10. Psikopat?

4K 274 40
                                    


***

Pukul 00:30. Keluarga Hyuga dilanda kepanikan hebat karena gadis kesayangan mereka tidak kunjung menampakan diri dihadapan atau pulang, bahkan ini sudah lewat jauh dari perjanjian sebelumnya.

Berkali-kali Neji menghubungi ponsel sang adik tercinta namun hasilnya nihil, hanya sambungan terhubung yang tidak juga diterima sipemilik, membuat siapapun akan cemas dalam keadaan semacam ini.

"Tenang Ayah. Aku sudah memerintahkan beberapa orang untuk mencarinya." ucapnya menenangkan walau dalam hati sungguh ia menahan ledakan emosi bercampur khawatir.

Hiashi tak luput untuk tak panik. Raut wajah datar kini berubah gelisah hanya tertuju pada sang putri tercinta. Mati-matian ia tak berteriak memaki pria bernama Akasuna Sasori yang ia beri privasi guna lebih mengenal satu sama lain.

Atensi keduanya teralih setelah dirasa ada yang menghampiri. Sesegera mungkin Neji menghadap pria didekatnya yang mungkin sudah mendapat informasi perihal Hinata yang tak kunjung pulang.

"Apa yang kalian dapatkan?" tanyanya menuntut. Genggaman pada ponselnya kian kuat sampai kepalan itu memutih geram.

"Hinata-sama belum kami temukan... Tapi ada seorang pria yang sempat kami temui dan dia berkata akan menemukan nona Hinata. Dia juga berkata bila akan menuju ke Distrix-X diwilayah tenggara Konoha..."

Neji terdiam ditempat. Pikirannya mulai kacau, mendidih panas mengaliri tiap jengkal tubuhnya. Darahnya berdesir merasakan cemas luar biasa.

Distrix-X? Ia tentu tau seperti apa tempat itu. Tempat yang didominasi para bajingan yang juga dijadikan tempat prostitusi para pelacur. Suatu tempat yang sangat tidak ia sangka bila ada yang berpikiran sejauh itu.

"Kerahkan semua bawahanmu, Kou... Perintahkan mereka menuju Distrix itu dan segera susuri tiap sudutnya atas perintah Hyuga Hiashi." ucap Hiashi dan mendapat anggukan dari Kou.

Neji tak merespon ucapan sang ayah meski terdengar jelas, entah kenapa ia dominan penasaran tentang pria yang dibicarakan Kou.

"Siapa pria itu?!" mencengkram kuat kerah pria bernama Kou tersebut. Neji meledak dari dalam dan mugkin ia akan memukul siapapun jika saja emosinya semakin membara.

"Uzumaki Naruto..."

•••

Memukul berkali-kali stir mobil miliknya. Naruto tak pernah secemas ini dalam hidupnya. Terakhir kali rasa cemas merajalela adalah saat menjelang kematian sang ayah.

"Aku akan membunuhmu." matanya memerah. Rasa kantuk yang tadinya membuncah tergantikan kemurkaan yang mendominasi tiap pancaran mata itu.

Merogoh ponsel kembali untuk menghubungi gadis yang membuatnya khawatir setengah mati guna memastikan jika Hinata saat ini masih dalam keadaan baik.

Telingannya memeka mencoba menjelih mendengar sambungan yang mungkin akan direspon.

"Hime, cepat angkat sayang..."

Tuut

Sambungan terhubung hingga wajah tan tersebut berbinar hebat dengan mata yang mrmncarkan aura lega.

Response TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang