A Misterious Fans

84 6 6
                                    

Aku tahu ini adalah perasaan yang tumbuh haram di hatiku. Tapi apa yang aku bias selain mengeluh dan merasa tersiksa. Kau mungkin menganggapku jauh dengan tuhan. Bah! Terserah apa yang kau bilang mengenai diriku. Yang aku tahu, aku tak pernah putus asa dalam harap dan doa. Aku selalu meminta. Sekali pun aku tahu bahwa doaku sudah beratus-ratus kali aku lantunkan. Sehabis shalat fardhu, saat hujan turun, saat hari jum'at yang katanya hari diijabahnya doa, bahkan saat shalat malam, walau yang terakhir kuakui, aku tidak rutin melaksanakannya.

Tapi, oh tuhan....rasa itu tetap saja bersemayam di hatiku. Bahkan aku merasa frustasi dan benci dengan diriku sendiri. Kenapa aku begitu lemah tuhan? Kenapa aku tak pernah merasa tenang? Merasa bebas dari kungkungan perasaan terlarang itu.

Mungkin kau akan bertanya, perasaan apakah itu yang membuatku tersiksa setengah mati. Kau ingin tahu? Ah, bahkan aku tak yakin kau akan percaya mendengarnya. Bahkan, jika mungkin kau yakin, kau akan mencibirku atau bahkan mencemoohku. Lebih parah lagi jika kau menyebarkannya menjadi bahan gossip yang hangat untuk orang-orang terdekatku. Ah jangan, aku belum siap untuk menceritakannya. Padahal aku selalu berdoa supaya allah menutup aib-aibku setiap pagi dan petang dalam ma'tsurat yang aku lantunkan.

Apa?kau masih penasaran juga? Kukira kau harus menyipan rasa penasaranmu . masa bodoh! Yang penting aku sudah menumpahkan semua ini? Oh belum, setidaknya aku baru menumpahkannya sebagian. Tetap saja ada rasa yang mengganjal sebelum aku menceritakannya secara jelas kepadamu. Sejelas matahari di siang hari. Tapi untuk saat ini aku belum siap mengatakannya, maaf!

Dan menghela nafas dan menghembuskannya lamat-lamat. Sebuah e-mail datang lagi dari seseorang penggemarnya. Ini surat yang ketiga yang ia terima. Dua surat sebelumnya menceritakan kegundahan-kegundahan si pengirim yang mengatas namakan yerebim . entah apa dan entah kenapa ia begitu percaya diri mengirimi dan email sampai tiga kali. Bukan untuk mencari atau meminta solusi seperti para penggemar kebanyakan. Dan, siapa yang tidak tahu namanya, seorang artis sekaligus psikologi yang sangat digandrungi kawula muda.

Dan adalah sosok yang sangat dekat dengan dunia muda. Ia adalah seorang penceramah tapi bukan berceramah dan memvonis sana-sini seperti para penceramah kebanyakan. Ia selalu menjadi sumber rujukan dan tumpahan dari keluh kesah.

Tapi email ini beda. Si pengirim yang bernama yeredim hanya meninggalkan kesan misterius dan aneh. Biasanya para pengirim elai akan memungkas emailnya dengan kalimat: saya harap kak dan bisa membantu saya dan betapa senangnya saya jika kakak membalas email saya.

Tapi dia?

Dia tak ingin mengungkapkan apa masalahnya. Hanya mengeluh saja.

Dan hanya tersenyum dan hamper mendelet email itu dari kotak inbox emailnya. Tapi beberapa saat kemudian ia menghela nafas dan membatalkan aksinya. Rasa penasaran tiba-tiba muncul kembali. Ia ingin membalas email itu.

Beberapa saat lamanya ia mengetik dan mengkilk sent. Hanya mengirimkan untuk yeredim.

Aku tidak akan bisa membuatmu merasa lega dengan jawaban hingga kamu menceritakan apa masalahmu. Bahkan, bisa saja aku tidak membaca emailmu jika hanya yang itu-itu saja. Bukan aku tidak peduli, tapi itu membosankan dan aku harus mengurus email-email yang lain.

Apalagi emailmu berputar-putar seperti baling-baling dan mengumbar kata-kata layaknya sastrawan. Tak bisakan to the point?

Saya tunggu keberanian anda untuk menceritakan apa masalah anda. Jika memang engkau percaya kepada saya, kenapa kau tak pernah berani menceritakannya?

****

Dua hari kemudian, dan membuka emailnya dan mendapatkan ada puluhan email yang masuk di inbox. Hmmmff,,, dan tak ingin menghabiskan waktunya hanya dengan mengurus email-email itu berjam-jam lamanya. Skripsinya, buku seri psikolognya dan....seabrek pekerjaan lainnya menjadi terbengkelai. So, sekarang dan merasa harus puas dengan waktu saru setengah jam membalas email-email itu setelah membacanya secara marathon. Setengah hati.

Dan tiba-tiba tertarik dengan satu email balasan dari yeredim. Menempati urutan kedua.

Kilk. Dan membuka atachement email dan ....

Kau telah lupa padaku rupanya dan. Aku adalah teman semasa SMP-mu. Aku yari. Oh, maklum kau tidak mengenalku karena aku memakai nama penaku. Untuk hal ini aku minta maaf.

Sadarkah kau dan? Kau juga mungkin pernah merasakan kegundaha sejenis. Bedanya, sekarang kau sudah sembuh dan tobat dari kegundahan itu. Sementara aku belum. Kita pernah bersama-sama mengarungi kehidupan itu. Tapi kau selamat darinya. Aku masih berputar-putar dalam arus dan pusaran yang sama. Sama gelapnya. Sama kelamnya.

Padahal tiga tahun terakhir aku mencoba untuk berlepas dari rasa itu? Dengan berusaha mendekatkan diriku pada tuhan mungkin, atau melupakan rasa yang hamper membunuhku dalam rasa bersalah yang berkepanjangan. Rasa cinta yang tidak seharusnya ada. Abnormal? Bisa jadi.

Dan, bantu aku untuk bisa menjadi lelaki seutuhnya. Aku tak ingin menjadi seorang GAY!!

Dan menepuk jidatnya dan melenguh lirih. Yeredim.......

OMNIBUS [Perempuan Senja]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang