Chapter 5

40 5 0
                                    

Gavan pov

"Ada apa vin?"

Dia mengira aku vina, nadanya kedengaran marah. Aku meneguk ludah.

"Hallo?" Ucapku ragu.

"Lo pacarnya vina?"

Aku menepuk jidatku. Astaga aku malah di kira pacar vina, nih anak gak peka banget sih. Aku sangsi kalau dia pernah suka sama aku.

"Gue gavan" geramku.

"Oh, ada apa van?"

"Gue cuma mau ingetin lo kalau besok belajar bareng di rumah lo"

"Oh... terus?"

"Itu aja"

"Terus?"

Terus terus emang aku tukang parkir mobil, lama lama aku pingin nyekik tuh anak.

"Terus apanya?" Nadaku kesal.

"Iya terus kenapa belum lo tutup telponnya"

Stupid. Segera ku akhiri panggilanku, wajahku pasti sudah merah. Dan alsar dia tertawa puas, kelihatan banget kalau aku hanya mencari cari alasan untuk nelpon dia. Mau taruh dimana mukaku besok?!!!
.
.

Keesokan harinya...

Aku terbangun lebih cepat dibanding hari biasanya, mandi dan bersiap diri untuk pergi ke rumah alsar. Aku berjalan menuju dapur disana ada mamah sedang memasak. Biasanya adik perempuanku satu satunya suka stand by di depan tv, tapi kok sekarang gak ada.

"Mah, icha mana?" Tanyaku sambil mengunyah sepotong roti.

"Dia belum bangun"

"Tumben?" Ku masukkan potongan roti terakhir kedalam mulutku.

"Semalam ia begadang sama temennya" aku hanya mengangguk paham. Pasti nonton drama korea sampai titik penghabisan, pernah gak sengaja aku mendengar tangisan dahsyat di kamar adikku. Saat ku lihat dia sama temannya tengah menangis massal, sebabnya? Pemeran utama lelaki drama koreanya mati. Yaelah mati bohongan sampe di tangisin apalagi mati beneran? Ikut mati kali.

"Mah, gavan belajar bareng di luar" aku pamit pergi.

"Jangan terlalu malam pulangnya, nanti papah mau ngajakin kita makan di luar" aku mencium punggung tangannya.

"Siap bos"
.
.

Motorku berhenti di depan rumah besar bercat biru muda. Aku melepaskan helm dan turun dari motor. Belum sempat aku tekan bel, pintu sudah terbuka. Tampaklah gadis bernama alsar tengah tersenyum padaku. jeans dan kaos hijau toska yang ia kenakan begitu simple, ia juga menggunakan sedikit lip gloss pada bibirnya yang mungil dan memberi hiasan berupa jepit bunga sakura di rambut pendeknya.

Cantik. Satu kata yang pantas untuk disandangnya.

"Ayo kita ke taman" ia menarik lenganku menyuruhku untuk menaiki motor. Aku menurutinya.

"Jalan!" Serunya memerintah memelukku dari belakang. Dan aku menurutinya lagi. Tanpaku sadari sepanjang perjalan sebuah senyum terukir di wajahku.

"Udah sampai" aku menghentikan motorku di sebuah taman, sesuai yang ia katakan.

"Udah sampe ya" ia melepaskan pelukannya dan beralih mengenggam tanganku. Aku tak menolak, sebaliknya aku membalas genggamannya.

"Wah disini ramai banget" ucapnya antusias, ia menyeretku ke sebuah toko hiasan. Ia memilihkan satu topi untukku warnanya senada dengan bajuku. Biru. Sedangkan ia memilih topi berwarna hitam, ia langsung memakainya setelah jepit bunga sakuranya dilepas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlsarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang