Author POV
Sepulang sekolah tadi, Rafa kembali memberi perhatian kepada Alana. Dan Alana pun tidak menolak, ia merasakan sesuatu yang berbeda saat bersama Rafa. Entah apa. Yang pasti itu baru dirasakannya akhir-akhir ini.
Bara pun sebagai Kakak tersayang nya Alana menyetujui bahkan sudah ke tahap merestui jikalau, mereka berdua -Rafa/Alana- dekat bahkan memiliki hubungan.
Kedekatan diantara mereka pun sudah bisa dibilang sering, dan semakin dekat. Kita tinggal menunggu kapan tanggal nya saja. Begitu kata Kevin dan Bella.
Seperti saat ini, mereka berdua sedang berada dalam perjalanan menuju kerumah. Karena sejak kejadian di mading itu, Rafa menjadi sedikit khawatir dan sangat mencemaskan keadaan Alana setiap saat. Padahal Alana nya saja tidak terlalu memusingkan kejadian itu. Tetapi Rafa yang memang memiliki rasa sayang yang teramat besar kepada Alana, sehingga ia sedikit berlebihan mencemaskan keadaan Alana. Jadilah Rafa selalu siap mengantar dan mengontrol keberadaan serta kemanan Alana. Bahkan setiap harinya Alana wajib lapor tentang keadaan nya kepada Rafa. Sudah seperti pendatang baru saja. Wajib lapor 1x24 jam. Pikir Alana saat itu.
Namun anehnya, Alana tidak merasa keberatan. Ya walaupun di awal ia merasa risih saat diberi perhatian penuh oleh Rafa. Tetapi lema-kelamaan ia mulai terbiasa.
" Aku pesen 2tiket nonton Beauty and The Beast. Tapi satunya nggak kepake."ujar Rafa tiba-tiba setelah melepaskan seatbelt nya.
Alana mengernyit kan alis nya, "Loh, kenapa emang?" Tanya nya.
"Tadinya mau nonton sama Lula tapi dia nggak mau kalo nggak sama mama papa." Balas Rafa, curhat.
"Yah, sayang dong ya. Ajak temen lo yang lain aja." Usul Alana.
Cowok itu pun menggaruk tengkuknya yang sudah bisa dipastikan tidak gatal sama sekali, "Ehm, sebenernya aku mau ngajakin kamu nonton." Katanya tulus.
Alana tertegun sejenak, melihat perubahan sikap Rafa yang berubah 180 derajat. Dia ngajakin aku nonton? Tinggal bilang "Nonton, Yuk Al." Susah amat. Batin Alana menggerutu.
Setelah lama terdiam akhirnya Rafa kembali berujar, "Kalo kamu nggak bisa, atau nggak mau gak papa. Aku bisa kasih tiketnya ke tetangga aku yang mau nonton kok." Katanya sambil memakai kembali helm-nya. Sepertinya ia sudah bersiap pulang. Tetapi tidak bisa menyembunyikan wajah kecewannya.
"Loh, gue kan belum jawab, Raf. Atau lo emang nggak serius ngajakin gue jalan?" Kata Alana, bingung.
Jelas ia bingung, perubahan sikapnya yang sangat drastis serta alasan ia mendekati-nya membuat cewek itu bingung. Sebenarnya apa yang ingin seorang Rafa permainkan?
Kegiatan memakai jaket pun dihentikan sejenak, "Nggak gitu, Al. Aku takut kamu punya acara atau janji lain. Makanya aku gak bakal maksa kamu." Jelas cowok itu, pelan.
Sungguh tidak pernah sedikitpun Rafa berpikir untuk mempermainkan Alana. Ia bukannya tidak serius, tetapi ia hanya belum siap berterus terang kepada gadis itu, gadis yang selama ini ada dalam pikirannya.
Alana menghela nafas pelan, " Iya, gue mau kok. Tiketnya jam berapa emang?" Katanya.
Rafa langsung tersenyum senang. Berarti dia mau kan diajakin jalan? Pikirnya.
"Wair wait, It's a date?" Tanya Alana sambil tersenyum geli.
Dia hanya menggaruk tengkuknya,gugup.
"Ehm, jam setengah tujuh. Ntar aku jemput jam 5 aja ya, Al. Takut jalanan macet." Balas Rafa sambil tersenyum senang.
Alana balas tersenyum, "Oke deh, jam 5 ya. Yaudah gua masuk. Hati Hati, Fa." Katanya sambil tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Weakness
Teen Fiction-- You come and fills the void heart. What happen then?"-- ---------------------------------------------------- "Aku nggak tau apa yang sedang terjadi sama kamu. Tapi aku ada disini. Untuk kamu." -Rafa Dinata Collins. "Semua yang terjadi padaku, kam...