Chapter 12: First Love Part II

1.8K 179 40
                                    

Setiap pagi Jihoon akan terbangun dengan sebuah pesan singkat dari Seungcheol yang mengucapkan selamat pagi untuknya dan dari ucapan itu, aktivitas balas membalas pesan singkat itu akan terus berlangsung sampai Seungcheol mengucapkan selamat malam dan selamat tidur untuknya. Tidak terkecuali hari ini. Jihoon yang baru saja sampai di kantornya dan bersiap untuk memulai kerjanya hari itu masih menyempatkan beberapa kali untuk saling membalas pesan dengan Seungcheol.

From: Me

To: Choi Seungcheol

Bagaimana jika nanti sepulang kerja aku akan menghampirimu di kafe tempatmu bekerja? Aku tidak suka jika harus menunggu sendirian di tempat asing.

From: Choi Seungcheol

To: Me

How Cute.. Aku juga tidak mau jika nanti ada orang yang menggodamu atau bahkan menculikmu saat kau menungguku sendirian di restauran itu. Kau sangat berharga untukku, cutie~ :3

Jihoon baru saja akan membalas lagi pesan dari Seungcheol saat sebuah pesan singkat masuk lagi ke ponselnya.

From: Kim Mingyu

To: Me

Ke ruanganku sekarang. Penting.

Jihoon memutar bola matanya dan segera beranjak ke ruangan Mingyu. Meninggalkan pesan singkat Seungcheol yang masih belum terbalas.

-------------------------------------------------

Mingyu langsung menghentikan ativitasnya saat Jihoon membuka pintunya. Ia memperhatikan Jihoon yang perlahan sedang berjalan ke arahnya sampai tepat berdiri di depan meja kerjanya. "Apa kau tidak mau duduk terlebih dahulu?" Mingyu melirik kursi yang berada di hadapannya. Mempersilahkan Jihoon untuk mendudukinya. Dengan tanpa ada perasaan yang aneh, Jihoon pun menuruti Mingyu. Ia menarik salah satu kursi tersebut dan duduk dihadapan Mingyu, menunggunya untuk memulai pembicaraan "penting"nya. Mingyu berdehem dan tersenyum. Jihoon mulai merasakan ada yang aneh melihat Mingyu yang bersikap seperti ini. "Jadi, masalah pameran itu--"

"Kim Mingyu-ssi. Aku sudah bilang bahwa aku tidak mau datang ke pameran itu dan aku juga telah ada janji penting." Jihoon memotong ucapan Mingyu. "Pekerjaan lebih penting daripada berkencan, Lee Jihoon-ssi." Mingyu menjawab Jihoon dengan tegas. Jihoon terdiam. "Orang tuaku juga akan datang ke pameran itu, ternyata pelukis itu mengundang orang tuaku juga. Sepertinya pelukis itu mengenal dekat orang tuaku. Jadi kau harus datang untuk menemaniku." Mingyu tersenyum menang melihat Jihoon yang terlihat kesal. "Aku sudah selesai berbicara, kau bisa kembali bekerja." Dengan kesal Jihoon memberikan salam kecil kepada Mingyu dan segera beranjak dari kursinya. "Ah, jangan lupa nanti kau pakai cincinnya. Kau tidak menghilangkannya, kan?" Jihoon merogoh saku celananya dan mengeluarkan kotak cincin itu dengan malas. "Kau selalu membawanya di sakumu?" Jihoon mengangguk kecil. "Karena orang tuamu sangat tidak dapat diprediksi kedatangannya." Jihoon pun memasukkan kembali kotak cincin itu ke sakunya dan langsung keluar meninggalkan Mingyu yang masih tersenyum di kursinya.

------------------------------------------------------

Seungcheol adalah namja yang sangat baik hati, perhatian, humoris, dan pengertian yang pernah Jihoon temui. Saat ia dengan berat hati harus membatalkan acara makan malam mereka karena bos evilnya mengajaknya untuk menghadiri sebuah pameran lukisan bersamanya, Seungcheol tidak mempermasalahkannya. Ia bahkan menyemangati Jihoon dan berjanji untuk mentraktirnya es krim jika Jihoon dibuat kesal oleh bos evilnya nanti. Iya. Bos Evil. Walaupun Jihoon dan Seungcheol baru berkenalan beberapa waktu lalu, Jihoon telah menceritakan bagaimana evilnya si Kim Mingyu ke Seungcheol minus masalah hubungan pura-pura mereka. Jadi disinilah Jihoon sekarang, berdiri disamping Mingyu yang masih memperhatikan sebuah lukisan berupa sebuah tangan kanan dengan ukuran agak besar memegang sebuah tangan kanan lain yang berukuran agak kecil diatas sebuah buku tulis kosong yang terbuka tepat ditengah-tengah dengan tulisan "Always dan Never" di samping kiri atas dan kanan bawah di buku tersebut dengan cincin yang terpasang di masing-masing jari manis mereka. Jihoon mendesah kecil. "Apa kau haus? Aku akan mengambil minum." Jihoon pun pergi meninggalkan Mingyu yang masih terfokus pada lukisan tersebut.

----------------------------------------------

Saat Jihoon telah kembali dengan membawa dua gelas minuman untuknya dan Mingyu, ia sudah tidak melihat Mingyu di depan lukisan itu. Dengan kesal Jihoon pun mencari Mingyu dengan mengelilingi area lantai 2 gendung tersebut. Setelah 30 menit lamanya ia mengelilingi gedung tersebut (lantai atas dan bawah) dan kembali lagi ke tempat lukisan di mana ia meninggalkan Mingyu (di lantai 2), Jihoon mulai merasa lelah, terlebih setelah berkali-kali ia telah mencoba menghubungi ponsel Mingyu yang hanya dijawab oleh operator. Ia pun memutuskan untuk pulang dan meninggalkan gedung tersebut tetapi langkahnya terhenti oleh sebuah tangan yang menyentuh pundaknya. "Jihoon-ssi?" Jihoon pun menoleh. "Wonwoo-ssi?" Namja yang bernama Wonwoo itu pun tersenyum. "Ah, ternyata aku tidak salah orang. Tadinya aku hampir tidak menyapamu karena takut aku menyapa orang yang salah karena kau benar-benar terlihat beda. Kau terlihat lebih tampan dan cute. Apa mungkin karena kita jarang bertemu?" Jihoon hanya tersenyum kecil kepadanya. "Bukankah lukisan ini sangat menyentuh?" Wonwoo mengalihkan pandangannya ke arah lukisan tangan yang Mingyu amati tadi. Jihoon membalikkan badannya ke arah lukisan tersebut dan mencoba memperhatikan lukisan itu dengan seksama. Lukisan itu memang terlihat lebih hidup dengan permainan warna dan teknik yang dipakai pelukisnya, tetapi Jihoon tidak mengerti di mana letak "menyentuhnya" dari lukisan tersebut. Bagi Jihoon lukisan itu malah terkesan kekanak-anakan terlebih dengan kata 'Always dan Never'nya. Wonwoo tersenyum melihat ekspresi wajah bingung Jihoon. "Orang lain yang tidak mengerti makna dari lukisan ini pasti hanya bisa melihat keindahan luarnya saja." Jihoon menatap Wonwoo yang masih menatapnya. "Jika kau mencari Mingyu, aku akan mengantarkanmu padanya."

Wonwoo mengantar Jihoon ke sebuah lokasi di ujung lantai 2. Jihoon menatap Wonwoo dengan bingung. Wonwoo menganggukkan kepalanya ke arah pintu berkaca yang sebagiannya tertutupi oleh tirai berwarna merah maroon. Benar saja ia menemukan Mingyu sedang bersama dengan seorang yeoja yang sangat cantik bergaun biru tua dengan rambut hitam lurus terurai. Saat Jihoon akan menghampiri Mingyu ia tidak sengaja mendengar ucapan dari yeoja itu.

"Aku harap kau tidak pernah lupa dengan janji kita, Mingyu. Aku yang selalu mencintaimu dan kau yang tidak akan pernah berhenti untuk mencintaiku."

Selalu mencintaimu? Tidak pernah berhenti untuk mencintaiku?

"Always and never." Wonwoo membuyarkan pikiran Jihoon yang masih tertegun mendengar ucapan yeoja itu. Wonwoo menatap Jihoon dan tersenyum. "Dia adalah Park Minah, kekasih pertama dan cinta pertama Mingyu." Jihoon terdiam, ia masih berusaha untuk mencerna ucapan Wonwoo. "Dan melihat bagaimana Mingyu masih mau menghadiri undangan darinya seperti ini, setelah apa yang pernah yeoja itu lakukan ke Mingyu, itu berarti Mingyu masih memegang janjinya dan Mingyu ingin menjadikannya sebagai cinta terakhirnya."

Kekasih pertama, cinta pertama, dan cinta terakhir? 

Oh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Will You Marry Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang