5. Hinata Ku Yang Manis

6K 406 44
                                    


***

Keadaannya masih sama, dalam posisi diatas paha sosok pria yang beberapa saat lalu telah menjadi pria pertama yang mencuri ciuman pertamanya, lebih tepatnya bukan mencuri, tapi gadis jelita bermata Amethyst itu menerima sekaligus menyambut ciuman sang pria dalam artian keduanya saling menginginkan.

Detakan jantungnya memompa dengan sangat cepat. Yah—Hinata merasakannya dengan jelas. Tangannya yang melngkar mesra pada leher si lelaki masih betah dan semakin mendesir. Jangan lupakan wajahnya yang kian merona.

"Ano... U-uzumaki-kun," panggilnya lembut menatap pria yang masih memangkunya malu-malu. Tangannya tertarik tak lagi merangkul, Hinata tersadar akan kelakuannya hingga wajahnya kian merona hebat.

Satu alis si pirang terangkat naik, "Hm...?"

Menunduk memperhatikan posisinya. Hinata sungguh gugup saat ini, apalagi posisinya yang begitu intim. Namun, sungguh ia menyukai hal ini.

"A-apakah aku bo-boleh turun?"

Uzumaki-kun tersenyum simpul, "Kenapa? Kau tidak nyaman?"

Hinata mendongak lantas menggeleng kuat, "Bukan... Ta-tapi aku kan berat, Uzumaki-kun...."

Mungkin bibirnya berucap seolah ingin turun. Tapi dalam hati Hinata sebenarnya ingin tetap seperti ini.

"Tidak," kata Uzumaki-kun, "Tapi jika kau ingin, kau boleh turun."

Dalam hati Hinata tak rela. Sesungguhnya hinggap dibenaknya jika Uzumaki-kun menolak atau tidak memperbolehkannya turun.

Tetap diam tak beranjak, rasanya Hinata masih ingin meski malu. "Uhm... Ahhh!!"

Hinata terkejut. Belum sempat ia turun mendadak ada tangan yang merapatkan tubuhnya tak lain adalah Uzumaki-kun pelakunya. Membuatnya sempat tersentak tapi juga senang karena Uzumaki-kun seolah tak rela dirinya turun dari pangkuan tersebut.

"Bagaimana jika kau bercerita sedikit tentang dirimu?"

Jemarinya kembali bertaut menggemaskan. Lantas entah kenapa Hinata merubah raut wajahnya sedikit gelisah.

Uzumaki-kun menyadarinya. Tampak raut aneh menjurus takut itu membuatnya heran, "Hey, ada apa?"

Hinata menggeleng. Tundukannya semakin mendalam kala mengingat nanti malam adalah-

"A-aku ta-takut... U-uzumaki-kun, a-aku takut." ingin rasanya Hinata memeluk Uzumaki-kun agar lebih tenang. Namun mendadak ia tidak berani.

Pria bersurai kuning itu mengkerut. Takut? Sama sekali ia tak tau maksud dari Hinata, membuatnya menerka-nerka dan semakin menjelihkan pikirannya.

"Takut? Sebenarnya ada apa?" dagu lancip itu diangkatnya pelan. Dan benar saja, wajah Hinata sangat ketakutan. "Hinata? Katakan ada apa?"

"Bo-bolehkan aku disini bersama Uzumaki-kun?" bukannya menjawab, Hinata malah bertanya penuh harap masih dengan wajah ketakutan.

Wajah penuh harap dengan tatapan memohon itu seketika menjadi guratan penuh kekecewaan, gelengan kepala dari Uzumaki-kun seolah menyambar hatinya.

"Hina—"

"Ta-tapi Uzumaki-kun—" potongnya, lebih tepatnya mereka berujar secara bersamaan, "A-aku tidak mau be-bertemu dengan Sasuke-san... Aku takut."

Entah sebenarnya apa yang ada dalam diri Hinata hingga ia berani mengaduh bahkan pada Uzumaki-kun. Kalau boleh jujur, selama hidupnya samapai berusia 25 tahun ia tak pernah memohon seperti itu, bukan karena ego atau sejenisnya, hanya saja semua tau jika Hinata adalah sosok pemalu yang dominan pendiam meski tidak terlalu. Memungkinkan dirinya yang canggung dan malu jika seperti itu.

Response TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang