e n a m

31 14 2
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas, ada yang ke kantin, perpustakaan, lapangan, dan taman belakang.

Tetapi berbeda dengan siswa pentolan dari kelas XII ini, mereka lebih memilih untuk pergi ke rooftop, untuk menikmati semilir angin ditambah suara bising klakson dari kendaraan yang sedang berlalu lalang di bawah sana.

Siswa pentolan itu terdiri dari, Dava, Raffa, Fadhel, dan Malvin. Mereka berempat dijulukki siswa pentolan karena ulahnya yang selalu membuat keributan.

Tetapi siapa sangka, mereka itu sebenarnya memiliki bakat yang terpendam. Contohnya, Dava. Dava adalah ketua geng pentolan itu, dia sangat pintar dalam pelajaran Fisika, dia juga termasuk anak yang pintar dan sangat cepat tanggap dalam pelajaran hitung-hitungan.

Malvin? Dia sangat hebat di dalam pelajaran Bahasa Inggris dan Biologi, maklum Malvin adalah blasteran Indonesia-London, jadi jangan ditanya keahliannya di dalam Bahasa Inggris.

Fadhel? Dia hebat dalam memainkan alat musik, alat musik yang sangat ia sukai adalah gitar, tetapi ia juga menguasai beberapa alat musik lainnya. Misalnya, drum, piano, dan sebagainya.

Raffa? Dia adalah anak yang sangat pecicilan, dia sangat hebat di dalam bidang olahraga, terutama basket. Maklum, dia adalah ketua basket di SMA Pelita Jaya, jadi jangan diherankan lagi skill-nya di dalam olahraga basket ini.

Mereka itu adalah senior yang selalu dipuji oleh adik kelas wanita, memang geng pentolan itu ganteng-ganteng, apalagi ketuanya.

•••

Anna dan Faranisa sudah keluar dari kelasnya, dan sedang berjalan ke arah gerbang. Hari ini Anna tidak dijemput oleh supir-nya karena ia akan berkunjung kerumah Faranisa untuk mengerjakan tugas kelompok.

Anna dan Faranisa sedang menunggu taxi yang lewat kedepan sekolahnya itu, tetapi sudah lima belas menit tidak ada satu-pun taxi yang lewat.

"Bareng gue aja, mau gak?" suara bariton laki-laki terdengar dari arah belakang.

"Eh, kak Dava." ucap Anna setelah melihat Dava yang sedang berada tepat di belakang Anna, "Engga kak, aku naik taxi aja. Eh itu taxinya ada, saya duluan ya, kak. Makasih tawarannya."

Anna melontarkan senyum manisnya sebelum meninggalkan Dava sendiri di depan gerbang sekolah.

"Loh, lo deket sama dia?" tanya Faranisa dengan raut wajah penasaran.

"Engga sih, cuman kemarin dia minta gue traktir ice cream di kedai deket sekolah."

Faranisa mengerutkan dahinya, "Cowok ganteng, mobil bagus, minta traktir ice cream? Yakin lo? Atas dasar apa?"

Anna mengedikkan bahunya, "Yang waktu itu gue nabrak dia di kantin, dia bilang ganti rugi-nya pake traktir ice cream aja. Gila kan?"

"Gila banget, cuman juga nabrak tanpa sengaja."

Taxi yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan rumah bercat cream di tambah sedikit ukiran di depannya.

"Assalamualaikum ma, aku pulang." ucap Faranisa dengan nada cemprengnya.

"Waalaikumsalam, biasa aja, kak. Gausah pake teriak segala." balas Leni, mama Faranisa, "Loh ada Anna, cantik banget kamu, nak. Sini masuk."

Anna hanya tersenyum kecut, "Iya tante."

Faranisa dan Anna sudah berada di kamar Faranisa, mereka langsung mengerjakan tugas kelompoknya.

•••

Dua jam telah berlalu, tugas kelompok-pun sudah selesai.

"Far, udah selesai kan? Gue udah di telepon abang, nih." Anna memberikan gadgetnya ke Faranisa, disana sudah terdapat dua belas panggilan tidak terjawab dari William, kakak laki-laki Anna.

"Ya emang udah, telepon balik abang lo, gih."

Anna hanya menggelengkan kepala, "Gue udah sms dia, dan dia udah jalan ke sini."

•••

Selama perjalanan pulang, Anna tidak henti-hentinya menyanyikan lagu kesukaannya yang sedang di putar di radio.

Why you gotta hug me

Like that every time you see me?

Why you always making me laugh

Swear you're catching feelings

I loved you from the start

So it breaks my heart

When you say I'm just a friend to you

Cause friends don't do the things we do

Everybody knows you love me too

Tryna be careful with the words I use

I say it cause I'm dying to

I'm so much more than just a friend to you.

Anna membuka matanya, dan melirik ke arah abangnya yang sedang menyetir mobil, "Enak kan bang lagunya?"

William mengangguk, "Lagunya emang enak, tapi suara lo-nya kagak enak, Ann."

Anna mengerucutkan bibirnya, kesal. Masa bodo dengan kata-kata William yang sangat membuat Anna kesal, tetapi Anna sadar dengan sesuatu. Kenapa lagu ini sangat pas dengan perasaan Anna sekarang? Perasaan yang bahkan belum Anna ketahui untuk siapa.

•••

[tbc]

Update lagi😂

Btw, vote + comment juga dong kalau udah baca😂 ditunggu yaaa vote&commentnya, terimakasih banyak!!🙌

Semoga suka sama ceritanya:)

POPULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang