Sudah satu minggu lamanya, tetapi lelaki itu belum menghampiri Anna, bertegur sapa-pun rasanya tidak pernah. Mungkin dia hanya bergurau? Meminta id line Anna? Huh, mana mungkin, mereka belum saling mengenal satu sama lain.
Tetapi Anna merasa bersyukur karena dirinya tidak dihampiri oleh lelaki itu, jikalau iya, mungkin dirinya sudah mati kutu, mengingat apa yang dibicarakan oleh Faranisa satu minggu yang lalu. Dia itu the most wanted boy, Anna tidak ingin memiliki masalah dengan lelaki itu.
Bagaimana jika lelaki itu marah karena tidak sengaja ditabrak oleh Anna? Ah, lebay sekali rasanya.
Hm, bagaimana jika lelaki itu marah karena kekasihnya melihat kejadian itu? Tidak mungkin, kejadian itu murni seratus persen karena ketidaksengajaan Anna menabrak lelaki itu.
Tidak sengaja dan sengaja itu sangat jauh artinya, bukan?
•••
Fikiran Anna kali ini hanya dipenuhi oleh lelaki itu, lelaki yang bahkan ia belum ketahui namanya.
Lagi pula, apa masalahnya? Hanya menabrak seorang kakak kelas, itu-pun karena tidak sengaja. Dan Anna-pun sudah meminta maaf saat itu. Tidak mungkin-kan jikalau Anna akan menghadapi masalah karena hal sepele itu? Tidak sengaja menabrak seorang kakak kelas akan membuatnya memiliki masalah dengan senior lelaki? Tolong katakan, tidak.
Menabrak karena ketidaksengajaan akan memberikan effect yang fatal-kah? Apakah itu ciri khas sekolah ini? Tidak sengaja menabrak kakak kelas akan mendapatkan hukuman? Mana mungkin, itu hal yang sangat tidak masuk akal.
"Anna!" bentak Faranisa, sesekali ia menepuk pundak sahabatnya itu berusaha agar Anna tersadar dari lamunannya.
"Kenapa sih, Far?" tanyanya masih dengan tatapan kosong.
"Ekhm." Faranisa berdehem keras.
"I-itu, Ann." suara Faranisa berubah menjadi pelan, seakan-akan sedang ada yang ingin ia bicarakan kepada Anna.
Anna melirik Faranisa dengan tatapan intens, "Kenapa?"
"Kakak kelas itu," ucap Faranisa dengan suara yang amat sangat pelan, "Nungguin lo, didepan kelas."
Damn!
Apakah yang Anna fikirkan selama ini akan terjadi? Tolong, tolong katakan tidak!
"Mendingan lo samperin dia, daripada dia masuk ke kelas ini terus bikin keributan, Ann." perintah Faranisa dengan suara yang amat sangat pelan.
Anna hanya mengangguk, lalu berjalan kearah lelaki itu dengan pasrah.
Anna menggigit bibir bawahnya, sendi-sendi kakinya terasa sangat lemas, air mukanya sudah berubah menjadi keruh, Anna sedang ketakutan saat ini, sangat takut.
Akhirnya, Anna sudah sampai didepan anak lelaki itu, lelaki yang memiliki postur tubuh yang tinggi, dan memiliki dada bidang yang cukup tegap.
Kemeja sekolahnya keluar, kancing atasnya terbuka itu sangat membuat dirinya semakin cool. Sungguh pemandangan gratis macam apa ini.
Anna hanya menatap kosong kearah lelaki itu, rasanya Anna sedang terhipnotis denga gaya lelaki itu.
"Ekhm." deheman keras lelaki itu berhasil membuyarkan Anna dari lamunannya.
Anna kembali merasakan ketakutan yang amat sangat, ingin rasanya ia berlari meninggalkan lelaki itu, tetapi semuanya terasa sirna karena Anna sedang ditatap oleh lelaki itu.
Lelaki itu mengulurkan tangannya, "Dava."
Anna tidak mendengar perkataan lelaki itu. Sungguh, ia masih terhipnotis dengan gaya lelaki itu.
"Ekhm." deheman itu lagi, yang berhasil membuat Anna tersdar dari lamunannya.
"Ke-kenapa?"
Lelaki itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya lagi, "Gue Dava."
Anna masih menatap lelaki itu, "Ya." kenapa ini? Lidahnya terasa kaku ketika sedang berhadapan dengan lelaki itu.
"Lo gangerti? Perasaan dari tadi gue ngajak kenalan deh," ucap lelaki itu sembari menghembuskan nafas kasarnya, "Kenalin gue Dava, kalo lo masih ga denger nama gue, lo liat name tag gue aja. Bisa baca kan?"
Anna hanya mengangguk, sungguh lidahnya sangat kaku saat itu.
"Dava Reynand L?" tanya Anna sembari melihat kearah name tag lelaki itu.
Lelaki itu hanya tersenyum, "Lo, Anna kan?"
"Yang waktu itu nabrak gue di kantin?" sambungnya, membuat Anna semakin ketakutan.
Anna hanya mengangguk lalu mengulurkan tangannya, "I-iya saya Hanna Aurelia, lebih sering dipanggil Anna."
"Lo waktu itu nabrak gue!" ucap Dava dengan nada yang dinaikkan satu oktaf.
"Lo harus minta maaf." sambung Dava sembari menatap Anna dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti.
Anna sudah kehabisan kata-kata saat itu, rasanya ia sudah meminta maaf, apakah itu belum cukup?
"Ta-tapi gue udah minta maaf waktu itu." balasnya terbata-bata karena ketakutan.
"Kurang!" bentak lelaki itu.
Sungguh, Anna tidak ingin memiliki masalah dengan lelaki itu, Anna sangat takut. Jikalau ini mimpi tolong bangunkan Anna, ini mimpi buruk bagi Anna, sangat buruk.
"Lo harus traktir gue dan pulang bareng gue." ucap Dava santai.
Anna spontan menjawab, "Engga."
Lelaki itu menautkan alisnya, "Kenapa?"
"Takut diculik."
Lelaki itu tertawa renyah dihadapan Anna, tidak bisa rasanya ia menahan tawanya agar tidak meluap-luap seperti itu. Sungguh, pernyataan gadis yang berada dihadapannya itu sangat membuat dirinya ingin tertawa lebih lama lagi.
"Lo polos atau gimana sih? Mana mungkin lah gue culik lo." ucap lelaki itu sembari terkekeh.
"Bisa aja kan?"
"Engga, gue gaakan culik lo. Lo itu adik kelas gue, aman kok sama gue. Lo takut gue culik karena gue begini? Gue emang begini, terlihat gak baik di mata orang tapi bukan berarti semua sikap gue buruk, lo harus tau itu." ucap lelaki itu seraya menjelaskan.
"Balik sama gue, ya?" tanyanya lagi.
Anna mengernyitkan jidatnya, lelaki ini sangat keras kepala ternyata. Sudah Anna katakan tidak sebelumnya, tetapi kenapa masih ngotot seperti ini?
"Lo diem, dan gue anggap jawaban lo adalah iya," ucapnya menegaskan, "Pulang sekolah nanti kalo lo udah gaada di daerah sini, jangan salahkan gue kalo gue bakalan marah besar sama lo, Anna."
Anna menelan salivanya, tangannya terasa dingin, sendi-sendi kakinya terasa lemas, Anna sangat takut. Kenapa tidak ada orang yang mau menolong Anna dalam situasi seperti ini?
"I-iya, kak." kalimat itulah yang mungkin hanya bisa membuat Anna selamat dari lelaki itu.
Dava tersenyum simpul, di dalam benaknya ia berkata, "Lo kenapa polos banget sih?"
•••
[TBC]
Vote dan Comment bisa bikin aku jadi lebih semangat lanjutin ceritanya😁 Jadi, kalau udah baca tolong tinggalkan vote dan comment ya😁❤

KAMU SEDANG MEMBACA
POPULARITY
Ficção AdolescenteMenurut gadis itu, popularitas adalah kewajiban yang harus ia miliki selama bersekolah. Menurutnya, memiliki hubungan special dengan the most wanted boy disekolahnya bisa meningkatkan popularitasnya disekolah. Hanya untuk meningkatkan popularitasnya...