Sepuluh

15 0 0
                                    


Sudah seminggu Adit tak memberiku kabar apapun dari singapur. Sementara di hari sabtu minggu depan adalah pesta pernikahan Rena dan Rey. Entah apa yang membuat Adit justru sulit untuk dihubungi, entah apa yang membuat adit jadi seperti ini. Biasanya, sesibuk sibuk apapun dia, dia selalu bisa menghubungiku. Tapi bahkan, jangankan untuk menghubungiku, dia sendiripun sulit untuk dihubungi. Begitu juga dengan ka danil, dia sama sekali tak bisa ku hubungi.

Perasaan makin tak karuan selalu muncul dalam benakku, bahkan ingin rasanya aku menyusul ke singapur untuk menemui adit. Entah kepada siapa aku harus bercerita, aku tak mungkin bercerita kepada Rena karena dia harus jaga fikiran dan focus untuk acara pernikahannya nanti.

Adit aku merindukanmu, iya sungguh aku merindukanmu....

Tiba-tiba handphoneku berdering, aku seakan kaget dan mengira itu telpon dari Adit. Ternyata tidak.. nomor yang tak ku kenal ada di layar handphoneku..

"hallo" terdengar suara dari sebrang sana. Suaranya laki-laki dan sepertinya aku kenal

"iya halo, siapa ini?" tanyaku dengan nada bingung

"bu ini aya dion" kata suara laki-laki itu yang ternyata dia adalah muridku

"dion? Ada apa? Kenapa telpon ibu semalam ini?" tanyaku dengan nada sedikit panic

"bu, mamah dan papah Nia meninggal saat perjalanan menuju ke Indonesia" kata dion dengan nada begitu panik

"apa? Kamu sekarang dimana sama siapa?" tanyaku yang ikut panik juga

"saya baru mau datang kesana bu, saya sedang berusaha menghubungi yang lain dulu. Tapi saya kepikiran orang yg pertama yang saya harus hubungi ya ibu"

"baiklah, rumahmu dekat dengan sekolah kan?" kataku

"iya bu dekat"

"ibu tunggu kamu di depan sekolah, kita ke rumah Nia bersama. Dan kamu coba kasih kabar ke teman-teman terdekat kamu ya dion" kataku

"baik bu.. baik...." Kata dion dan menutup telponnya

Setelah itu aku bergegas mengambil kunci mobilku. Aku pun beranjak ke garasi. Kebetulan ibuku sedang tidak di rumah, dia sedang di rumah nenekku untuk menemani nenekkku yang sedang sakit.

Sesampainya di garasi aku pun menyalahkan mesin mobilku, sebenarnya aku punya firasat buruk tentang mobilku karena tadi siang mogok di tengah jalan. Ahh benar saja, berulang kali aku menyalakan mesin mobilku dan tak bisa menyalah sama sekali. Ini sudah jam setengah sebelas malam. Dimana aku bisa menemukan mobil? Bahkan, aku sudah berjanji untuk menjemput dion di depan sekolah. Ahhhhhh

Aku berdiam sejenak dan berfikir di depan gerbang rumahku. Entah datangnya darimana sebuah mobil Jazz merah berada di depan gerbang rumahku dan membuka jendela mobilnya

"Haris?" teriakku seakan tak percaya

"kamu ngapain ada di depan gerbang malam-malam gini?" Tanya laki-laki itu dari dalam mobil

"aku.. aku harus ke rumah anak muridku" kataku dengan agak sedikit gugup dan bingung

"lalu? Kenapa kamu tidak pergi? Kamu menunggu seseorang kah?" Tanya haris

Tanpa berfikir panjang, aku langsung masuk ke mobil haris dan berkata

"haris, aku cerita nanti saja. Sekarang tolong antarkan aku ke rumah anak muridku." Kataku dengan sedikit panik

"jadi sekarang kita ke arah mana?" Tanya haris kemudian

"kita sekarang ke arah sekolah tempat ku mengajar ris. Aku harus menjemput anak muridku dulu disana. Dia pasti sudah menungguku. Kamu tahukan dimana tempatku mengajar?" kataku

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TentangmuWhere stories live. Discover now