4. Painful Reality

378 28 249
                                    

Sudah 10 tahun, ya? Tatsu.

Apa kabarmu di sana? Ah, apa kau masih di sana? Atau kau sudah pergi ke dunia lain?

Mungkin jika aku bertemu denganmu lagi, aku bisa menjadi wartawan terkenal saat itu juga, haha.

Aku meraba pohon tua kokoh di depanku. Menempelkan dahiku di sana dan menghembuskan nafas kecil.

Aku tertawa geli dengan sendirinya, ayolah aku mengingat di mana hari saat kita bertemu. Di musim, di bulan, dan di tanggal yang sama dengan saat ini.

Aku terus dan terus memikirkannya, apakah kau masih ingat dari hari kita bertemu? Kuharap begitu.

°°°

Tumit-jempol, tumit-jempol, tumit-jempol...
(A/N: yang pernah nonton spongebob dub-indo harusnya tau 👌😋)

Aku terus mengikuti irama lagu yang terputar di mp3ku yang tersalurkan melalui earphone.

"Kenapa pagi-pagi itu dingin banget, sih?" Keluhku antara kesal dengan masih senang mengikuti irama mp3ku.

"Eh, tapi kenapa aku ngeluh mulu ya? Kan aku mau kurus gimana, sih?" Berbicara sendiri memang terdengar seperti orang ngenes. Tapi, daripada aku ngomong sama tiang.

Melanjutkan lari pagiku dengan bersenandung kecil, seperti tumit-jempol, tumit-jempol, tumit-jempol...

Lagu itu sudah terputar selama aku lari pagi hari ini, atau mungkin sekitar 2 jam kurang lebihnya. "Apakah tuhan tidak memberiku sedikit keberkahan, ya? Aku haus sekali." Gumamku pelan.

Tuhan sepertinya mendengar gumamanku, buktinya aku langsung melihat vending machine di sebelah market kecil itu.

"Demi apa tuhan baik banget? Terhura aing teh, gustiii." Aku mengelap keringatku yang sedari tadi bercucuran dramatis dengan handuk yang kubiarkan di pundakku.

Masukkan koin dan pencet yang ingin kau beli. Hanya semudah itu kau bisa mendapatkan minum yang diinginkan.

Tetapi sangat berbeda denganku. Kau tahu, memilih minuman itu tidak semudah yang kau kira. Sebagai bukti, aku akan menanyakan ke kalian. Mana yang kalian pilih, akua atau aqu-a? Dan jawabanku pasti po cari keringat.

Sebelumnya aku memang tahu tempat ini. Karena ini hanya berjarak 100 meter dari kediamanku. Jika aku berlari pagi, biasanya aku berputar mencari jalan yang lebih lama untuk menuju ke vending machine tersebut. Dan jika aku sudah sampai vending machine, tandanya aku masih punya waktu 30 menit lagi.

Di dekat market ini memang tidak ada kursi untuk diduduki. Jadi, aku harus mencari tempat duduk terlebih dahulu. Aku terbiasa duduk di sekitar pantai sambil melihat orang-orang berseluncur.

Tapi, hari ini aku ingin tempat baru yang lebih menarik dari biasanya. Dan aku sudah menemukannya, meskipun aku belum pernah ke sana-hanya melihatnya dari balkon rumahku.

Aku melangkah pergi dari tempatku membeli minum. Aku ingin mengambil langkah panjang-cepat sebelum dia menyadari kehadiranku.

Ya, aku menghindari seseorang. Bukannya aku membenci orang tersebut, tapi ada alasan tertentu. Rencanaku memang sudah sempurna sebelum seseorang menarik earphoneku.

"Lagu apaan coba?" Tanya pelaku yang melepas kembali salah satu earphoneku dan baru beberapa detik bertengger di telinganya.

"Pedulimu?" Tanya balikku sewot merebut earphoneku di tangannya.

"Aih, ga nontonin Ketua OSIS lagi tuh?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah tangga yang persis di depan market setelah jalan raya-ke pantai lebih tepatnya.

Season's TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang