Dinar Alana Steele
Pantulan cahaya memaksa ku membuka mata yang rasanya enggan untuk terbuka ini.
Beep. Beep. Beep.
Baiklah rasanya aku memang bener benar harus membuka mataku ini.
"Dek, Adek bangun dek. Udah jam 6 lebih. Ayo siap siap." Suara itu yang selalu kudengar setiap pagi."Iyaa bi. Aku bangun." Balasku. Tak lagi terdengar suara diluar sana.
Kenalkan. Aku Dinar Alana Steele. Anak kedua dari seorang pengusaha penerbangan terkaya nomor 2 di Indonesia. Ayahku, Mahardika Steele adalah seorang pria yang sangat aku banggakan. Tentunya sebelum kejadian itu terjadi. Kapan kapan kapan akan ku ceritakan apa itu kejadian itu. Dan bunda ku Raina Shofi yang paling mengerti diriku. Satu lagi, Abangku, Bara Steve Steele . Dia laki laki ku, kesayanganku, dia yang selalu mendengarkanku.
Sebenarnya dulu keluarga ku ini hangat sekali, canda tawa yang hadir setiap harinya sangat membuatku merasa bahagia berada di tengah tengah keluarga yang sempurna ini. Tapi rasanya itu sulit sekali, mungkin hanya aku yang egois, aku mengerti. Tapi tak bisakah mereka menganggap kehadiran ku ?. Sudahlah itu sudah berlalu, toh tidak ada yang berubah jika aku terus bersikap diam seperti ini.
Pagi ini, Aku akan mencoba untuk melupakan apa yang terjadi dulu seperti pagi pagi sebelumnya.
Aku menuruni anak tangga menuju ke ruang makan.
"Pagiii dek.". Ya, itu abang ku ,Bara. Ia menyapa dengan semangat dan cengiran khas nya."Pagi bang, ntar gue nebeng mobil lo ya, lagi ga fokus bawa mobil nih." Balasku nyengir. "Kayak sama siapa aja. Boleh dong." Katanya sambil merangkulku menuju ruang makan.
"Pagi anak anak bunda. Ayo sarapan." Katanya sambil tersenyum. Kami berdua mencium pipinya. "Pagi bundaa" kataku bersamaan dengan Bara.
"Ayah udah berangkat bun?" Tanya abangku sambil menyantap sarapannya. "Iya sayang, dia tadi bilang minta dipamitin aja sama bunda" jawab bunda. Aku hanya diam seperti biasanya.
Aku dengan tenang menikmati sarapan sampai suara orang masuk dari pintu terdengar.
"Bunda, berkas ayah diruang kerja ketinggalan. Tolong ambilin bun" suara berat mengagetkan ku yang sedang meminum susu strowberry favoritku. Aku hanya melirik kearahnya. Lalu aku melanjutkan sarapanku. Ayah mengelus kepalaku lembut.
Cukup sudah. Bisa tumpah air mataku seperti biasanya.
Aku cepat cepat menyelesaikan sarapanku dan bangun untuk berangkat. "Loh dek? Mau berangkat sekarang?" Tanya abangku. "Iya , Ayo." Balasku singkat.
Kulihat ayah menatapku sendu.
Bunda turun setelah memgambilkan apa yang disuruh ayah tadi. "Pada mau berangkat sekarang?cepet banget baru jam 7 kuarng lho." Kata bunda sambil menghampiri kami.
"Iya bun, adek ada tugas. Pamit ya bun, Assalamualaikum." Pamitku. "Berangkat ya bun, Assalamualaikum." Kata abang bersaamaan denganku yang sedang mencium tangan bunda.
"Yaudah hati hati yaa, walalaikumsalaam." Jawab bunda. Aku melirik ayah dan mencium tangannya "Assalamualaikum ,yah" hanya itu yang aku ucapkan. Berbeda dengan Abangku yang panjang lebar pamit kepada ayah.
Ayah hanya diam seperti biasanya.
Kami berdua pun menuju ke mobil untuk langsung berangkat.
" Kamu masih belum maafin ayah, dek?" Abang memecahkan keheningan di dalam mobil. "Belom siap, bang." Jawabku lesu. Kurasakan kepalaku diusap lembut. "Gapapa, kita semua nunggu kamu siap." Sambil tersenyum Bara menjawab. Aku hanya tersenyum.
Tak terasa kami sudah berada di parkiran sekolah. Sekolah ku SMA NUSA BANGSA adalah sekolah yang berisi anak anak pejabat yang hidupnya selalu dimanjakan. Tak heran sifat para siswa disini kurang menyenangkan. Lihatlah mereka yang menatapku sinis seperti aku ini makanan kesukaan mereka, yang siap disantap kapan saja mereka kelaparan. Tapi tidak semua bersikap seperti itu.
"DINAR!" Yap. Itu kedua sahabatku Arabella dan Kayla Azzani. Walaupun sangat sulitenemuk real friend diantara yang fake mereka adalah salahsatu real yang aku temukan.
"Aduh, pagi pagi udah toa aja ya lo berdua" jawabku ketus . Mereka memajukan bibirnya. Cih. Mereka pikir mereka imut. Tolong beri aku ember!
"Apaansih lo , pagi pagi udah jutek aja. Eh tau gak sih Kevin pagi ini keren banget masa, tapi dia gandeng cewe baru. Ih potek hati dedee." Curhat Bella, oh iya Bella ini orangnya over, berisik, alay. Tapi dia bisa jadi yang paling dewasa gatau kenapa. "Aduh, toa lo Bel. Ih." Gerutu Kayla.
"Bodo amat sama Kevin." Jawabku malas.Setelah pembahasan gak penting tadi kita jalan bersama menuju kelas. Kami sudah biasa menerima tatapan sinis, bagi kami itu sangatlah tidak penting, dan kami tidak perduli.
Kulihat anak anak berkumpul di depan mading sekolah.
Apalagi ini. Pikirku.Dinar Alana bersama Gebetan barunya.
Itu fotoku. Fotoku bersama kakak ku lebih tepatnya. Memang mereka tidak tau aku ini adik dari seorang Bara Steve Steele yang merupakan jakaran most wanted boy di sekolah.
Kembali ke foto, memang itu aku bersama abang di sebuah Mall di Jakarta. Saat itu aku menemaninya memebeli sepatu basket. Tapi aku tidaj tahu jika ada yang menangkap gambar seperti ini.
Kutatap perempuan yang menyebarkan fotoku itu. Clarisa Clington. Dia adalah musuhku, ah bukan aku yang menganggapnya musuh tentu saja. Dia begitu benci padaku dengan alasan tertentu. Aku tidak mengerti apa maksud nya iya menyebarkan fotoku, dan apa itu? Iya bilang Bara itu Gebetanku? Aku ingin tertawa saha rasanya.
Kutatatap ia datar. Dia mentapku sinis.
Suasana tang tadinya ricuh tiba tiba diam.
Baiklah, apakah ini permainan baru lagi?
Rafaa Dunata Collins
"Halo ma, pagi" sapa ku kepada mama.
"Pagi sayang, sarapan dulu yuk."jawab ibuku, Renata.
"Kakak langsung berangkat deh, ma. Takut macet." Balasku. "Yaudah oke deh, tadi juga papa kanu berangkat dualan." Kata mama."....." sebelum aku menjawab seorang gadis kecil menuruni tangga sambil mengangis.
"Kakak, hiks hiks." Itu Lula Collins. Adikku, dia gadis yang sangat lucu dan manis. Ah betapa aku menyayanginya.
"Kenapa sayang, hm?" Tanyaku lembut. "Laper, hehehe" balasnya nyengir.
Aku tersenyum. Dan mengacak rambutnya . "Yah kaka gabisa nemenin sarapan, mau berangkat nih."
Dia cemberut "ih yaudah deh, tapi pulang nya beli es krim ya bang" jawabnya riang.
"Siap!" Kataku semangat. Dia terkekeh.
Aku langsung pamit pada mama dan menuju ke sekolah.
Pagi ini sama seperti biasanya.
Aku bangun, berangkat kesekolah, pulang, main COC dan tidur. Ulangi lagi. Terus Begitu.
Rasanya aku ingin sekali mengakhiri kehidupan ini. Tapi apa boleh buat aku sangat menyayangi kedua orang tuaku.
Mereka sangat menyayangiku, sampai aku tidak berani mengacuhkan keluargaku, maka aku akan berusaha bersikap hangat kepada keluarga ku.
Dulu aku begitu semangat untuk bangun pagi lalu ke sekolah, bukan tanpa alasan. Disana ada dia gadis manis yang berhasil mencuri hatiku. Tapi takdir berkata lain, mungkin kami tidak ditakdirkan bersama.
Entahlah, mengetahui ia telah memiliki kekasih. Yang kurasakan hanya kehampaan.
Aku merasa kosong. Seakan akan tidak ada gunanya lagi aku hidup.
Tapi kudengar pacarnya telah meninggal dunia 5bln lalu ,entah karna apa. Dan karena itu gadis ku berubah menjadi seorang yang dingin dan tak tersentuh.
Aku ingin mengembalikan gadisku, Alana-ku.
.
.
.
.
.
.
.
.Vote+Comment pleasee
KAMU SEDANG MEMBACA
Weakness
Teen Fiction-- You come and fills the void heart. What happen then?"-- ---------------------------------------------------- "Aku nggak tau apa yang sedang terjadi sama kamu. Tapi aku ada disini. Untuk kamu." -Rafa Dinata Collins. "Semua yang terjadi padaku, kam...