Empat

6 1 0
                                    

"jadi mau dateng jam berapa? Aku mesti pergi nih 30 menit lagi. Mau liat progres anak-anak aku di sekolah tentang acara pentas seni" kataku yang sedari tadi menunggu di sebuah caffe kecil sekaligus tempat membaca novel bagi pencinta novel

"Naraku, yaudah kamu ke sekolah gak usah bawa mobil deh. Nanti aku jemput. Aku masih di kantor" terdengar suara lelaki itu dari hp ku

"emang kamu ada apaan sih ketemu aku? Ada yang penting banget?" kataku sambil memainkan pulpen yang sedang berada di depanku.

"emang kenapasih kalo mau traktir sahabatnya karena penjualan bukunya lagi jadi best seller?"

"oh gitu, jadi mau pamer karena bukunya best seller 'Lagi?' ?" kataku semakin meledek.

"iyalah, aku inikan penulis best seller jadi harus sombonglah"

"ah kamu ini. yaudah aku mau beres-beres dulu deh"

"oke, sampe nanti bu guru favorite. Bye"

Sambungan telpon pun tertutup.

Ya, aku sedang berada di sebuah caffe kecil. Caffe dimana setiap orang yang ingin membaca sebuah novel bsia datang ke tempat ini. tempat yang aku impikan sejak aku duduk di bangku kelas 2 SMP. Hobby membacaku, membuat aku seakan akan ingin setiap orang bisa merasa nyaman berada di caffe ini untuk membaca. Ditambah adit yang hampir setiap hari berada di caffe ini untuk sekdar menulis. Ya, menulis memang menjadi hobby dan pekerjaan adit. Terkadang aku juga ingin mencoba untuk menulis sebuah novel, namun setelah aku fikir aku tak punya bakat untuk melakukan hal itu. Ternyata menulis tak semudah yang aku bayangkan. Aku lebih suka menulis sebuah naskah untuk pentas teater murid-muridku.

"selamat siang ibu guru Nara" suara perempuan yang selama 13 tahun aku kenal. Ya itu Rena

"Rena?" ngapain disini?" kataku kaget melihat rena yang sedang berada disini. Jarang sekali dia berada disini. Karena Rena tak suka membaca dan juga pekerjaannya yang terlalu sibuk.

"gak boleh banget aku disini Nar? Yaudah aku pulang kalo gitu deh" kata Rena yang pura-pura mengambek.

"kan kamu lebay deh. Ayo masuk. Mau minum apa?"

"tunggu Rey deh masih di mobil, lagi cari tempat parkir. Kan kamu tahu sendiri caffe kamu tuh yang susah adalah tempat parkir mobil"

"loh, inikan emang caffe kecil bukan mall" kataku pura-pura sewot.

"tapikan pengunjung kamu udah banyak Nar. Beri pelayanan yang bagsu juga lah. Mereka kan juga punya kendaraan"

"iyaiya. Nanti difikirkan lagi Nonya rena yang terhormat"

"Hai Nara apa kabar?" tiba-tiba suara berat itu muncul ketika aku dan Rena sedang berdebat kecil

"Hai Rey. Udah lama gak ngeliat kamu. Aku baik kok baik. Kamu gimana?" kataku sambil menjabat tangan Rey

"baik kok baik" kata Rey sambil duduk diantara aku dan Rena

Ya, itu Rey lelaki yang berpostur tubuh tinggi, putih dan terlihat sangat friendly serta berkelas. Yang akan mendampingi sahabatku Rena. Sungguh, hidup rena seakan ada di dalam dongeng.

"jadi kalian ngapain tiba-tiba kesini? Barengan pula. Mau nyebar undangan? Gak kalian undang juga aku pasti dateng paling pertama" kataku yang rada sewot

"ih lagipula siapa juga yang mau kasih kamu undangan" kata Rena yang meledek perkataanku

"ih yaudah" aku pura-pura mengambek

"halo Rey" tiba-tiba terdengar suara berat seorang laki laki berpakaian rapih, putih tinggi dan mempunyai lesung pipi di pipi sebelah kanannya. Entah aku seperti tersihir melihat ketampanan lelaki itu

TentangmuWhere stories live. Discover now