Alsar pov"Alsar!!!" Jerit teman kelasku yang bisa membuat gendang telingaku sakit. Vina menatapku geram, mungkin kesal.
"Apa?!" Tanyaku menampakkan wajah tanpa dosa andalanku.
"Ini masih pagi tau gak sih!" Suaranya naik berpuluh-puluh oktap. Okey ini terlalu lebay, tapi bener loh suara toa kalah kerasnya sama suara cempreng vina.
"Ayolah, please.... satu kali ini aja" pintaku menunjukkan puppy eyes, kedua tanganku ku tangkupkan di depan dada.
"Gak!" Tolaknya membuatku hancur "gue gak mau pergi ke kantin. Titik!" Refleks aku memegang hatiku seakan kesakitan. Okey ini terlalu berlebihan.
"Lo jahat banget sama sahabat lo yang cantik ini. Lo berani mematahkan harapannya" ucapku dramatis. Vina menatapku jengah, dan itu semakin membuatku sebal. Pasti gini nih, kalau punya sahabat gila baca novel. Sekali megang buku lupa semua yang ada di sekitarnya, termasuk aku yang tak dipedulikan olehnya.
"Harapan lo untuk nyomblangin gue sama si dava. Ogah!" Vina tahu darimana aku mau jodihin dia?. Aku menepuk keningku lalu membuat huruf v dari jari tengah dan telunjukku, tak lupa cengiran lebar terpampang di wajahku.
"Hehe... abisnya lo jones sih" ucapku langsung berlari keluar kelas sebelum kena jitakan maut dari cewek anggun berdarah bar bar itu.
"Alsar!!" Teriak vina masih terdengar aku menoleh ke belakang sambil terus berlari.
Buk
"Aduh!" Aku mengaduh kesakitan, siapa sih yang berani nabrak gadis cantik ini. Aku menengadah dan tampaklah seorang pria bertubuh kekar, rahang yang kokoh, hidung mancung, dan mata hitam yang kelam. Gavan.
Cinta pertamaku. Ralat cinta kedua setelah dia... sang hati yang telah meninggalkanku satu tahun yang lalu.
"Gavan!" Teriak seseorang dari arah seberang koridor.
"Ayo!" Teriak orang itu lagi. Tanpa menoleh maupun berkata gavan melenggang pergi meninggalkanku yang masih duduk di atas lantai. So tampan! Muka kayak tembok aja belagu!. Aku segera bangkit berdiri dan melayangkan sapatu kiriku ke arahnya.
Plak
Berhasil berhasil hore... sudah ku duga tepat di kepalanya. Dia berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya ke arahku. Astaga matanya serem banget. Dia maju akupun mundur, dia maju lagi akupun mundur lagi. Yaelah maju mundur cantik segala lagi.
Sekarang gavan tepat berdiri di hadapanku, aku hanya menundukkan kepala takut. Mati lah aku.
"Lo cewek bodoh itu kan?" Tanyanya bagai sindiran keras untukku. Aku meneguk ludah susah payah, keringat dingin mengalir deras di pelipisku.
"Bisa gak sih lo gak muncul dihadapan gue!" Sinisnya. Rahangku mengeras, aku benci gavan. Harga diriku jatuh menjadi serpihan kecil, dan itu sakit.
"Kenapa lo gak suka sama gue?"lirihku. Aku harap gavan menjawab sesuai apa yang ku inginkan.
"Lo centil, manja, lemah dan yang paling gue benci kalau lo gak punya otak!" Cibirnya puas. Sesuai dengan apa yang ku inginkan
Terimakasih gavan.
Dia udah membuka pintu hidupku. Aku mendongkakkan kepala menatap manik hitamnya, menampakkan senyuman tulusku.
"Gue gak bakal muncul di hadapan lo lagi, karena gue bakal selalu muncul di ingatan lo"
"Ck, itu gak akan pernah terjadi"
Aku terkekeh mendengar decakannya. Dia bicara sesuai apa yang kuinginkan lagi.
"Baiklah... Gavan alfrando, gue masuk kelas dulu" ucapku akhirnya melambaikan tangan kemudian pergi meninggalkannya yang terlihat kesal.
.
.Setelah bertemu gavan di koridor sekolah waktu istirahat, aku langsung pulang ke rumah. Bolos lagi. Jika di hitung sampai hari ini mungkin sudah sekitar dua minggu aku bolos, orang tuaku sering di panggil oleh pihak sekolah. Tentunya papah marah besar padaku, dia menghukumku dengan tidak memberikan uang jajan, uang makan sampai uang hidup. Gila!!! Kejam banget padahal dia orang tuaku sendiri.sedangkan mamah dia berpihak pada papah, dan kakak brandfa yang selalu gue panggil abang bran, dia harapanku terakhir yang memihak papah juga.
Deg... rasanya pahit seperti obat yang ku minum akhir-akhir ini."Kamu bolos lagi?!" Tanya seseorang geram, aku menghela nafas setidaknya itu bukan papah tapi kak bran.
"Hm...."
"Lo mau di hukum lagi sama papah?" Nada suranya menurun.
"Ini yang terakhir" aku tersenyum ke arahnya, lalu menghambur ke pelukannya. Menenggelamkan wajahku ke dada bidangnya, beberapa saat ia mematung sebelum membalas pelukanku. Ini udah cukup.
"Kenapa?" Ia melepaskan pelukannya dan menatapku lekat. Aku melangkahkan kaki ke arah balkon kamar, menatap pemandangan yang berlukis awan putih diatas langit biru membentang.
"Kenapa?" Ucapku mengulang pertanyaan bran. "Gue masih muda, dan gue pingin ngelakuin apa yang belum gue lakuin" aku tahu abang bran tengah mengernyitkan dahinya walau aku tidak melihat ke arahnyapun. Karena abangku ini mudah sekali di tebak.
"Kenapa lo mengubah sikap lo jadi buruk?"
"Maksudnya?" Tanyaku heran, bran menghampiriku. Aku memalingkan wajah darinya, mempunggunginya supaya air mata yang berhasil keluar tidak terlihat olehnya.
"Lo ngerubah sikap lo jadi buruk. Lo di tindik, suka bolos, pergi ke club, ngerokok bahkan lo pernah mabuk. Dan lo ngelakuin itu semua semenjak dua minggu lalu sampai sekarang, kenapa lo berubah?" Lirihnya menambah hatiku sakit.
Aku membalikkan tubuhku menghadapnya, sebuah senyum ku ukir. Bran terperangah bersama hembusan angin menerpa wajahku. Aku memandang langit yang kini sedikit di hiasi awan hitam.
"Karena gue pingin ngelakuin apa yang belum gue lakuin" desauku "dan ini yang terakhir"
.
.Aku mengambil handphone yang sedari tadi berdering. Lima pesan chat dari vina terpampang nyata di layar handphoneku.
Vina: lo bolos lagi?!!
Vina: woy jawab nyet!!
Vina: gue gak bakal bawa tas lo!!
Vina: di DO tau rasa lo!!
Vina: lo sakit??
Alsar: gue udah mati vin
Vina:"mati kok nyahut, serem banget lo!!
Alsar: hati gue yang mati vin.
Vina: lebay lo
Alsar: gue mau balik kayak dulu lagi vin, gue rasa ini udah cukup.
Beberapa menit kemudian vina membalas.
Vina: okey, gue dukung lo.
Hanya vina yang tahu semua tentangku. Alasan seorang alsar berubah drastis dua minggu ini.
"Maaf, karena gue lo harus bohong ke semua orang vin"
Hidup hanya sekali. Dan mati akan datang berkali-kali.
Hatimu yang mudah merasakan kematian untuk kedua kalinya.
Saat itu tiba... aku benar mati.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsar
Teen FictionAlsar giondras gadis sma purnama. Siapa sih yang gak tahu alsar di sekolah? Cewek penuh kejutan. Suatu hari dia hadir dalam kehidupan seorang gavan alfrando. Siapa sih yang gak tahu dia? Cowok ganteng, pintar, jago basket dan most wanted dari sekola...