"Ada apa kau memanggilku Kim Mingyu-ssi? Aku harap ini tidak akan lama karena aku ingin pulang lebih awal."
Mingyu yang sedang memejamkan mata untuk sedikit menghilangkan rasa lelahnya setelah seharian bekerja, mulai membuka matanya saat ia mendengar suara seseorang yang telah ditunggunya. Mingyu menatap namja yang sedang berdiri di depannya itu dan segera meraih kunci mobil yang ada di dekat file-file yang masih berserakan di meja. Dengan malas Mingyu beranjak dari kursinya dan mengambil tas sambil merapikan pakaiannya yang mulai kusut dan kembali menatap namja yang masih menunggu Mingyu untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya tadi itu.
"Antarkan aku pulang. Aku terlalu lelah untuk menyetir sendiri." Mingyu melemparkan kunci mobil yang telah diambilnya tadi ke namja yang masih diam dan sedang memproses omongan Mingyu. Dengan reflek ia langsung meraih kunci yang melayang sepersekian detik di udara itu. Mingyu langsung berlalu meninggalkan namja yang masih berdiri tercengang sambil melihat kunci mobil yang ada ditangannya dan menghiraukan erangan kesalnya.
Masih dengan mengomel namja mungil berambut coklat itu mulai menyalakan mesin mobil Kim Mingyu. "Apa kau tidak bisa menelfon supir keluarga untuk menjemputmu? Kau tau kan rumahku dengan rumahmu itu berbeda arah." Mingyu hanya mengangkat bahunya sambil menyalakan radio mobilnya untuk menutupi omelan namja yang sedang menyupir disebelahnya itu.
"Oh God.. Apa salahku harus memiliki bos yang menyebalkan seperti dia!" Namja manis itu menggerutu pelan. "Itu karena kau adalah sekretaris sekaligus asisten pribadiku Lee Jihoon-ssi." Jihoon langsung membulatkan matanya saat ia mendengar suara Mingyu. "K-kau bisa mendengarku?" Mingyu mendengus. "Tentu saja aku bisa mendengarmu. Meskipun aku menyalakan radio, suara omelanmu itu masih dapat terdengar olehku, lagi pula di mobil ini hanya ada kita berdua." Muka Jihoon memerah. Ia memutuskan untuk memfokuskan pada jalanan yang ada di depannya dan menyupir lebih cepat lagi agar ia bisa cepat terbebas dari bos evilnya.
---------------
Jihoon memarkir mobilnya di depan halaman kediaman Kim dan segera melepaskan sabuk pengamannya. "Kau ikutlah masuk ke dalam karena Eomma mengajakmu untuk makan malam bersama keluargaku malam ini." Mingyu yang baru saja akan membuka mobilnya terkejut saat Jihoon menekan tombol kunci yang ada disamping pintu mobilnya. "Apa yang kau lakukan?" Mingyu menatap Jihoon dengan tercegang. "Duduklah dengan benar dan segera pakai seat bealtmu lagi." Jihoon yang tanpa Mingyu sadari sudah memakai kembali sabuk pengamannya mulai menyalakan mesin mobil Mingyu lagi dan memutar arah untuk keluar dari halaman rumah keluarga Kim. "Ya! Apa yang kau lakukan? Kau akan membawaku kemana? Apa kau akan menculikku? Apa ini balas dendammu?" Mingyu memakai sabuk pengamannya dengan cepat sambil memperhatikan jalanan yang dilalui oleh Jihoon. "Kau diamlah. Aku hanya membawamu sebentar ke toko kue terdekat. Sebagai calon suami yang baik dan calon menantu idaman, aku harus tampil sempurna di depan keluargamu untuk mengambil hati mereka." Mingyu mendengus tidak percaya mendengar omongan Jihoon tetapi ia tetap menuruti Jihoon sambil duduk manis disampingnya.
----------------
Mingyu langsung cepat-cepat keluar dari mobil saat Jihoon telah memarkir mobilnya di depan toko kue sederhana yang tidak jauh dari rumahnya. Darimana ia tahu ada toko kue seperti ini di dekat rumah? Pikir Mingyu dalam hati. Saat Mingyu sedang berjalan menuju pintu toko kue tersebut ia langsung berhenti sejenak saat ia menyadari bahwa ia tidak mendengar suara langkah kaki Jihoon. Ia pun membalikkan badannya dan ia mendapati JIhoon masih di dalam mobil sambil melihat ponselnya dengan ekspresi wajah yang tidak terbaca oleh Mingyu. Ia pun kembali menghampiri Jihoon. "Ya! Apa kau akan terus berdiam disini? Bukankah kau yang berinisiatif akan membeli kue untuk keluargaku?" Mingyu berkata dari pintu samping mobil tempat ia duduk tadi. Jihoon masih diam sambil melihat layar ponselnya. "Lee Jihoon-ssi?" Mingyu memanggil Jihoon lagi. Jihoon menolehkan kepalanya dan menatap Mingyu masih dengan ekspresi yang tidak terbaca. "Kim Mingyu-ssi, maafkan aku bisakah kita tidak jadi membeli kue dan langsung menuju ke rumahmu?" Entah ada apa dipikiran Mingyu saat itu. Biasanya ia akan langsung mengomeli Jihoon jika Jihoon begitu saja membatalkan sesuatu tapi kali ini melihat ekspresi Jihoon yang tidak biasa Mingyu hanya mengangguk dan langsung memasuki mobilnya lagi.
Mingyu masih beberapa kali melirik ke arah Jihoon yang sedang menyupir disampingnya untuk mengamati ekspresi wajah Jihoon tapi ia tetap tidak bisa membacanya. "Jihoon-ssi pinggirkan mobilnya sekarang." Jihoon tidak merespon. Sepertinya ia sedang terjebak didalam pikirannya. "Lee Jihoon-ssi?" Suara Mingyu membuyarkan lamunan Jihoon. "A-apa? K-kenapa Mingyu-ssi?" Mingyu menghela nafasnya. "Aku bilang pinggirkan mobilnya sekarang." Mingyu berkata sambil terus mengamati wajah Jihoon berharap ada perubahan pada ekspresi wajahnya. "Tapi ini belum sampai rumahmu." Mingyu mengusap wajahnya kesal. "Jangan sampai aku mengulang perintahku lagi untuk yang ketiga kalinya, Lee Jihoon-ssi." Mingyu berkata kepada Jihoon dengan nada tegas yang membuat Jihoon tidak berani untuk berpikir dua kali dan menyanggahnya.
Saat mobil telah berhenti dipinggir jalan, Mingyu langsung menuruni mobilnya dan segera menghampiri Jihoon yang masih duduk di kursi kemudi. Ia langsung membuka pintu mobil Jihoon. "Turunlah dan segera pindah ke kursi sebelah. Biarkan aku yang menyupir." Untuk pertama kalinya Jihoon tidak protes dengan perintah Mingyu. Ia hanya mengangguk, melepaskan sabuk pengamannya dan langsung pindah ke posisi duduk penumpang yang ditempati Mingyu tadi.
"Kau mau aku antar kemana?" Mingyu yang kini telah memegang kemudi memulai percakapan mereka di mobil yang hening itu. "U-um? Kau tidak perlu mengantarkanku kemana-mana. Kita langsung menuju ke rumahmu sekarang." Mingyu mendengus. "Untuk apa kita ke rumahku jika kau tidak akan bisa ikut makan malam bersama?" Jihoon menatapnya dengan bingung. Bagaimana ia tahu tentang rencanaku yang akan menemui keluarganya untuk meminta maaf kepada mereka karena tidak bisa ikut makan malam bersama mereka sesampainya kita di kediaman Kim nanti? Jihoon bertanya didalam hati. "Berhentilah menatapku seperti itu. Aku tidak bodoh Jihoon-ssi. Sudahlah cepat katakan padaku kau ingin aku antar kemana?" Jihoon menunduk sambil memainkan jarinya. "Berhentilah mencemaskan Eomma dan keluargaku. Nanti aku yang akan mengurusnya. Sekarang cepat katakan padaku kemana tujuanmu agar aku bisa cepat pulang ke rumah dan makan malam bersama mereka karena aku sudah kelaparan." Jihoon mengangguk kecil. "Tolong antarkan aku ke stasiun." Mingyu langsung membelokkan kemudinya untuk menuju ke stasiun tanpa melewatkan gumam pelan Jihoon yang mengucapkan terimakasih kepadanya.
Sepanjang perjalanan menuju ke stasiun, Mingyu sesekali melirik ke arah Jihoon yang sedang menyandarkan kepalanya di jendela samping mobilnya. Ada apa denganmu Jihoon-ssi? Mingyu bertanya-tanya dalam hati. Ia melihat ke arah tangan Jihoon yang masih menggenggam erat ponselnya seakan ia sedang menunggu kabar dari seseorang. Mingyu tidak berani untuk mengganggu Jihoon dengan situasi seperti ini. Ia pun memilih untuk diam dan membiarkan keheningan yang menemani mereka malam ini seperti biasanya. Bedanya, kali ini bukan keheningan awkward yang menyelimuti mereka melainkan keheningan yang.... yang Mingyu sendiri masih belum mengetahuinya. Ia hanya berharap apapun masalah yang sedang Jihoon hadapi saat ini dapat cepat selesai dan dapat mengembalikan Jihoon ke pribadi yang Mingyu kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Marry Me?
Fanfiction"Kau membenciku, kan? Aku juga sangat membencimu, maka dari itu menikahlah denganku."