‘Tes’
Satu bulir air mata berhasil (namakamu) produksi dari mata indahnya. Ia sudah muak dengan semua ini.
“AKU NGGAK SELINGKUH! Semustinya kamu nyadar! Peka! Aku bukan seperti kamu yang selingkuh semau-maunya!” baru kali ini ia membentak Iqbaal. Iqbaal terperangah. (namakamu) yang baru menyadari perkataannya buru-buru berlari tanpa arah.
“(namakamu)! Tunggu!” teriak Iqbaal. Ia mengejar (namakamu) yang sudah jauh disana.
“Hosh.. hosh.. hosh..” napas (namakamu) sudah tak teratur. Ketika ia melihat Iqbaal berlari kearahnya dan mulai mendekat. Buru-buru ia menyebrang dijalan yang besar ini tanpa memperdulikan kendaraan yang berlalu lalang dihadapannya.
‘Ciitttt…’
‘Brukk…’Mata Iqbaal membulat.
“(namakamu)!!!” teriak Iqbaal. Segera ia berlari menuju (namakamu) yang sudah tak sadarkan diri dan bersimbah darah diatas aspal hitam ini.
Ia tak menyangka. Kekasihnya tertabrak mobil begitu saja. Karna dirinya!!!
Orang-orang yang penasaran berdatangan dan membentuk kerumunan. Iqbaal memangku kepala (namakamu) dipahanya.
“(namakamu)! Maaf..” lirihnya menyesali perbuatannya. Matanya berhasil memproduksi cairan air mata.
Tubuh (namakamu) mendadak lemas. Kini ia sudah tak berdaya lagi.
Buru-buru Iqbaal merogoh saku celananya. Mengambil ponselnya dan menelpon ambulans.
“Halo?”
∞∞∞
Iqbaal mondar-mandir didepan ruang ICU. Mencemaskan (namakamu). Dalam hati ia terus berdo’a agar (namakamu) tak apa-apa. Namun, seperti yang dilihatnya tadi bahwa keadaan (namakamu) sangat mengkhawatirkan akibat kecelakaan tragis itu. Kemungkinan besar, nyawa (namakamu) bisa melayang begitu saja.
Akhh! Ia menepis jauh-jauh pemikiran bodoh itu. Yang ia lakukan saat ini cukup tenang. Biarkan semua mengalir seperti sungai *gajebanget*.
Pintu terbuka. Pria paruh baya dan berperawakan tegap berbaju serba putih keluar dari ruangan (namakamu) diperiksa.
Dokter bername-tag ‘Bima Erlangga’ itu melewati Iqbaal begitu saja. Tanpa sepatah kata.
Iqbaal makin penasaran. Mengapa dokter ini keluar begitu saja dan tak menangani kekasihnya yang sudah sekarat.
Ia mengintip dicelah-celah pintu. Ada apa ini? Mengapa suster melepas semua alat-alat yang melekat dibeberapa bagian tubuh (namakamu).
Dengan sigap Iqbaal menerobos pintu kamar (namakamu).
“Sus.. kok dilepas sih? Kasihan pacar saya sus! Dia masih sakit!” bentak Iqbaal. Matanya membulat. Dalam hatinya bergejolak ia histeris.
Suster itu hanya menatap sedih pria yang ada dihadapannya ini. Salah satu suster datang membawa kain putih. Dan suster yang lainnya memakai kain putih itu di badan (namakamu). Dari ujung kepala sampai kaki.
“Sus! Apa-apaan ini! Pacar saya masih hidup, sus!” jerit Iqbaal. Dirinya histeris. Ia terus menjambak rambutnya sendiri.
Suster itu menghela napasnya dan menatap Iqbaal penuh pengasihanan.
“Sabar yah, Mas.” Ujar Suster itu. Menepuk-nepuk pelan pundak Iqbaal yang melemas.
Tangis Iqbaal meledak. Buru-buru ia mendekat ke (namakamu). Membuka kain yang menutupi wajah cantiknya.
“(namakamu)! Kamu masih sayangkan sama aku? Masih sayangkan?” matanya berhasil mengeluarkan bulir-bulir kesedihan yang bergejola dijiwanya. Mengguncang-guncang tubuh orang yang sudah tiada.
“Kalau kamu masih sayang. Bangun dong! Aku gak suka liat kamu tidur kayak gini!” teriaknya lagi. Ia menyesal. Sangat menyesal. Ia sangat menyia-nyiakan waktunya bersama gadis yang malang ini.
“Kalau kamu mau tidur, gak usah disini. Di apartemen aku, kamu bisa tidur!” bentaknya. Suster itu menggeleng dan melenggang keluar dari area ini. Membiarkan Iqbaal bersama mayat kekasihnya.
“Aku nyesal! Nyesal! Aku bodoh! Bego! Sinting!” rutuk Iqbaal mengutuk dirinya sendiri. Mengeluarkan semua uneg-uneg yang tertahan dalam pikiran dan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity +idr✅
Fanfiction"Ketika penyesalanmu datang di akhir scene." Iqbaal Dhiafakhri × (namakamu)