[5] - Envy.

34 6 0
                                    

Paginya, Arra terbangun dengan mata sembab dan hidung yang merah. Mungkin akibat terbawa mimpi, jadi ia tidur tidak nyeyak dan sambil menangis

"Gila gue kaya udah gak tidur berapa malem aja," gumam nya saat melihat pantulan dirinya dari kaca

Selang beberapa menit ia berkaca, alarm di atas nakasnya berbunyi.

KRING..KRING..KRINGG

"Lah sedeng nih jam nya!"

Setelah itu Arra segera mandi dan mempersiapkan untuk sekolah

Setelah rapih dan sudah makan, Arra segera menuju ke ruang tamu.

"Morning sweetheart," ucap Reza seraya berdiri dari sofa,

Arra menatap Reza dari atas sampai bawah, hanya satu kata yang terlintas di benaknya, cool.

"Kenapa liatin gitu? Ganteng banget ya akunya?"

Arra memutar bola matanya lalu berjalan menghampiri kekasihnya yang sudah lama tak menampakan diri

"Ayo, ntar telat" Arra menarik lengan Reza

"Wait," ucap Reza lalu menarik dagu Arra agar mendongak

"Kok sembab? Nangis?" ucap Reza tepat di depan Arra, namun Arra segera mengempaskan tangan Reza

"Gak kok tadi malem baca novel sad ending, jadi nangis deh." ucap Arra penuh dengan kebohongan, jelas jelas tadi malam ia tidak membaca novel sama sekali

"Baca novel? Bukannya tadi malem Sahda kerumah?,"

MAPUS RA! Batin Arra

"Udah ayo ntar telat Rez," ucap Arra mengalihkan pembicaraan

Reza hanya mengernyitkan alisnya melihat kelakuan kekasihnya yang aneh dan seperti sedang menutup nutupi sesuatu.

"Kok sepi sih rumah?" ucap Reza, kini mereka berdua telah berada di dalam mobil

"Mama sama Arel di rumah oma aku, oma lagi sakit. Kalo papa lagi di luar kota, gatau deh pulangnya kapan," jelas Arra sambil menatap keluar mobil. Saat di tengah perjalanan, matanya tak sengaja melihat dua orang tengah berboncengan dengan menggunakan sragam yang sama dengan Arra, Arra seperti familiar dengan plat motor itu. Motor itu, motor yang dulu sering mengantarkan Arra pulang dan sering membawa Arra berjalan jalan mengelilingi kota.

Hati Arra mencelos saat melihat siapa yang tengah berboncengan itu.

***

Raven terbangun dengan perasaan aneh yang menyelimutinnya. Perasaannya sangat tak bisa terbacakan saat bermimpi tentang cewek yang dulu menghiasi hatinnya. Namun, Raven segera mengenyahkan perasaan anehnya. Ia tak mau hatinnya dibuat rapuh lagi oleh seorang wanita yang telah mengkhianatinya hanya karena sebuah mimpi.

Ia segera bergegas menuju kamar mandi lalu menyiapkan segala kebutuhan sekolahnnya, lalu turun menuju meja makan di lantai satu

"Pagi Pah," ucap Raven seraya duduk di samping ayahnya

"Tumben bangun pagi,"

Raven hanya mengedikan bahu

"Rara mana Mbak?"

"Masih tidur di kamar den" jawab Inah sambil menyiapkan sarapan untuk Raven dan Agung lalu kembali ke dapur

Ya, Rara adalah adik Raven yang sedang berumur sekitar lima tahunan, Rara dan Arel--adik Arra-- adalah satu playground, dulu Raven dan Arra sering menjemput nya di playground bersama, lalu bermain bersama, membeli es krim, bercanda tawa dan lain-lainnya, mereka berempat persis seperti keluarga MBA. Namun, itu semua sebelum mereka sejauh ini. Sekarang keduanya malah sedang membentangkan jarak yang amat teramat sangat panjang.

AM I WRONG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang