Cinta yang Tak Sampai

221 17 0
                                    

Jika kau tanya, siapa lelaki yang paling bahagia di kampungku saat itu, maka akan aku katakana aku. Ya, bagaimana tidak bahagia, pagi tadi aku sudah menyambangi rumah Zakiah untuk meminang sang kembang desa. Emak, abah serta kedua adik perempuanku ikut serta. Ibu Samsiyah dan Pak Harun menyambut kami dengan tatapan sumringah dan tawa bahagia. Pun dengan Zakiah, dengan malu-malu, ia menyuguhi kami penganan wajit dan opak ala kadarnya. Aku benar-benar terpesona dengan pribadinya.

Setelah itu, malam-malamku selalu berhias mimpi-mimpi yang sama. Zakiah. Ia menjelma ke dalam mimpiku. Menjadi seorang putri yang begitu sempurna dengan senyum yang sangat menawan. Sekali lagi aku katakana, akulah lelaki beruntung itu. Telah banyak pemuda desa yang mengajukan lamaran kepada orang tua Zakiah. Banyak pula yang secara langsung menyatakan cinta tulusnya di depan zakiah. Tapi tak satu pun yang tertambat di hatinya.

Hingga suatu hari, tanpa sengaja aku bertemu zakiah di pasar malam Jum'at. Bagaimana pun juga, aku tak pernah berpikir akan bertemu dirinya. Saat itu aku sedang pulang dari Bandung untuk menghadiri acara nikahan teman SMA-ku. kebetulan aku juga merasa perlu untuk pulang ke rumah. Merasa jenuh dengan rutinitasku sebagai mahasiswa. Sekali-kali bolehlah pulang kampung.

Saat itu aku tengah memilah kain untuk kado untuk Asep,temanku yang rencananya akan menikah esok hari. Aku membungkusnya dan setelah itu menitipkannya kepada Pak Haji Samsudin,si pemilik toko kain.

"Saya ada keperluan untuk membeli pesanan emak. Nitip dulu mang."ujarku saat itu dan segera pergi dari hadapannya

Setelah merasa cukup dan tak ada kekurangan satu pun, aku kembali ke kios kain untuk mengambil belanjaan yang aku titipkan.

Sesampainya di rumah, aku segera membuka belanjaanku dan alangkah terkejutnya ketika aku mendapatkan bahwa kainku tertukar. Kain batik untuk baju nenek-nenek dan sebuah topi. Aku pikir, belanjaanku tertukar dengan belanjaan yang lain.

Tanpa pikir panjang, aku segera menemui tuan haji samsudin, si pemilik toko kain tersebut untuk menukar kain itu. Kebetulan ia juga masih kerabat jauh dengan uwakku.

"Pak Haji, belanjaan kemarin tertukar sama punya orang."ujarku sembari menyodorkan kresek yang berisi kain batik nenek-nenek tersebut.

Tuan Haji Samsudin mengerutkan keningnya."Benarkah?"tanyanya. Tangannya yang gemuk mengambil kresek yang aku sodorkan dan melihatnya."Oh aku ingat, ini belanjaan si Zakiah anaknya Pak Harun itu."serunya sembari menepuk jidatnya yang lebar.

Aku terlongok."Kok bisa ketukar Pak Haji."

Pak haji Samsudin tertawa lebar sehingga perutnya yang buncit ikut berguncang."Hapunten Kasep, Ini kesalahan teknis. Hahaha."

Aku merengut tak senang.

"Begini saja Ton, kamu bawa kresek ini ke rumah si Zakiah. Pasti dia terkaget-kaget juga ketika menerima pesanannya tak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Kebetulan ia belum ke sini."

"Teu purun pak Haji. Nanti juga dia datang kesini."ujarku dengan enteng.

"Siapa tahu ini pertanda jodoh Ton. Kebetulan si Zakiah belum kawin. Sekalian aja kamu lamar dia."ujar Pak Haji Samsudin diiringi derai tawa khasnya.

Aku tersenyum tipis mendengar selorohnya. Tapi tiba-tiba aku sadar dengan kebodohanku sendiri. Bukankah pernikahan Asep itu besok? Setidaknya aku harus mendapatkan kain itu hari ini juga.

"Saya mau kesana sekarang. Tapi saya tak tahu rumahnya pak Haji."keluhku sembari meraih kembali kresek hitam yang tergeletak di atas meja kaca.

"Tunggu sebentar."ujar pak Haji dan beranjak dari ruangan depan. Tak berapa lama ia membawa secarik kertas dan menyerahkannya kepadaku."Ini dia alamatnya."

OMNIBUS [Perempuan Senja]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang