Part 7

1.1K 103 0
                                    

"Karma. Benar juga. Mungkin itu karma buat lo. Ingat! Hukum karma berlaku bagi siapa saja. Mau dia tua, muda, cewek, cowok, presiden, menteri, pejabat, pemulung, ganteng, cantik, karma itu tetap ada." jelas Aldi panjang lebar. Iqbaal hanya memutar bola matanya tanpa mengindahkan ceramah Aldi.

"Ini dia! Dia selalu ngeyel kalau dibilangin." ucap Salsha menudingkan jari telunjuknya pada Iqbaal.

"Ck!" Iqbaal berdecak lidah. Kesal. "Bukannya bantuin malah mojokin gue!"

"Salah elo sih! Siapa suruh main pelak-peluk Bella segala?" cerocos Salsha. Aldi mengiyakannya dengan anggukan.

"Gue tau, kenapa (namakamu) berubah jadi seperti 'itu'. Mungkin, karena janji lo." lanjut Salsha. Kening Iqbaal mengerut. Janji apa?

"Janji apa?" tanya Iqbaal.

"Elo pernah janji sama (namakamu), gak bakal bikin dia sakit 'lagi'. Mungkin, ia terpengaruh sama ucapan elo. Dan satu lagi! (namakamu) gak suka sama janji yang gak ditepatin!" jelas Salsha panjang lebar. Iqbaal manggut-manggut.

"Nah! Elo nih! Elo orang yang paling gak suka nepatin janji." Lanjut Aldi menoyor pelan kening Iqbaal. "Gitu aja lupa! Pikun!"

"Ck! Kan gue udah bilang berhenti mojokin gue! Niat bantu gak sih?" emosi Iqbaal seakan memuncak naik ke ubun-ubun.

"Lo gak bilang kalau lo lagi butuh." jawab Aldi polos dengan tampang watadosnya. Iqbaal makin emosi. Sepertinya obat Aldi sudah habis ._.v

'Brakk!'

Iqbaal menggebrak meja, sedetik kemudian ia berlalu dari hadapan Aldi dan Salsha yang tengah termangu menatap punggung Iqbaal yang mulai menjauh.

"Jangan jadiin meja ini pelampiasan," Aldi mengelus-elus permukaan meja dengan lembut. "Kasihan.. Sakit." -,-

"Ehh.. Tadi, kamu mau ngomong kan?" tanya Salsha menatap Aldi. Kedua alis Aldi bertaut.

Mencoba mengingat-ingat apa yang telah ia ingin sampaikan.

"Astaga! Aku lupa!" Aldi menepuk jidatnya sendiri. Matanya terbelalak.

"Emangnya ada apa sih?"

'Bruk!'

Iqbaal merebahkan badannya dengan cara yang brutal(?) seharian ini ia sangat lelah dan stress. Ia bimbang. Apakah memang benar rasa Iqbaal pada Bella itu hanya sebatas rasa kasihan?

Entahlah.. Sepertinya seluruh rasa cintanya untuk Bella sudah punah.

Iqbaal meraih ponselnya lalu mengaduk-aduk layarnya.

'Hai! Kamu udah makan belum?'

Begitulah isi pesan singkat Iqbaal untuk (namakamu). Sepersekian menit, (namakamu) belum membalasnya.

'(namakamu) cantik :* balas dong!'

'Aku serius. Kalau kamu balas pesan ini aku bakal bikin kamu bahagia.'

Tiga pesan sudah terkirim. Namun, tidak ada balasannya satupun. Mungkin (namakamu) sedang habis pulsa'-' *yanginibercanda*

'(namakamu). Please maafin aku! Aku tau. Aku banyak salah sama kamu. Tapi, ketahuilah, aku mencoba berubah. Aku gak mau jadi Iqbaal yang dulu.'

"Ck!" Iqbaal berdecak kesal. Sudah berapa kali Iqbaal mengirimkan pesan untuk (namakamu)? Tangannya sudah pegal untuk mengetik kata-kata indah untuk (namakamu) agar (namakamu) memaafkannya. Namun, sepertinya belum berhasil.

'Drtt drtt drtt'

Iqbaal sibuk berpikir sementara ponselnya juga sibuk berteriak-teriak mengumandangkan lagu 'Stuck In The Moment'nya Justin Bieber(baca: pacar Yuni) -,-

'Bella's Calling'

Ia menatap layar ponselnya. Otaknya terus bekerja memikirkan apa yang harus ia lakukan. Mengangkat telepon saja tidak bisa -,- bahkan, ia lupa sejak kapan nama Bella dikontaknya berubah? Sebelumnya nama kontak Bella adalah 'BellBell My Mate' dan sekarang hanya 'Bella' yang terpampang.

'Klik'

"Halo?"
"Ketemuan?"
"Dimana?"
"Oke. Bye!"

'Klik'

Iqbaal segera bangkit dari tidurnya. Dan meraih kunci motor dan helmnya.

"Aku gak mau berbasa-basi," ujar Bella membuka pembicaraan. Iqbaal terhenyak bingung. Apa maksud Bella? Apakah Bella sudah siap dinikahi olehnya? Jangan sampai! Karena itu bisa membuat para readers mengamuk! ._.

"Aku mau ngasih tau sesuatu." ucap Bella. Batin Iqbaal berteriak-beteriak. Memohon dalam hati agar Bella tak mengucapkan 'Orang tua aku ngundang kamu ke rumah aku. Aku mau kenalin kamu sebagai calon suami aku.'

Jangan sampai Bella mengatakan itu! Jangan sampai!

"Berita ini sangat membahagiakan untuk aku dan sepertinya kamu juga." ujar Bella lembut. Tangannya sibuk mengelus-elus perutnya yang rata. Katanya to the point? Tapi kok sekarang malah bertele-tel?

"Kita akan segera nikah. Dan orang tua aku ngundang kamu ke rumah orang tua aku." Ucap Bella mantap.

'Darr!'

Serasa dunia Iqbaal runtuh sekarang juga. Raut wajahnya seketika berubah. Tadi yang hanya biasa-biasa saja dan sekarang wajahnya serasa remuk.

'Apa ini? Ada apa? Aku gak janji sama Bella buat nikahin dia! Bagaimana? Bagaimana aku menjawabnya? Bagaimana dengan (namakamu)? Bagaimana dengan perasaan (namakamu)?' pertanyaan-pertanyaan itu melayang-layang dipikiran Iqbaal.

Opportunity +idr✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang