[9] - Who am i?

33 5 3
                                    

Sudah seminggu semenjak kecelakaan itu, tetapi sampai saat ini korban belum sadarkan diri dari komanya sama sekali. Kata dokter memang ia mengalami pendaraahan yang sangat banyak di pelipisnya, namun seharusnya ia sudah bangun karena tak ada luka serius lagi di anggota tubuh lainnya.

Cowok berpawakan tinggi itu mengintip dari balik pilar lorong koridor. Depan kamarnya sepi, batin nya.

Cowok itu berjalan mengendap endap lalu melihat ke jendela kecil di atas pintu kamar tersebut lalu mendorong pintunya. Ia tau pasti kalau jam segini adalah jam besuk, namun ia juga tau kalau jam segini adalah waktu shalat dzuhur.

Jadilah kamar pasien itu hanya diisi oleh suara elektrokardiograf yang jelas menandakan bahwa di dalam situ terdapat makhluk hidup,  ya walaupun hanya setengah raga saja yang ada disini, ruh nya entah melayang kemana.

Ia menatap nanar cewek yang terbaring lemah di atas ranjang dengan selang selang yang membantunya tetap bernapas sampai saat ini.

Tanpa membuang waktu, cowok itu langsung menaruh sebuket bunga tulip diatas nakas dan memberi sepucuk surat di dalam amplop.

Setelah misinya selesai, ia langsung keluar dari kamar dengan menggunakan maskernya dan menutup tudung jaketnya, cowok itu takut jika kehadirannya disadari seseorang. Dan cowok itu segera keluar dari rumah sakit.

Setelah kepergian cowok itu, pintu kamar kembali dibuka dan memunculkan dua orang yang kelihatannya berasal dari mushola rumah sakit.

"Tante. Gimana pelaku penembakannya udah ditemuin?" tanya seorang cewek dengan suara khas nya yang sangat nyaring

"Tau tuh polisi, tante juga pusing. Katanya, polisi susah nemuin bukti bukti tentang pelakunya, di daerah sana itu memang rawan kasus kejahatan seperti ini. Dan kata polisi, pelaku kejahatan itu sepertinya sama dengan yang biasanya. Korbannya adalah wanita, biasanya dilakukan di saat saat sepi, seperti waktu Arra kemarin. Dan disana juga belum dipasang cctv, jadi polisi sangat kesulitan untuk melacak pelakunya." jawab seorang wanita paruh baya sambil memijit pelipisnya

"Sabar ya tante, mungkin itu cuma sekelompok pelajar yang nakal." ucap cewek itu mengelus pundak wanita paruh baya di sampingnya

"O iya tante, temen-temen Arra kayaknya sebentar lagi dateng deh," tambahnya sambil melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya

"Wah! sayangnya Arra belum bangun." jawab Ratna sambil tersenyum sendu.

Tok.. tok.. tok..

Terdengar suara ketukan dari balik pintu, setelahnya terdengar bunyi deritan pintu di buka dan memunculkan beberapa orang yang sangat familier.

"Assalamualaikum," ucap salah satunya lalu menyalami wanita paruh baya itu diikuti oleh yang lainnya

"Woi Arra, bangun dong Ra dicariin si gundul jenggotan lu di sekolah," celetukan siapa lagi jika bukan Dhirga.

"Iya Ra bangun dong kita kangen, seharusnya kan elo yang datengin gue di party gue kemaren sabtu, eh malah gue yang datengi elo" ucap Clara sambil mengelus lengan seseorang yang terbaring lemah di hadapannya

"Kok nak Raven gak ikut ya?" tanya Ratna. Namun tak ada jawaban, yang lain hanya saling tatap lalu mengangkat bahunya

"Tante ini bunga dari siapa?" ucap Vera mengangkat bunga itu lalu melihat sebuah amplop bertuliskan

Don't read the letter. If you not Arra. Save my privacy, please:)

"Yaelah siapa sih ini, tau aja kalo gue mau buka," tambah Vera lalu meletakan bunga itu kembali ke atas nakas. Dan saat ini semua perhatian teralihkan oleh Vera, dan tanpa mereka ketahui juga, seseorang yang mereka tunggu tunggu, sudah bangun dari tidurnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AM I WRONG?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang