7. Percaya

48 5 3
                                    

Enjoy reading !

" Jadikan bahuku sebagai tempatmu bersandar. Andai kamu tahu, sedari dulu aku adalah tempatmu pulang. Andai."


*****

Rafa masih mematung sampai ia tersadar karena Alana sudah turun dari mobilnyaa.

Sedangkan Alana yang berjalan menuju pintu rumahnya sambil menahan airmatanya tiba-tiba merasakan tangan yang melingkar erat di pinggangnya.

Alana menolehkan kepalanya saat mendengar bisikan lirih, "Jangan marah, Al. Aku cuma sayang kamu." Katanya pelan.

Sedangkan Alana menengang dalam posisinya.

*****

Setelah mengatakan itu, Rafa bisa merasakan tubuh gadisnya menegang. Ya, tubuh Alana nya menegang. Rafa tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Alana, saat ini pun Rafa masih ketar-ketir menunggu tanggapan Alana.

Setelah berhasil mengendalikan perasaan dan gejolak dalam hatinya, Alana pun melepaskan tangan Rafa yang masih setia melingkar di pinggangnya.

Seolah takut kehilangan, Rafa pun tak ingin melepaskan pelukannya di pinggang Alana.

"Nggak, kamu jangan marah. Maafin aku. Aku ngerti ini terlalu cepat. Tapi aku memang sayang sama kamu. Sampai mau mati rasanya. Apalagi ketika dulu aku melihat kamu bersama cowok lain. Aku cemburu, Al." Ucap Rafa panjang lebar.

Alana kaget, hanya bisa menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang bebas.

Ia tahu kalau Rafa menyimpan rasa kepadanya, walaupun itu hanya berdasarkan pendapat kedua temannya. -Kayla/Bella- tetapi dengan melihat bagaimana sikap Rafa kepadanya selama ini, cukup membuktikan betapa besarnya perasaan lelaki itu terhadap dirinya.

Setelah sekian lama, akhirnya Alana berhasil melepaskan pelukan Rafa di pinggangnya.

"Rafa, udah malem. Mending lo balik. Jangan ngomong yang aneh-neh deh." Ucapnya.

Bukannya tidak senang, tetapi Alana merasa belum siap untuk mengisi kembali hatinya, seperti dulu. Ia takut kejadian yang pernah terjadi terhadap sikap mantan pacarnya dulu kembali terulang kepada Rafa. Dan ia akan berubah menjadi manusia yang tidak perduli pada apapun lagi,seperti yang pernah dilakukannya dulu. Alana hanya tidak ingin semua itu terjadi.

Mendengar Alana berkata demikian, Rafa pun menunduk.

"Aku sayang kamu. Sampai kapan kamu akan menutup diri seperti ini? Temen-temen, Ayah-ibu, kakak kamu butuh kamu yang dulu, terutama aku. Aku butuh kamu yang dulu, Al." Rafa menarik nafas panjang sebelum melanjutkan.

"Aku nggak tahu apa yang terjadi sama kamu. Tapi aku ada disini, untuk kamu, Al." Kata Rafa, pelan.

Alana tak mampu menahan air matanya, "Apa yang terjadi sama aku. Kamu nggak bakal ngerti. Tapi aku harap kamu mau bertahan." Katanya lalu berbalik.meninggalkan Rafa yang termenung melihat gadisnya menangis.

Ia tidak bermaksud untuk membuat Alana sedih. Ia hanya berharap Alana mau terbuka kepadanya. Ia ingin menjadi tempat bagi seorang Alana untuk bersandar.

Sedangkan Alana hanya bisa menangis di dalam kamarnya.

"Sorry, Fa." Lirih Alana sambil terisak.

****

Keesokan paginya, Alana bangun dengan keadaan buruk. Mata merah yang membengkak, rambut tidak beraturan, dan mukanya yang sedikit pucat.

Alana sendiri sampai kaget melihatnya, "Kacau banget, gila." Ucapnya tak percaya.

WeaknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang