5

155 12 0
                                    


Perjalanan Indonesia-Korea yang lumayan lama cukup membuat badanku pegal-pegal semua. Meskipun mendapat tiket kelas bisnis plus duduk bersampingan dengan Chanyeol tapi itu semua gak membuat pegal-pegalku hilang.

Hampir delapan jam kami tak bersuara di dalam pesawat. Lebih tepatnya setelah ia memberikan ponselnya padaku kami tidak banyak bicara lagi. Dan sejak kejadian di pantai itu aku juga malas untuk sekedar berbasa-basi dengannya.

Semua kembali ke awal.

Jangan kalian kira aku cemburu. Aku cukup tau diri untuk tidak cemburu pada hal yang tidak semestinya. Hanya saja sifat Park Ji Yeon yang seolah menegaskan kepunyaannya membuatku merasa tidak enak.

Aku melangkah pelan menuju pintu dorm EXO diikuti Chanyeol di belakangku. Ku tekan password dan pintu pun terbuka. Ia masuk dulu mendahuluiku.

Kami udah kaya suami istri aja yah.

Sesampainya di dorm suasana begitu sepi. Hanya ada Kai dan Xiumin yang tengah asyik bermain PS.

"Yoon Ji ahh, Chanyeol ahh, kalian sudah tiba?" tanya Xiumin yang dijawab oleh Chanyeol.

Kalo gak tiba trus yang berdiri di sini apaan?

Aku melangkah menuju kamarku. Kulihat dorm tidak begitu berantakan. Kurasa Kyung Soo yang menggantikanku membersihkan dorm selama aku di Indonesia.

"Hya... "

Aku menoleh ke Chanyeol. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tidak jadi. Tiba-tiba kurasakan tubuhku terdorong oleh seseorang. Aku terkaget saat tiba-tiba Kyung Soo keluar dan memiting leherku.

"Olaen manida, chingu ya... " katanya sambil terus memiting leherku. Melihat aku udah terbatuk-batuk baru ia lepaskan.

Chingu sih chingu, gak gini juga kale..

Ia tersenyum menyambutku. Dan senyumnya itu udah kaya gulali mbookk.

"Bagaimana perjalanan pertamamu? Apakah menyenangkan?" tanyanya.

Aku sendiri juga bertanya-tanya apakah ini bisa disebut menyenangkan.

"Aku bekerja, bukan liburan." kataku.

"Apa kau lapar? Masih ada kimbab yang kusisakan untukmu." tanyanya yang langsung saja kuangguki. Berterima kasihlah kepada Do Kyung Soo wahai cacing-cacing di perut.

"Khajja! Hyung khajja! Aku juga sudah menyisakan untukmu." Kyung Soo segera menarik tanganku ke dapur.

Chanyeol tidak menjawab ajakan Kyung Soo. Ia hanya diam dan menatap kami sebentar. Tatapan tajamnya seolah ingin menelanku bulat-bulat. Kemudian ia berjalan kasar ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.

Salah apalagi aku?

*

Sudah tiga jam aku beguling tidak jelas di atas kasur. Ini ngantuknya kok gak datang-datang. Jadi gelisah sendiri. Mutar kanan salah, mutar kiri salah. Hingga akhirnya aku terduduk di atas kasur.

Kepalaku menggeleng cepat, mengenyahkan pikiran-pikiran penghambat tidur ini. Tapi nyatanya gambar saat kedua manusia itu berpagutan tidak hilang dari kepalaku juga.

Aku tidak mengerti kenapa aku selalu memikirkan hal itu sejak kemarin. Otakku seolah terpaku pada kejadian itu.

Itu bukan urusanmu, Kim Yoon Ji! Terserah mereka mau ciuman dimana juga.

Tapi melupakan kejadian yang kita lihat dengan mata kepala sendiri itu gak semudah melupakan rumus matematika. Kalo rumus matematika sih mudah dilupa karena emang sulit diingat. Nah ini... Mau dilupa sulit, diingat malah sakit.

Sakit? Memangnya kau siapanya Kim Yoon Ji yang punya hak sakit hati?

Apa jedorin kepala ke dinding aja yah? Siapa tau bisa amnesia.

"Aarrghh.. Molla"

Telingaku menajam saat mendengar suara aneh tiba-tiba. Udah pukul dua subuh. Anak-anak mah udah tidur dari satu jam yang lalu.

Trus kalo bukan anak-anak siapa dong?

Mulai parnoan aku. Kayanya ini bulu tengkuk udah mulai berdiri deh. Aku ambil selimut dan mulai menggulung tubuh dengan selimut tebal itu.

Tapi bukannya makin hilang yang ada malah makin nyaring aja tuh suara.

Jangan-jangan maling....

Wahh bahaya ini mah. Reputasi aku sebagai asisten boyband papan atas yang sekaligus asisten rumah tangga bisa tercoreng jika sampai dorm ini kemasukan maling.

Dengan keberanian yang setengah-setengah aku akhirnya memutuskan keluar kamar untuk mengecek di luar. Berbekal raket nyamuk aku keluar sambil mengendap-ngendap.

Semua lampu uda di matiin, hanya sisa lampu di ruang tengah yang memang sengaja dihidupin. Dari situ aku bisa melihat sebuah bayangan yang memasuki daerah dapur.

Mungkin malingnya lapar dan pengen makan dulu sebelum nyuri.

Tapi aku kan belum sempat belanja, bahan makanan udah habis tadi dipakai Kyung Soo.

Bodoh ahh. Yang penting tangkap dulu tu maling.

Akupun mengikuti langkah malingnya. Wajah dan tubuhnya gak kelihatan jelas karena aku hanya mengikuti bayangannya. Saat kulihat malingnya asyik melihat isi kulkas maka saat itu juga aku menyerang. Raket nyamuk yang kupegang kupukulkan tepat ke kepela bagian belakangnya berkali-kali. Ia meringis dan berteriak.

Kenapa suaranya familiar ya?

Masa bodoh! Aku lanjut memukul dengan brutal. Sampai pukulanku terhenti saat tangannya menahan lenganku dan menyentak tubuhku mendekat kearahnya.

Sekarang posisinya gak enak banged. Tubuhku dan pria pencuri ini berdiri dengan saling merapat. Dari jarak sedekat ini aku dapat merasakan sapuan nafasnya yang menerpa wajahku.

Tangan kiriku yang tidak memegang raket nyamuk tidak sengaja memegang dadanya.

Tidak hanya suara, dadanya juga familiar.

Aku yang sejak tadi merem akhirnya mencoba membuka mata. Wajahnya kira-kira lima senti tepat di depan wajahku. Manik hitamnya menatapku pekat dan dingin. Dan tatapan seperti ini sudah sering kuterima akhir-akhir ini dari seorang pria bernama.... Park Chanyeol.

EXO and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang