Part 3

85 10 0
                                    

Sudah pukul 9 malam ketika Rey tiba di mansion.

Baru saja membuka pintu, dihadapannya sudah ada Kenan, Ale dan Raja. Rey mencari seseorang lagi tapi tidak ada lagi selain mereka.

"Raqueyla Audrey Dhisyareans Argefradiz. Kemana saja kamu hari ini?" Tanya Kenan menahan seluruh kekesalannya.

"Mabok." Jawab Rey seadanya dan melangkahkan kakinya menaiki tangga.

Rey berbalik dan melempar kunci mobil pada Kenan.

"Thanks bang Ken. Hari ini seru."

"REY!"

Rey menahan senyumnya dan berlari ke kamarnya. Untunglah orang tuanya memang pergi hari ini ke luar negeri. Rey mandi dan cuci rambut karena merasa sangat lengket dan kemudian tertidur.

-------------

"HATCHUU!" Rey mengambil tissue untuk yang keberapa kali pagi ini. Tidak ada seorang pun di mansion ini kecuali para pelayan dan supirnya. Raja mungkin sudah berangkat duluan karena ngambek.

"AUDREY! AUDREY!"

Rey terkejut dan bangkit dari tempat duduknya.

"Ssstt.. Bi Salma jangan bilang Rey belum berangkat. Bilang aja Rey udah di sekolah dari pagi. Okay?" Setelah ia yakin Bi Salma mengerti ucapannya. Rey berlari ke dapur dan bersembunyi di bawah meja pantry.

"Bi Salma? Rey nya mana? Udah berangkat?"

"Maaf tuan Kenneth. Tapi non Rey sudah berangkat dari pagi."

Yeahh.. Woohoo.. Bi Salma harus gua kasih tips nih muah, batin Rey.

Oh tapi hidung Rey mulai gatal dan sebentar lagi..

"HATCHU!"

Huaaaaa yaampun kenapa idung gua gabisa diajak kompromi, batin Rey kesal. Mana matanya berair seperti menangis.

"Tuh siapa tuh? Rey kan? Keluar lo heh!" Kenneth berjalan menghampiri pantry. Ia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Rey yang meringkuk di bawah sana.

"Apalu!" Ketus Rey.

"Idih, ayo berangkat ah nanti telat. "

"Gausah sok baik lu. Gua gak suka orang baik." Tentu Rey menyindir kejadian kemarin.

"Ish dia tuh gebetan gua pas SMP Rey. Dia juga ikut kesini. Tuhh berdiri di deket meja makan."

Rey memelototi Kenneth. Kok bawa-bawa orang sembarangan kesini?

"Ini rumah gua ya bukan rumah lo! Bawa-bawa orang sembarangan. " Gerutu Rey pelan.

"Dia nanyain lo mulu. Emang salah kalo gua bawa kesini?"

Rey membenci sikap Kenneth yang terlalu baik. Aaaaahhh!

Kenneth mengulurkan tangannya untuk membantu Rey keluar.

"Ayo udah telat."

Rey keluar dan menatap Bianca yang sedang mengamati setiap sisi mansion  nya.

"Ekhem." Rey berdehem dan langsung saja melenggang meninggalkan semua orang disana.

Kenneth dan Bianca mengikutinya dari belakang. Melihat supir yang memberikan kunci mobil kepada Rey. Lantas Kenneth menahannya.

"Lo bareng sama gua Audrey."

"Sama lo sama dia juga kan? " Tanya Rey.

Kenneth mengangguk.

"Sini pak kunci mobil saya." Minta Rey pada supirnya lagi.

"Lo gausah kekanak-kanakan gitu dong." Bianca yang sedari tadi diam ikut bicara.

Rey tidak menggubrisnya dan itu membuat Kenneth menarik tangannya dan mengembalikan kunci mobil itu.

"Kalau gua bilang sama gua ya sama gua." Ucap Kenneth seraya menarik tangan Rey dan memasukkannya ke kursi penumpang.

"Ish."

Kenneth menutup pintu mobil dan menghampiri Bianca.

"Sorry Bi. Lo duduk di belakang ga masalah kan?" Bianca mengangguk dan melangkahkan kakinya memasuki mobil.

Kenneth pun masuk dan mereka berangkat ke sekolah.

------------


Selama di mobil Bianca dan Kenneth asik mengobrol. Sedangkan Rey hanya diam mendengarkan sambil memperhatikan jalan. Itu menyadarkan Rey bahwa mereka memang dekat dan Rey tidak boleh egois. Memang dirinya siapa Kenneth mengatur-ngatur kehidupan Kenneth.

Sesampainya di sekolah. Sesaat setelah mereka bertiga turun dari mobil sekua mata langsung tertuju kepada mereka. Pemandangan ini membernarkan berita yang kemarin tersebar tentang anak baru yang dekat dengan Kenneth. Dan ada Rey juga disana, dimana mereka tau tidak ada gadis manapun yang dekat dengan Kenneth selain Rey. Jujur saja keberadaan Bianca saat ini juga membuat Rey sedikit shock makanya ia kemarin emosi.

"Rey lo duluan aja. Gua sama Bianca mau ambil seragam sama buku-buku dia di kantor." Ucap Kenneth dan langsung meninggalkannya.

Bagaimana Kenneth menatap Bianca, sepertinya Rey paham. Kenneth menyukai Bianca. Harusnya Rey sadar itu dari awal, pantesan Kenneth selalu nolak cewek. Ternyata yang dia sudah ada yang punya.

Rey pun berjalan santai menuju kelasnya. Ia tidak merasa keberatan dengan hal ini. Ia justru senang karena Kenneth ternyata normal.





Coldest BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang