Part 6

1.1K 109 0
                                    

'Darr!'

Serasa dunia (namakamu) runtuh ketika mendengar tawaran yang keluar dari mulut Bella.

Air hangat yang terbendung dimata (namakamu) kini sudah jatuh. Isak tangisnya makin menjadi. Kontan Iqbaal berbalik, merenggangkan pelukannya.

"(namakamu)?!" Tanya Iqbaal kaget, "Sejak kapan kamu disini?"

Tanpa menjawab pertanyaan (namakamu) buru-buru (namakamu) meninggalkan 2 manusia berbeda jenis itu.

Iqbaal ingin mengejar (namakamu). Tapi, apadaya, kini Iqbaal sudah ada dalam pelukan Bella. Bella yang menariknya.

"Bell! Lepasin!" bentak Iqbaal. Namun, pelukan Bella makin erat.

"Aku gak mau kamu pergi. Aku akan mati!" ancam Bella. Suaranya sedikit tak jelas akibat wajahnya sudah tenggelam di dada bidang Iqbaal.

Hati Iqbaal merasa iba. Ada perasaan kasihan pada Bella.

"Kamu mau kan nikahin aku?"

Pertanyaan biadab! Umpat Iqbaal dalam hati. Mengapa ia? Setengah hatinya mengasihani Bella namun setengahnya malah sebaliknya.

Mengingat Bella beberapa bulan yang lalu. Bella memutuskannya karna alasan sudah tak cinta dengan Iqbaal dan pergi meninggalkannya bersama Bastian.

Iqbaal tak menjawab. Tangannya terayun untuk mengelus puncah kepala Bella dengan lembut.

Sementara makhluk-makhluk dibawah sana mulai bubar. Mereka sudah tak khawatir.

***

'Brakk!'
'Brukk!'
'Dukk!'

Barang-barang (namakamu) terlempar begitu saja karenanya.

Steffi--sahabatnya hanya diam bergeming menatap aksi sahabatnya.

"(nam..)! Sampai kapan lo begini?" bentak Steffi. Ia tak mau telinganya tersakiti akibat baksound kamar (namakamu).

"Sampai Bella lenyap!" jawab (namakamu). Suaranya naik 2 oktaf daripada Steffi.

"Ayolah.. Jangan kayak gitu. Belum tentu semuanya selesai kalau kayak gini!"

'Brakk!'

Vas bunga kembali berhasil pecah.

Tiba-tiba (namakamu) merasa lemas dibagian lututnya. Lututnya tak mampu menopang tubuhnya lagi hingga ia jatuh tersungkur dilantai. Menangis terisak disana. Sementara kedua tangannya menutupi wajah cantiknya.

Steffi melangkah mendekati (namakamu). Merengkuh sahabatnya dalam pelukannya.

"Gue gak tau kenapa lo bisa kayak gini."

***

Sudah beberapa hari (namakamu) puasa tak berbicara dengan Iqbaal. Berkali-kali pula Iqbaal membujuk (namakamu).

"Ayolah, (namakamu)!" langkah (namakamu) makin cepat. Iqbaal mengiringinya tepat disampingnya.

"Iqbaal! Berhenti kejar aku," langkah (namakamu) terhenti bersamaan dengan Iqbaal, "Aku kira kamu mau nikah." ucap (namakamu) dengan senyum sinisnya.

"Nggak!" Iqbaal menyangkalnya, "Dia memang maksa aku dan nanya ke aku. Tapi, aku nggak bilang 'iya'." jelas Iqbaal. Menjelaskan semuanya sesuai kejadian.

Acuh tak acuh, (namakamu) buru-buru melangkah tanpa mengindahkan penjelasan Iqbaal.

"Kamu berubah. Kamu yang dulunya baik sama aku walaupun aku berbuat kesalahan. Sekarang, aku gak nemuin itu di diri kamu." Lirih Iqbaal. Menatap nanar punggung (namakamu) yang mulai menjauh.

***

"Aldi mana?" tanya Iqbaal pada gadis berambut pirang tepat dihadapannya. Duduk dengan tenang memaiknkan ponselnya.

Seperti biasanya, setiap jam kosong mereka berempat selalu berkumpul dikantin pojokan(?) namun yang ada disini hanya Iqbaal dan Salsha.

"Bentar lagi." ujar Salsha tanpa menatap Iqbaal yang dihadapannya. Sibuk dengan ponsel yang ia aduk-aduk.

Dari arah lain, Aldi berjalan dengan senyum sumringah melangkah mendekati Salsha dan Iqbaal.

"Hey! Gue bawa berita baru." Ucap Aldi seraya menepuk bahu Iqbaal.

"Al, gue gak tau (namakamu) kenapa bisa berubah." Potong Iqbaal dengan tampang memilukan. Aldi pun ikut duduk bersama mereka.

"Maksud lo?" tanya Aldi. Melupakan kabar yang akan ia beritahukan.

"Iya. Dia berubah. Gak kayak dulu." ujar Iqbaal mulai mencurahkan hatinya. "Dulu dia bagaikan malaikat. Nganggap gue pacar yang tanpa dosa. Meskipun gue berkali-kali nyakitin dia."

"Itu karma buat lo." cerocos Salsha. Memberhentikan aktivitas main hapenya beralih menyeruput jusnya.

"Atau tingkatan kesalahan lo ini udah tingkat berbahaya." sambung Salsha asal.

"Karma. Benar juga. Mungkin itu karma buat lo. Ingat! Hukum karma berlaku bagi siapa saja. Mau dia tua, muda, cewek, cowok, presiden, menteri, pejabat, pemulung, ganteng, cantik, karma itu tetap ada." jelas Aldi panjang lebar. Iqbaal hanya memutar bola matanya tanpa mengindahkan ceramah Aldi.

"Ini dia! Dia selalu ngeyel kalau dibilangin." ucap Salsha menudingkan jari telunjuknya pada Iqbaal.

Opportunity +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang