Tumbangnya Pohon Keramat

104 10 0
                                    

Pohon bungur itu berdiri kokoh di pinggir pesawahan penduduk. Di tengah semak-semak belukar dan ilalang. Daunnya yang rimbun meneduhi area sekitarnya. Pohon itu sudah berusia tua. Itu bisa dilihat dari batangnya yang berukuran di atas rata-rata pohon bungur biasa. Biasanya akan tanpak sebagian warga mendatangi pohon itu. Mereka membawa nampah berisi sesaji berupa kelapa muda dan beberapa kue-kue khas lainnya. Apalagi jika ada warga yang akan mengadakan hajatan, baik hajatan perkawinan maupun hajatan sunatan. Mereka akan meletakan sesaji itu sehari sebelum hajatan dimulai. Mereka meyakini bahwa pohon itu ada penunggunya. Pohon itu keramat dan angker. Dengan sesaji itu mereka berharap penunggu itu tidak mendatangkan bala bencana trhadap kampong mereka. Mereka berharap hasil panen akan melimpah di setiap tahunnya.

Anak-anak pun dilarang brmain di sekitar pohon itu. Padahal, siapa pun tahu, bahwa pohon itu merupakan tempat yang paling lapang dan sejuk untuk sekedar bermain pentak umpet di semak belukarnya dan bermain bola di tanah lapang sepetak tak jauh dari pohon itu berdiri tegak. Selain itu, seseorang diharuskan untuk mengucapkan punten ketika lewat di dekat pohon itu. Jika tidak, katanya penunggunya akan marah dan membuat tersebut kesambet malam hari.

Pernah suatu hari sapri dimarahi emaknya karena berani menggembala domba-dombanya sembari tiduran di bawah pohon bungur.

"Kamu mau kesambet tiduran di situ?" ujarnya kepada sapri.

Pemuda itu tampak berbaring menerawang langit-langit rumahnya yang beratap daun kirai. Rupanya ada suatu masalah yang mengusik benaknya. Oleh masyarakat kampong ia biasa dipanggil kang kholid. Dialah yang selama ini tak pernah merasa perlu untuk menyimpan sesaji di pohon bungur. Ketika sunatan anak pertamanya ia digunjing habis para tetangganya karena lakunya itu. Sebenarnya mereka menggunjingnya bukan hanya karena keengganan dia mengirim sesaji, tapi tak lebih karaena mereka merasa kesal dengan seruannya. Khalid selalu berceramah di masjid kampong yang nyaaris selalu kosong dari jamaah tentang haramnya member sesaji kepada penunggu pohon. Tak segan-segan, Khalid mendatangi dukun setempat yang getol menganjurkan ritual-ritual sesaji uttuk makhluk ghoib penunggu pohon. Khalid juga menceramahi langsung ibu-ibu yang ia dapati mengucap punten kepada pohon angker.

Khalid adalah seorang pemuda yang datang dari ibukota Jakarta dan menikahi gadis setempat bernama maryam. Itu pun setelah ia mengenal maryam di sebuah holaqoh pengajian di kota kecamatan. Yang Khalid tahu, maryam adalah gadis desa yang cerdas dan berpendidikan. Ia cukup paham masalah agama dan harakah islam. Setelah menikahi maryam, mertuanya mengamanahi Khalid beberapa petak sawah untuk ia garap. Selain itau mertuanya juga meminta Khalid untuk menjadi imam masjid. Menggantikan ajengan ruhdin yang sudah wafat dua tahun yang lalu atanpa meninggalkan atau menunjuk seorang pengganti. Tak lebih hanya karena tidak ada orang yang cocok untuk menempati posisi sebagai ajengan. Anak-anak muda kampong itu tidak ada yang tertarik menjadi ajengan selain bekerja dan merantau ke kota atau menjadi penerus orang tuanya sebagai penggembala sapi dan domba atau menggarap sawah dan ladang yang seadanya.

Kedatangan Khalid ke kampong itu merupakan suatu kebetulan. Ia langsung membuka pengajian untuk anak-anak kampong di rumahnya yang berdiding gedek bambu. Setiap bakda mangrib, sayup-sayup akan terdengar dengungan anak-anak yang mengeja al-quran dan membaca nadhom tentang fikih dan tauhid.

Sebenarnya para orang tua tidak pernah keberatan dengan pengajian anak-anaknya. Bahkan mereka merasa senang karena anak-anaknya bias membaca tulisan arab. Tapi ada satu hal yang membuat mereka merasa jengah dan benci terhadap pemudaberjenggot dan selalu memakai celana cingkrang itu. Mereka merasa jengkel ketika Khalid menentang tradisi mereka yang sudah turun temurun. Salahsatunya adalah melarang keras penduduk kampong meletakan sesaji di bawah pohon bungur yang keramat itu. Walau pun begitu mereka menyimpan kejengkelan itu di dada dan bersikap masa bodoh dengan seruannya.

OMNIBUS [Perempuan Senja]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang