ga berangkat bareng lo. Gitu katanya."
"Gua Line Ale dulu bentar." Kata Rey sambil mengambil handphone nya di nakas.
"Sini gua yang bilang, lo sarapan aja." Ucap Kenneth mengambil handphone Rey tanpa izin.
Malas mencari ribut dengannya Rey menurut dan turun kebawah untuk sarapan.
Sesampainya di ruang makan. Ariana alias bundanya Rey dan juga Daddynya Kendranata sudah menunggu mereka di meja makan.
"Rey, si Kenneth nya mana?" Tanya Ariana.
"Ohh jadi gitu. Sekarang yang di tanyain Kenneth bukan Rey lagi."
"Idih cemburuan anak bunda."
"Btw Raja mana?" Tanya Rey. Kembarannya itu tidak nampak sama sekali batang hidungnya.
"Raja udah berangkat duluan. Emangnya kamu."
"Paling nyalin PR." Jawab Rey.
Kenneth turun dari tangga tepat setelah Rey menghabiskan sarapannya.
"Ayo."
-----------------
Mobil sport berwarna hitam memasuki gerbang AIS dan memarkirnya di tempat parkir milik Kenneth.
Pemandangan yang sudah biasa ketika Rey berangkat dengan Kenneth dan bukan dengan sepupunya. Kenneth merupakan teman masa kecil Rey ya kira-kira dari masih sekolah dasar. Orang tua Kenneth merupakan kolega keluarga Rey. Mama Kenneth seorang dokter pribadi Argefradiz dan Ayahnya pemilik rumah sakit yang bekerja sama dengan keluarga Rey juga.
"Gua ke kelas duluan."
"Kelas kita sama bego."
Rey memutar bola matanya dan berjalan lebih dulu dengan Kenneth yang mengikuti di belakangnya.
Sesampainya di kelas Rey memakan roti dengan peanut butter yang dibawanya dengan sengaja. Saat memasuki kelas Rey selalu saja sangat lapar.
Dengan sengaja Kenneth mengambil satu roti dari tempat makan Rey.
Rey menoleh dengan mata ingin keluar.
"Heh!"
"Laper." Kenneth memegang perutnya dan tersenyum mengharap pengertian dari Rey.
Rey membiarkannya. Meski rasanya begitu berat kehilangan satu roti itu.
"Kak Kenneth!"
Seseorang menghampiri meja Kenneth yang berada di sebelah Rey. Gadis itu terlihat tersipu dan ingin menyampaikan sesuatu. Lagi. Huftt.. Ini sudah yang keberapa kalinya adik kelas ataupun teman seangkatan menyatakan perasaannya pada Kenneth.
"Aku suka sama Kak Kenneth. Dari awal Kak Kenneth sekolah di AIS. Meskipun Kak Kenneth selalu deket sama Kak Audrey tapi aku tau hati Kak Kenneth ga ada yang punya. Kak Kenneth mau kan jadi pacar aku?"
"Pfftt." Rey menahan tawanya. Ya tuhan apa-apaan. Aku tau kok hati Kak Kenneth ga ada yang punya? Sungguh membuat Rey geli.
Kenneth menyikut Rey. Kode untuk menyuruhnya diam.
"Maaf, bukannya gitu. Tapi gua emang ga mau pacaran. Lo cantik tapi jodohnya bukan gua."
Lagi. Kata-kata yang diucapkannya juga sama.
Dengan rasa malu yang amat dalam. Gadis itu pun pergi dari kelasnya. Mungkin akan berakhir di toilet atau di koridor sepi untuk menangis? Entahlah.
Bell sudah berbunyi dan wali kelas mereka Miss Ananta memasuki kelas dengan seseorang bersamanya. Lantas mata Kenneth melebar melihat seseorang yang bersama Miss Ananta.
Bianca?
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Beauty
Fiksi RemajaI'm affraid to make a choice. A choice can change everything.