"Kamar mandinya berada di ujung lorong setelah dapur. Eomma selalu menyediakan handuk bersih dan sikat gigi baru disana. Untuk jaga-jaga kalau ada kerabat dekat atau temanku atau teman Harin menginap di rumah. Jadi kau bisa langsung mandi sekarang. Aku akan mencarikan baju ganti untukmu." Mingyu sedang mengamati ruang tamu keluarga Lee saat Jihoon berbicara dengannya. Mereka baru saja sampai di kediaman Lee setelah 15 menit berada di dalam taxi dengan Jihoon yang sama sekali tidak mau berbicara dengannya. Jangankan berbicara, selama diperjalanan ia sama sekali tidak mau melihat ke arah Mingyu. Ia lebih memilih untuk melihat ke arah jalanan yang sepi atau sesekali mengobrol sambil bercanda dengan supir.
"Umm.. apa kau berbicara denganku?"
Jihoon memutar bola matanya. "Tidak. Aku sedang berbicara dengan tembok yang ada disebelahmu. Sepertinya dia butuh mandi karena sudah terlihat kotor." Jihoon menjawab Mingyu dengan tatapan datar.Mingyu mendengus.
"Seriously?! Setelah 15 menit lamanya kau menghiraukanku di taxi dan sekarang kau memperlakukanku seperti ini?! Kau benar-benar tega Lee Jihoon. TEGA!!" Mingyu berkata sambil menghapus air mata palsunya.
Jihoon berkedip.
Apa ini benar-benar bos evilnya Kim Mingyu yang terkenal sangat irit bicara saat di kantor? Kenapa ia sekarang menjadi banyak bicara dan...overreact? Apa ia salah makan di kereta tadi? Atau kepalanya telah terbentur sesuatu saat ia berada di kamar mandi rumah sakit sebelum mereka pulang?
Jihoon tidak mau terlalu banyak berpikir. Ia memilih untuk menghiraukan Mingyu (yang masih menghapus air mata palsunya dan sekarang ditambah dengan satu tangan diletakkan di dadanya sambil berbicara nonsense yang lain) menuju ke kamarnya.-
"Ah.. kamarku." Jihoon tersenyum melihat kamarnya yang sudah berbulan-bulan tidak ia temui. Sebuah tempat tidur berukuran queen, sebuah meja kecil dengan beberapa foto diatasnya terletak disamping kanannya. Sebuah lemari yang berukuran tidak terlalu besar berada disebrang tempat tidur, dan sebuah meja belajar berjarak beberapa langkah dari tempat tidurnya, serta sebuah gitar yang bersandar ditembok terletak di sebelah kirinya. Jihoon tertawa kecil. Eommanya sama sekali tidak mengubah posisi kamarnya saat terakhir kali ia meninggalkannya.
Jihoon berjalan memasuki kamarnya. Menikmati setiap memori yang tertinggal. Ia berjalan menghampiri meja kecil yang ada di samping tempat tidurnya, membuka laci meja tersebut, dan tersenyum.
-
"Jihoonie~~~ Mana baju untukku? Aku bisa kedingingan jika kau tidak memberikannya sekarang~" Jihoon mengutuk dalam hati. Wth is wrong with him? Apa ia salah minum obat? Jihoon mengiraukan suara Mingyu dan terus mencari baju yang sekiranya pas untuk makhluk aneh itu.
"Uri Jihoonie~~~ ah di sana kau rupanya. Kenapa kau tidak menjawabku, sayang?"
Jihoon bersumpah ia bisa naik darah jika ia mendengar suara 'sok cute' Mingyu sekali lagi. Jihoon mengambil sebuah baju dengan asal (ia tidak peduli apakah baju itu akan cukup atau kekecilan di badan Mingyu) dan menutup dengan keras lemarinya. Ia bersiap akan meluapkan emosinya yang sudah ia tahan sejak di rumah sakit tadi dan--Hening.
Hening.
Hening.
Mingyu tersenyum evil di depan pintu kamarnya. "Apa kau suka dengan yang kau lihat, sayang?" Mingyu berdiri di depan pintu kamar Jihoon hanya dengan menggunakan sehelai handuk yang ia pakai dipinggangnya. Memamerkan kulit coklat dengan otot dan abs yang ia miliki, serta rambut yang basah dan acak-acakan yang membuatnya terlihat lebih....Hot.
Tidak mendapat respon dari Jihoon, Mingyu memutuskan untuk berjalan perlahan menghampiri Jihoon yang masih mematung di depan lemari masih dengan senyuman evil yang tidak terlepas dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Marry Me?
Fanfiction"Kau membenciku, kan? Aku juga sangat membencimu, maka dari itu menikahlah denganku."