*******************************
[Unedited]
Harry POV
Aku tak pernah menyangka menari bisa membuatku sangat kelelahan. Kurasa ballet merupakan salah satu olahraga yang ekstrim.
"Apa kau menyerah, bos?" tanya Sarra Gates. Senyumnya merekah seolah menertawaiku.
Aku memutar bola mataku. Tak kusangka aku mau melakukan hal konyol ini, apa yang aku pikirkan?
"Ayolah, kau ini pria besar. Jangan jadi pussy! " Dia meninju lenganku dengan penuh humor.
"Jangan panggil aku pussy," tukasku.
Selama bersamanya beberapa hari ini, aku mulai tahu perangainya yang ternyata cukup menyebalkan walaupun sebenarnya sangat ceroboh. Penampilannya seperti biasa mencolok, ia juga punya banyak kebiasaan buruk; Sering telat, makan seperti babi dan terkadang diam-diam suka bernyanyi sambil berjoget-joget tapi yang ini walaupun konyol sebenarnya cukup lucu, dan yang terakhir ia itu suka memerintah, hal yang kubenci darinya.
Kita latihan satu jam tiap harinya karena kita hanya memiliki waktu seminggu untuk tampil yang sekarang tak kusadari akan dilaksanakan esok hari. Dia tidak memberitahuku alasan penari yang kugantikan sebelumnya keluar, tapi aku tidak kaget kalau karena ulahnya. Aku latihan seusai kerjaku, jadi hanya aku dan dia yang berlatih saat malamnya terkadang pula sore hari bersama murid lainnya. Sebagai upaya untuk meraih kepercayaannya dan supaya ia berhutang budi padaku aku melakukan ini. Entah kenapa aku merasa jika memilih Sarra Gates, hidupku akan terasa lebih fun.
Teleponku kembali berdering. Kuhela napas pendek, saat kulihat nama di layar gawaiku yang lagi-lagi tak berhenti menggangguku.
"Di mana kau, Tuan? Kau melewati meeting malam ini! "
"Hey, aku adalah bosnya, biarkan bawahanku kali ini yang bekerja."
"Tapi- Kenapa napas Anda memburu? Apa yang sebenarnya sedang Anda lakukan belakangan ini? "
"Bukan urusanmu." Kututup panggilannya.
"Yo, Harry Sieghart in the house~! Nih spesial untukmu."
Aku mendongak dan melihat Sarra Gates menyodorkanku segelas air susu dengan menyengir lebar.
"Untuk mengembalikan energimu," lanjutnya sambil berpose semangat. Kemudian, tak ada angin atau apapun ia tiba-tiba menepuk punggungku dengan kencang yang mungkin membuatku tersedat jika aku minum.
"Kau melakukan latihan dengan baik beberapa hari ini. Tidak seperti hari pertama yang pfft." Ia menertawaiku. Ia mungkin kembali mengingat hari pertama aku berlatih yang seperti orang-orangan sawah.
"Tentu saja, mottoku itu to do anything to survive," balasku ketus.
"Nice." Ia akan kembali menepukku tapi aku sudah berhasil menghindar yang membuat tubuhnya terhuyung. Aku bisa sedikit dengar ia mencibirku dari belakang.
"Bisa aku pulang sekarang?" tanyaku sembali merenggangkan tubuhku.
"Okay," responnya saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. "Kuharap kau jangan melupakan gerakan solomu besok, pohon." Memang saat pertunjukkan besok aku akan berperan menjadi pohon, tapi kuragukan saat kumemiliki banyak gerakkan.
"Jeez. Tentu saja."
"Siapa tahu kau akan direkrut Ms. Dancy nantinya! Hahaha!" Ia tertawa lebar. Ia sungguh menikmati aku menderita, huh?
Aku memilih untuk tak membalasnya dan bergegas membereskan barang-barangku. Tapi saat aku akan memasuki mobilku untuk pulang, ponselku bergetar yang ternyata dari Cara yang menitip untuk membelikannya es krim sekaligus untuk mengantar Sarra Gates pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Little Girl
General FictionSemua orang memiliki masa yang kelam dalam hidupnya, termasuk seorang billionaire terkenal pewaris takhta Sieghart, Zacharry Sieghart. Hidup normalnya mendadak berakhir semenjak keluarganya dibantai dengan sadis. Kegelapan sudah menyatu menjadi satu...