Thirty Two : Love

340 16 1
                                    


★★★★★★★★★★★★★★★★★

Sarra POV

Harry masih terdiam mematung lama sekali. Sorot matanya menatapku dengan penuh heran atau takjub aku tidak begitu yakin, seperti dia mencoba menebakku.

Aku menghisap pipiku dalam-dalam, menunggu tanggapannya. Jantungku masih berdebar kencang. Bagaimana jika tebakanku salah dan aku melewati batas? Apakah Harry akan membenciku?

Tapi dari raut wajahnya sekarang, aku tidak begitu yakin. Dia benar-benar menyeringai.

Dia menyentakkan wajahnya ke pintu keluar di belakangku. "Ayo minum, oke? Di sini panas kan, shortcake?" katanya, dia mulai berjalan tapi matanya masih tertuju padaku.  Dia masih memiliki hal ajaib itu di matanya. Seolah dia mencoba untuk memecahkan beberapa teka-teki di diriku. Well, bukan berarti aku menyalahkannya, hampir setiap orang melakukannya padaku.

Pipiku menghangat saat menyadari makna ganda dibalik kata-katanya. Aku memejamkan mata beberapa saat sebelum akhirnya mengikutinya.

Aku menampar pipiku beberapa kali ketika aku mencoba menghentikan memori yang terjadi beberapa saat yang lalu untuk keluar dan yang lebih buruk lagi bahwa pikiranku malah kembali mengingatkanku pada malam kami yang lain.

Maksudmu, pria seksi itu bisa berciuman seperti dewa ya Sarra?

Aku menggelengkan kepalaku. Ugh.

Apakah kau merasakan stik miliknya mengganggumu seperti layaknya kunci untuk membuka kotak harta karunmu, hmm?

Oh my god, pergilah jauh-jauh setan! 

"Aduh!" Aku menggosok wajahku karena rasanya wajahku membentur dinding bata.  Ini bukanlah sarkasme.  Aku pernah benar-benar menabrak wajahku di dinding bata yang menakutkan ketika aku berusia 5 tahun.

"Gin atau wiski?" tanya Hijau yang menyadariku bahwa kami berada di barnya di sekitar dapur. Kulihat ia sedang membuka lemari tertinggi.

"Aku ... Um ... aku tidak benar-benar minum,"  balasku dengan gugup.

Dia lalu membuka botol dengan mudahnya hanya menggunakan tangan kosong.  Daamn.  Lalu dia memandangku.

"Mengapa?" tanyanya, tapi kulihat muncul seringaian kecil di mulutnya. Dia menuangkan minuman dengan sempurna dan mengangkatnya ke mulutnya dan meminumnya sementara matanya masih menatapku, menganalisisku.

Dia tahu itu dan dia ingin menggodaku. Beraninya dia! 

Pipiku memerah. Aku meletakkan rambut tergeraiku di belakang telingaku saat aku berdehem.  "Aku dan alkohol bukanlah teman baik."

"Begitukah? Mengapa ya?" Dia mengocok gelasnya dan tertawa kecil saat melihatku menggeliat tidak nyaman di hadapannya.

"Ayolah, kau tahu dan berhenti menggodaku."  Aku melipat tanganku dan melotot padanya.

Dia berjalan ke arahku.  "Dan apa yang akan kau lakukan kalau tidak?"  Dia mengejek dan minum lagi, matanya menembus tajam ke mataku.

Dia terlihat seperti itu lagi. Tatapan yang biasanya berakhir dengan kita bermesraan seperti remaja yang horny.

Bukan berarti kamu ingin protes kan, Sarra?

Aku mengerutkan kening dan berjalan mundur. "Aku tahu apa yang kau coba lakukan, Harry."

"Benarkah?" katanya dengan ekspresi pura-pura terkejut dan mulai berjalan mendekatiku sampai pantatku mengetuk meja bar. Kepalaku mendongak padanya melihat ekspresi mencurigakannya.  Sial, kenapa dia harus sangat tinggi?

His Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang