Tujuh
Haris Story.....
Entah apa yang membuat Nara tidak begitu mengenaliku. Padahal dulu Nara adalah temanku yang sangat baik dan sangat menyenangkan.
Ya, aku adalah teman Nara saat dulu aku duduk di bangku SMP kelas satu. Waktu itu tubuhku sangat gendut dan aku sangat terlihat culun. Dan saat itu hanya Nara yang aku kenal yang mau menegurku dan menemaniku. Aku memang tak lama ada di SMP tersebut. Bahkan tak sampai satu tahun aku berada di SMP tersebut.
"eh kamu tau gak? Kamu tuh gendut udah culun lagi. Siapa juga yang mau temenan sama kamu" kata seorang temanku pada saat SMP.
Dulu, aku memang takut untuk berinteraksi dengan orang, mungkin karena aku tak PD dengan penampilanku pada saat itu.
"kalian kenapa sih? Suka gangguin dia? Kalian tuh ya jangan suka ganggu orang dong" kata Nara yang berani membelaku diantara banyaknya anak laki-laki yang mengejekku.
"kamu gak apa-apa kan? Ayo bangun" kata Nara sambil mengulkurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"mmm makasih ya.." kataku dengan nada malu
"nara, namaku nara alamsjah kartono kamu bisa panggil aku nara" kata nara dengan senyuman yang cantik. Ya wanita itu sampai sekarang memang tidak berubah, Nara mempunyai tatapan mata yang tajam yang menunjukan kepercayaan diri yang amat tinggi.
"iya nara terimakasih ya" kataku sambil tersenyum
"siapa namamu?" kata nara yang kembali bertanya dengan tatapan yang tajam
"namaku... haris" jawabku dengan pelan
"naraaa...." Teriak seorang laki-laki dari ujung lapangan
Ya itu adalah adit. Adit yang selalu bersama nara kemanapun nara berada. Dan adit bersama Rena, ya Rena yang sekarang jadi calon istri sahabatku Rey, namun apda saat itu aku tidak mengenal Adit maupun Rena. Tapi, yang aku tahu Mereka bertiga selalu bersama. Nara mungkin tidak begitu mendengar siapa namaku. Dia beranjak meninggalkan ku sambil berkata "kamu laki-laki, kamu harus kuat jangan mau di bully. Kamu harus percaya diri gak boleh lemah, kamu juga pasti punya kemampuan. Aku duluan ya, kalau mau cari aku aku ada di kelas 7.1 kamu bisa samper aku ke kelas. Dadahhh" Nara meninggalkan ku sendirian dan menghampiri adit dan rena. Dan aku pun hanya tersenyum ketika Nara pergi.
Ya pertemuan itu hanya singkat, aku hanya hari itu bertemu dengan nara. Karena, hari itupun aku harus pindah sekolah, bahkan pindah Negara. Papahku ditugaskan di amerik, dan aku beserta mamah harus ikut kesana. Ya, ini adalah hari terakhirku disekolah ini namun menjadi hari pertama dimana aku mengenalmu Nara, dan ini hari pertama dimana aku tidak bisa melupakan senyuman serta tatapan tajam di matamu.
Beberapa belas tahun sudah aku melewati hari-hariku di amerika dengan rasa penasaran, andaikan aku bsia bertemu dengan nara kembali setidaknya aku ingin melihat seperti apa senyumnya sekarang, dan masihkan tatapan matanya seperti dulu yang penuh dengan percaya diri? Ah nara aku rindu meskipun hanya satu kali bertemu denganmu entah rasanya kamu seperti menghinoptis laki-laki umur 13tahun pada saat itu.
Namun, seakan lamunanku seolah menjadi kenyataan. Semasa kuliah aku memiliki sahabat bernama Reynaldo yang bisa disebut Rey. Saat aku memutuskan untuk kembali menetap di Indonesia tepatnya di bandung, aku bertemu kembali dengan Rey dan bercerita banyak. Kemudian, Rey mengenalkan ku pada Rena calon istrinya pada saat itu.
Aku juga bercerita banyak kepada Rena tentang dulu aku di amerika, dan bercerita kalau sampai detik ini aku belum memiliki seorang kekasih.
"serius cowok seganteng kamu belum punya pacar Har?" Tanya Rena yang sepertinya tidak percaya
"iya ren. Belum. Kenapa? Culun banget aku ya? Kataku sambil tertawa malu
"bukannya gitu sih Har. Justru aku bingung kamu gak ada culun-culunnya. Style-list banget, ganteng postur tubuh bagus. Aku aja yang udah punya calon suami terpesona sama kamu" rena pun sambil tertawa sambil meledek dan meilirk kearah Rey.
"ohhh jadi ada yang lebih tampan disbanding yang mau halal-in kamu nih?" kata Rey yang sambil meledek
"ah, kalo gitu aku gak ikutan lah ya Rey" aku pun tertawa melihat tinggkah Rey dan Rena
"tapi Har, kalo boleh tau kenapa sih kamu sampe sekarang belom punya pacar? Atau jangan-jangan kamu.... Terus reyy??" kata Rena yang mulai berfikir negative kepada ku yang mulai mengira aku penyuka sesame jenis.
"hus kamu tuh kalo ngomong sembarangan deh sayang. Ya enggaklah" kata Rey sambil meneguk kopi nya
"Haris ini Cuma gak bisa move on dari cinta monyetnya jaman SMP" kata Rey yang seakan meledekku
"jaman SMP Har? Yaampun basi banget si kamu ah" kata Rena
"eh gimana kamu aku kenalin sama sahabat aku? Dia juga udah jomblo lama tauuu.. mau gak? Mau ya mauu?" lanjut kata Rena
Aku hanya diam dan ragu. Sebenarnya beberapa kali aku dikenalkan oleh perempuan - perempuan macam apapun dengan orang tuaku. Tapi, entah aku masih penasaran dengan nara. Entah aku juga bingung, mengapa seperti ini rasa penasranku terhadapnya, seperti aku percaya aku bisa bertemu kembali dengannya.
"udah deh Har coba aja dulu. Lagian emang kamu gak iri liat temen-temen sekeliling kamu udah pada married?" kata Rey yang membujukku
Bulan depan aku baru bisa ke Jakarta setelah pertemuanku dengan Rey kala itu di bandung.. Dan saat siang aku sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju tempat yang sudah di send location dari Rey. Katanya itu sebuah caffe milik perempuan yang akan dikenalkan kepadaku.
Sesampainya disana
"hai Rey" kataku menegur Rey dari belakang yang sedang asyik berbincang dengan Rena, dan salah seorang perempuan yang aku kira akan dikenalkan denganku.
"hai Haris. Apa akabar? Duh makasih banget ya udah dateng" kata Rey kepadaku
"untuk sahabat aku yang enggak apa sih" kataku sambil tersenyum
"aduh haris kamu makin tampan aja sih" kata Rena yang memujiku dan aku makin tersneyum lebar. Entah mengapa aku tertarik apda gadis itu. Tatapannya mengingatkanku pada dia, ya orang yang telah menyihirku saat umurku 13 tahun.
"ohya Har, kenalin ini Nara. Dia guru seni di salah satu SMA favorite di Jakarta sekaligus pemilik usaha caffe yang unik ini" kata Rey sambil memandang perempuan tersebut
Aku diam sebentar, Nara? Benarkah itu tatapan Naraku saat aku SMP? Nara yang mempunyai tatapan tajam. Iya tatapan seperti itu? Benarkah? Apakah impianku jadi kenyataan? Apakah yang aku tunggu tidak akan sia-sia? Ah nara, benarkah ini dirimu?
"oh, caffe yang bagus. Cuma hanya sedikit terlalu sederhana. Rada kurang menarik" kataku, kepada Nara memecah keheningan diantara aku,Rey,Rena dan Nara. Ya, aku agak sedikit salah tingkah hingga aku bingung apa yang harus ku katakan.
Tapi sepertinya Nara tidak mengenaliku kalau aku adaah cowok gendut,dan culun pada saat SMP. Nara terlihat tidak menyukai ku. Ya, sejak SMP nara memang tidak menyukai orang yang terlihat sombong dan aku sepertinya salah berbicara padanya. Pasti nara menilaiku adalah lelaki kaya yang playboy dan angkuh. Ah aku salah menarik perhatian Nara.
"okai semuanya, kalian masih boleh tetep disini. Pesen aja apa yang kalian mau. Maaf banget saya harus kembali ke sekolah karena masih ada jam mengajar" kata nara tiba-tiba
"jam mengajar? Hey bu guru, bukannya anak-anakmu sedang menjalani ujian dan jam segini harusnya mereka sudah tidur siang di rumah masing-masing" kata Rena
Tanpa berpikir panjang, Nara langsung meninggalkan kita di caffe tersebut. Dan, rasanya Nara memiliki aura negative terhadap ku. Ah nara, sebisaku aku akan berusaha untuk dekat denganmu, karena kamu yang selama ini membuatku penasaran. Maafkan aku nara, aku tak bersikap angkuh di hadapanmu. Aku bukan orang yang seperti itu. Kau tahu? Aku adalah orang yang pada saat kau kenal tidak PD. Berkat ancamanmu pada saat SMP aku tumbuh menjadi lelaki yang amat percaya diri. Nara.., aku... rasanyaaa aku benar-benar jatuh cinta kepadamu...J

YOU ARE READING
Tentangmu
Fiksi RemajaMalam ini, entah harus dari mana aku memulai. Entah harus darimana aku menyelesaikan apa yang sudah ku mulai, entah harus seberapa lama aku bertahan dalam keadaan seperti ini. Ya, dia orang yang selalu aku impi impikan, ya dia orang yang telah hadir...