Part 3

1.2K 110 0
                                    

“Sabar yah, Mas.” Ujar Suster itu. Menepuk-nepuk pelan pundak Iqbaal yang melemas.

Tangis Iqbaal meledak. Buru-buru ia mendekat ke (namakamu). Membuka kain yang menutupi wajah cantiknya.

“(namakamu)! Kamu masih sayangkan sama aku? Masih sayangkan?” matanya berhasil mengeluarkan bulir-bulir kesedihan yang bergejola dijiwanya. Mengguncang-guncang tubuh orang yang sudah tiada.

“Kalau kamu masih sayang. Bangun dong! Aku gak suka liat kamu tidur kayak gini!” teriaknya lagi. Ia menyesal. Sangat menyesal. Ia sangat menyia-nyiakan waktunya bersama gadis yang malang ini.

“Kalau kamu mau tidur, gak usah disini. Di apartemen aku, kamu bisa tidur!” bentaknya. Suster itu menggeleng dan melenggang keluar dari area ini. Membiarkan Iqbaal bersama mayat kekasihnya.

“Aku nyesal! Nyesal! Aku bodoh! Bego! Sinting!” rutuk Iqbaal mengutuk dirinya sendiri. Mengeluarkan semua uneg-uneg yang tertahan dalam pikiran dan hatinya.

Beberapa suster kembali masuk. Iqbaal menyingkir. Siapa tahu (namakamu) masih bisa diselamatkan ;3

Suster itu memperbaiki kain yang sempat tak menutupi wajah (namakamu). Lalu mendorong tempat yang sedang ditiduri (namakamu). Iqbaal makin histeris.

“Tuhan! Berikan aku kesempatan! Aku ingin membuat dia bahagia! Aku ingin menghabiskan sisa umurku bersamanya.” Teriaknya.

“Aku.. cinta kamu..” lirihnya pelan nyaris tak terdengar.

(namakamu) semakin jauh. Jauh dari dekapannya. Semakin jauh. Air mata Iqbaal tak terbendung lagi.

“(namakamu)!!!” teriaknya sebisa mungkin dan tangisnya kembali pecah.

‘Srett!’

Terdengar suara gordyn terbuka dengan kasar.

“Baal bangun. Udah pagi nih,” ucap seorang gadis. Suranya sangat familier ditelinga Iqbaal.

Iqbaal membuka matanya perlahan. Mengerjap-ngerjapkan matanya agar insenitas cahaya merambat masuk ke pupil matanya dengan seimbang.

Matanya kembali membulat ketika mendapati gadis itu. Gadis itu sedang membolak-balik halaman memo nya.

“Hari ini kamu ada kelas jam 10.30 wahh! Kita samaan.” Ucapnya kagum. Iqbaal kembali terbelalak. Matanya makin membesar. -_-

“Ayo cepat bangun! Nanti telat loh!” pinta gadis yang diketahui bernama (namakamu).

Iqbaal malah tak memperdulikan perintah (namakamu). Iqbaal menarik lengan (namakamu) sehingga (namakamu) terjatuh dan ikut tertidur disebelahnya.

Siluet wajah (namakamu) yang ceria. Aroma parfumnya semerbak wangi bunga. Ada apa ini? Apakah ini mimpi?

“Kamu gak apa-apa kan?” Iqbaal meraba-raba kepala (namakamu). Mencari apakah memang ada luka bekas kecelakaannya.

(namakamu) bungkam. Diam mematung. Ia sendiri bingung. Pertama. Kelakuan Iqbaal makin aneh. Dan kedua. Iqbaal memakai kosakata ‘aku-kamu’ yang tak seperti biasanya.

“A—ada apa?” tanya (namakamu) gugup. Kegiatan Iqbaal terhenti sejenak dan menatap mata hazel (namakamu).

“Kamu baik-baik aja kan?” Iqbaal malah balik bertanya. (namakamu) khawatir. Siapa tau Iqbaal dimasuki roh setan. :3

“A—aku—ba—baik. Kamu ini kenapa?” Iqbaal menggeleng. Kemudian ia bangkit dari tidurnya. Lalu menarik lengan (namakamu).

“Tuhan.. aku takut kehilangannya.” Desis Iqbaal pelan. Takut-takut jika (namakamu) mendengar dan mengira Iqbaal adalah orang gila. Berbicara sendiri.

***

“Kamu udah siap?” tanya Iqbaal. Menatap (namakamu) melalui kaca spion motornya. Sedangkan (namakamu) sedang memasang helmetnya.

Sekali hentakan (namakamu) sudah diatas jok motor bersama Iqbaal.

“Tancap!!!” teriak Iqbaal. Tawanya meledak dengan lepas bersama dengan teriakannya.

(namakamu) makin khawatir. Takut jika terjadi sesuatu yang menimpa Iqbaal yang hanya dengan kecepatan semalam Iqbaal berubah drastis.

Setelah sampai di fakultasnya. Iqbaal segera meraih lengan (namakamu) untuk digenggam. Kegiatan Iqbaal yang satu ini mampu membuat semua orang yang melihatnya tercengang.

“Apa dia udah insyaf?” desis salah satu mahasiswi. Matanya tak lepas dari couple aneh tersebut. Sementara mahasiswi lainnya hanya menaikkan bahunya pertanda ia tak tau.

“Ke kantin yuk? Aldi sama Salsha kayaknya udah disana. Nunggu kita.” Ujar Iqbaal dengan riangnya. (namakamu) mengangguk.

Mereka kembali melangkah beriringan memasuki area kantin. Kembali tercengong kedua pasangan ini—Salsha dan Aldi.

“Hey bro! Apa kabar?” tanya Aldi. Iqbaal tersenyum memperlihatkan jejeran gigi putihnya.

“Baik.” Iqbaal ikut gabung diantara mereka. Sementara (namakamu). Ia hanya berdiri mematung. Seperti biasa. (namakamu) adalah gadis yang pemalu.

“Ayolah sayang. Duduk!” perintah Iqbaal lembut. Kembali (namakamu) tersentak ketika mendengar kata ‘sayang’ dari bibir Iqbaal dan kata itu untuknya! Yah! Untuknya.

Sebuah senyuman tersungging di bibir (namakamu). Sesuai perintah ia duduk tepat disebelah Iqbaal dihadapan Aldi dan Salsha.

“Tumben..” cerocos Aldi membuat Iqbaal terheran-heran.

“Tumben apanya?” kedua alis Iqbaal bertaut.

“Biasanya gak kayak gini! Biasanya (namakamu) lo siksa. Kayak kacung lo.” Sindir Salsha. Tawa Iqbaal meledak.

“Gue udah berubah, Sha..” Iqbaal menarik bahu (namakamu) dan merangkulnya, “Gue pengen (namakamu) bahagia sama gue.”

(namakamu) serasa terbang ke langit ketujuh. Sudah hampir 6 bulan ia berpacaran dengan Iqbaal. Namun, baru kali ini Iqbaal memperlakukannya begitu. Serasa (namakamu) ingin menghentikan waktu saat ini juga dan ingin terus bersama Iqbaal.

Opportunity +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang