21. Empat Mayat Gantung

3.6K 57 0
                                    

"Siapakah orang tua berpakaian perlente itu?" tercetus satu pertanyaan dari mulut Suma Bing kepada si maling bintang.

"Dialah Ang Bong-cun, iblis cabul yang paling kenamaan di dunia persilatan."

"Jadi si tua perlente inilah yang telah dipilihnya!"

Di tengah suara pekik kaget dan ketakutan, dua perempuan dan kedua Tosu itu bergegas bangkit dan berlari mengumpat dibelakang si tua perlente itu, wajah mereka pucat pasi. Perlahan si tua perlente berdiri gemetar se-akan2 semangatnya tersedot hilang, matanya termangu, mulut terbuka lebar tanpa mampu mengeluarkan suara.

"Kau ini yang bernama Ang Bong-cun?" suara Rasul penembus dada melengking dingin menusuk hati.
"Ya, itulah Lohu adanya, entah tuan ada petunjuk apa?" sahut Ang Bong-cun gemetar.

Bibir Rasul penembus dada tampak ber-gerak2, agaknya ia tengah menggunakan ilmu Gi-i-coan-seng (suara semut menimbulkan gelombang) untuk bicara dengan orang, orang lain tidak akan mendengar percakapan mereka ini.
Tampak wajah Ang Bong-cun semakin pucat, tubuhnya gemetar dan terhuyung hampir roboh, keringat dingin sebesar kacang menetes deras, bentaknya bengis:
"Siapa kau?"
"Rasul penembus dada menerima perintah ketua kami untuk melaksanakan kematianmu!" suaranya dingin bagai es membuat semua pendengarnya bergidik seram.

Mendadak Ang Bong-cun menggerung keras, kedua tangan disodokkan keras kedepan, langsung ia menggenjot kedada Rasul penembus dada, naga2nya ia sudah nekad untuk gugur bersama. Se-olah2 tidak merasakan ada serangan dahsyat ini, lincah dan seenaknya saja Rasul penembus dada menggerakkan sebelah tangan mengebut, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, tapi tiba2 tubuh Ang Bong cun terpental mundur bagai diterjang kekuatan dahsyat yang tidak terlihat pandangan mata.
Diam2 Suma Bing memuji dan mengurut dada, kepandaian Rasul penembus dada ini benar2 hebat dan mengejutkan.
"Ang Bong-cun,kau tidak akan menyesal menghadapi ajalmu."

Agaknya Ang Bong-cun sudah panik dan nekad, lagi2 kedua tangannya sudah diangkat dan menyerang lagi...

Terlihat sebuah bayangan putih berkelebat cepat dan terus mental balik ketempat asalnya lagi. Lantas disusul terdengar suara jeritan yang mengerikan hati. Tampak dada dan punggung Ang Bong-cun tahu2 sudah berlobang besar, darah segar bagai air mancur menyembur keluar dari lobang lukanya itu. 'Blang!' tubuhnya roboh menumbuk meja.

Adegan pembunuhan yang seram secara terang2an ini benar2 membuat hadirin terhenyak ketakutan ditempat duduk masing2, tubuh mereka gemetar tak henti2nya.

Dimana terlihat bayangan putih berkelebat bagai seekor burung bangau meluncur keluar melalui jendela terus menghilang dikejauhan dalam sekejap mata.

Suma Bing menggerung keras terus mengejar keluar melalui jendela itu.

"Hai Suma Bing gila kau!" seru si maling bintang Si Ban-tjwan. Belum sirap suaranya bayangan Suma Bing sudah menghilang diluar sana.

Maka buncah dan gegerlah seluruh keadaan rumah arak yang tadi begitu sunyi senyap. Ber-ulang2 si maling bintang mem-banting2 kaki, setelah melontarkan sekeping perak dimeja segera iapun mengejar keluar melewati jendela itu.

Sementara itu, begitu tubuh Suma Bing sampai diluar jendela, terlihat setitik putih bagai terbang tengah berloncatan diatas atap rumah dikejauhan sana, jaraknya tidak kurang dari ratusan tombak. Suma Bing me-nyumpah2 dalam hati sampai keujung langit juga akan kukejar sampai dapat! Dalam berpikir itu dengan kecepatan anak panah ia kerahkan seluruh tenaganya mengembangkan ilmu ringan tubuh terus mengejar kedepan seenteng burung walet. Tiba diujung kota diluar sana adalah sebuah hutan lebat. Titik putih itu dalam sekejap sudah menghilang dari jarak pandangannya didalam hutan itu. Tanpa banyak pikir lagi Suma Bing langsung terbang memasuki hutan lebat, terasa cuaca sekelilingnya sangat gelap.

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang