*******************************[Unedited]
Harry POV
Saat aku membuka mataku, aku dikejutkan dengan wajah bocah kecil yang memenuhi pandanganku. Aku segera bangun dan mundur ke belakang atau tepatnya wajahku.
"What?"
Ia lalu menjauhkan wajahnya sembari melipat tangannya, matanya memicing menatapku penuh curiga.
"Siapa wanita telanjang yang ada di dapur?" tanyanya.
Aku mengerutkan kening sampai aku akhirnya aku paham siapa yang ia maksud.
"Oh, dia..."
"Good morning, James. Lihat! Aku membuatkanmu- Woaah!"
Dan akhirnya wanita telanjang yang dibicarakan muncul.
Ia yang menyadari kehadiran anak kecil di sini, segera menutupi bagian intim tubuhnya dengan tangannya. "Apa itu?!" Ia menunjuk muka bocah itu seolah ia adalah barang. Tidak urung, anak itu membalasnya dengan memberikan ekspresi yang sama, jijik.
Awkward.
Bocah itu menatapku kecewa dan belum sempat kubicara, dia sudah berlari keluar kamarku, entah ke mana.
Aku memijit keningku.
"Hey, James! Siapa bocah tadi?" tanya wanita itu dengan nada menuntut, seolah ia memilikiku. Wanita, bersikap baik sedikit saja sudah bermimpi tinggi.
"Diamlah. Sebaiknya kau pulang," ujarku sambil mengenakan pakaianku.
Tanpa menunggu balasan, aku keluar kamarku untuk mencari anak itu.
Setelah beberapa lama mencari, aku akhirnya menemukan anak itu yang sedang meringkuk di veranda dekat kolam renangku bersama Jet.
"Mungkin wanita itu hobinya tak menggunakan pakaian, tak usah pikirkan dia lagi," imbuhku sambil bersandar pada batang pintu veranda. Walaupun sebenarnya, aku menyukainya.
Dia tak menjawab apa-apa.
Nice Harry, dia makin benci dirimu. Bukannya aku peduli, aku benci diperlakukan seperti tak ada.
"Aku benci itu." ucapnya kini pelan, menyuarakan pikiranku.
Aku mengedik. "Itulah risiko jika ingin tinggal bersamaku."
"Aku benci itu!" teriaknya kencang, tak lupa dengan hidung kembang-kempisnya menatapku.
Cute.
Apa aku barusan bilang cute?
"Jangan temui dia lagi!" teriaknya lagi.
"Tentu saja tidak." Aku mendengus. Aku mengingat malam bersama wanita itu kemarin malam, wanita yang kulupa namanya itu sungguh payah di kasur.
Bocah itu lalu mengalihkan pandangannya ke depan lagi.
"Apa kau menangis?" tanyaku, aku mendekatinya sampai kulihat wajahnya dari samping ada setetes air mata menuruni pipi tirusnya.
"Aku dengar percakapanmu dengan Ms. Cowell, Harry." Ia buru-buru menghapus air matanya.
Jadi, dia sudah sadar saat itu? Kalau begitu, aku tidak perlu repot menjelaskan perasaanku sebenarnya padanya.
Bocah itu secara tiba-tiba berdiri dan berlari melewatiku.
"Hey, mau ke mana?" panggilku.
Kudengar suara pintu apartemenku terbuka dan tertutup lagi. Dengan menggerutu aku terpaksa mengejarnya. Namun, saat aku akan memasuki lift, bocah menyebalkan itu sudah menutupnya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Little Girl
General FictionSemua orang memiliki masa yang kelam dalam hidupnya, termasuk seorang billionaire terkenal pewaris takhta Sieghart, Zacharry Sieghart. Hidup normalnya mendadak berakhir semenjak keluarganya dibantai dengan sadis. Kegelapan sudah menyatu menjadi satu...