Part 5

1.1K 107 1
                                    

"Maafin aku. Aku udah berusaha buat jadiin kamu nomor satu."

Iqbaal merenggangkan pelukannya. Menatap wajah cantik (namakamu). Walaupun (namakamu) sedang menangis, ia tetap cantik.

Tangannya terayun untuk menghapus air mata (namakamu), "Kamu maafin aku?" tanya Iqbaal pelan. Takut-takut jika (namakamu) makin marah padanya.

(namakamu) menatap Iqbaal. Pandangan mereka beradu.

Sesaat kemudian (namakamu) mengangguk. Lalu ia tersenyum. Iqbaal makin tergila-gila.

Bibir Iqbaal ikut tertarik untuk tersenyum.

Jarak antara mereka kian dekat.

Dekat..

Dekat..

Dan..

'Cup'

Iqbaal menabrak lembut bibir mungil (namakamu). (namakamu) tercengang. Ia tak tau harus berbuat apa?

Namun, perlahan tapi pasti. (namakamu) balas melumat mulut Iqbaal.

Mereka melangsungkan kegiatan ini ditempat yang sepi. Taman kampus.

Bersatu dalam koreografi cinta. Membiarkan semuanya terjadi begitu saja.

***

'Tap tap tap'

Derap langkahnya menggema dikoridor fakultasnya. Kedua tangannya sengaja ia masukkan ke kedua saku celananya. Ditelinganya terjejal earphone. Keren!

Perlahan, ia merasa aneh. Ia merasa diperhatikan oleh penghuni kampus yang sempat berpapasan dengannya. Memang, ini hal biasa. Tapi, tatapan tak senonoh itu tak biasa!

"Ada apa sih?" gumamnya. Melepaskan satu earphone yang terjejal ditelinganya.

"Ciee!" sepasang kekasih datang begitu saja dan langsung menggodanya. Siapa lagi kalau bukan Salsha dan Aldi.

"Hey! Ada apa?" tanya Iqbaal. Kedua alisnya bertaut. Ia semakin bingung.

"Al, kamu tau gak? First kiss (namakamu) udah direnggut sama cowok loh!" sindir Salsha. Kemudian ia menyikut Aldi.

"Eh, iya. Jelas cowoklah! Masa sih yang ngerenggut cewek." goda Aldi. Tawa Salsha dan Aldi meledak.

"Jadi, benar. Pria yang ada dihadapan kita ini udah gak nyakitin hati cewek lagi?"

"Kayaknya.. Iya."

Jadi, semua ini masalah kemarin? Masalah dimana Iqbaal mencium (namakamu). Why? Ada yang salah.

"Udah deh. Kalian berhenti goda gue! Iya, gue insyaf." ujar Iqbaal. Pipinya menampakkan rona merah.

Mereka pun berlangkah beriringan. Namun, ditengah perjalanan ke kelas. Seorang lelaki bertubuh gempal datang menghampiri mereka. Tak lama kemudian, disusul beberapa mahasiswa/i berlarian kearah gedung sebelah barat. Gedung yang baru saja diselesaikan pembangunannya.

"Baal! Gawat!" ucap pria bertubuh gempal yang diketahui bernama Kiki. Napasnya tersengal-sengal.

"Ada apa?"

"Bella!" Aldi menudingkan jarinya menghadap seorang gadis yang tengah berdiri di loteng bangunan sebelah barat tersebut. Bella berdiri dipinggir-pinggir. Salah sedikit, wanita itu bisa mati.

Tanpa tunggu lama. Iqbaal dengan segera berlari menyusul Bella disana.

Kini, Iqbaal sudah berada tepat dibelakang Bella. Kira-kira jaraknya hanya 10 meter.

Mendekat. Iqbaal perlahan-lahan mendekati Bella yang tak tau keberadaan Iqbaal.

"Jangan mendekat!" bentak Bella tanpa memandang Iqbaal. Sepertinya pendengarannya tajam. "Atau aku akan loncat!"

"Bell!" lirih Iqbaal. "Kamu gak bisa kayak gini! Semua ini bisa diselesaikan baik-baik."

"Baik-baik? Apanya yang baik-baik? Jelas-jelas masa depan aku sudah hancur! Aku stress hadapi semua ini. Orang tuaku bercerai, kakak ku terkena masalah dengan obat-obatan terlarang. Dan, sekarang aku? Aku HAMIL DILUAR NIKAH!" teriak Bella. Menekankan kata-kata yang ada pada kalimat akhirnya.

Orang-orang dibawah sana terkejut ketika Bella berteriak 'Hamil diluar nikah'.

"Tuhan itu gak adil! Apalagi sekarang? Rasanya lari dari kehidupan itu satu-satunya jalan!" air mata Bella tak terbendung lagi. Iqbaal mengambil kesempatan untuk mendekati Bella.

"Semuanya bisa terselesaikan. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Bukan berarti Tuhan gak adil sama kamu. Itu tandanya Tuhan perhatiin kamu." jelas Iqbaal. Bella makin terisak.

1 langkah
2 langkah
3 langkah

Dan..

'Hap!'

Iqbaal berhasil menarik tangan Bella. Semua orang yang ada dibawah sana terkaget bukan main-,- mereka semua merasa Bella akan jatuh sekarang juga.

Sementara disisi lain. (namakamu) dengan napasnya yang tersengal-sengal berusaha menaiki tangga berniat untuk menyusul Iqbaal diatas. Namun, niatnya terkurungkan untuk mendekati Iqbaaal tatkala melihatnya memeluk Bella.

"Aku gak tau mau apa. Aku bingung, aku frustasi. Rasanya aku ingin meledak sekarang juga. Aku gak tau mau apa dengan janin ini." ujar Bella disela-sela tangisnya. Ia masih berada dipelukan Iqbaal.

"Dimana Bastian?" tanya Iqbaal.

"Aku gak tau dia dimana. Semenjak insiden itu dia hilang. Aku udah cari dia kemana-mana. Tapi, gak ketemu. Kamu mau bantu aku?" Iqbaal mengangguk.

"Aku mau kamu menjadi ayah dari janin aku."

'Darr!'

(namakamu) merasakan lututnya akan roboh sekarang juga tatkala ia mendengar perkataan Bella.

Opportunity +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang