19. Cinta Tidak Mengenal Waktu dan Usia

3.6K 59 4
                                    

Suma Bing sendiri juga merasa terperanjat. Untuk apa Pek-kut Hujin muncul disitu dan pada saat yang tepat lagi dengan bertanda khas panji kecilnya itu. Dulu dalam memperebutkan Pedang berdarah dengan Racun diracun, kalau bukan panji kecil ini muncul secara mendadak dan menggebah pergi ketua Bwe-hwa-hwe, mungkin jiwa Suma Bing sudah lama amblas meninggalkan raganya.

Apa maksud dan tujuan Pek-kut Hujin memperlihatkan jejaknya disini? Pek-kut Hujin pribadi atau muridnya?

Adalah Racun utara Tangbun Lu bukan saja bersifat kejam dan keji, wataknya juga sangat licik, licin dan banyak akal muslihatnya. Begitu melihat Pek-kut-ji muncul, segera ia mundur teratur terus tinggal pergi mencawat ekor tanpa perdulikan orang lain.
Memandang bayangan Racun utara yang lari pontang-panting itu, Suma Bing perdengarkan suara dingin mengejek, terus melanjutkan masuk ketengah barisan.

Semua anggota Bwe-hwa-hwe berdiri terlongong bagai patung ditempat masing2.
Bahwa Pek-kut-ji memperlihatkan diri lagi disaat2 situasi yang menguntungkan pihaknya ini benar2 membuat Ketua Bwe-hwa-hwe gusar, takut dan curiga, setelah sangsi sekian lamanya segera ia berseru lantang kearah rimba sebelah dalam sana:
"Apakah yang datang ini adalah Pek-kut Hujin Lotjianpwe?" — Beruntun dia bertanya tiga kali tanpa mendapat penyahutan semestinya. Lebih besar dan dalam rasa curiga menyelubungi hatinya. Maka segera ia berkata kepada si orang tua yang masih ketinggalan hidup itu:
"Thio-hiangtju, kau cabutlah panji kecil itu!"

Si orang tua yang dipanggil Thio-hiangtju itu kontan pucat pias wajahnya, tapi tak berani dia membangkang perintah ketuanya, maka dengan suara gemetar menyahut:
"Baik, hamba terima perintah!" — mulut mengiakan namun tubuhnya tetap berdiri tanpa bergerak.
Mulut ketua Bwe-hwa-hwe mendehem keras2 dan pandangannya sangat mengancam. Tidak ketinggalan pandangan semua hadirin juga tengah menatap kearah si orang tua ini.
Setelah takut2 dan ragu2 sekian lamanya, akhirnya si orang tua nekad juga berkelebat maju terus mencabut panji diatas pohon itu. Tapi baru saja tangannya menyentuh gagang Pek-kut-ji, seketika ia menjerit seram terus roboh binasa.

Seakan copot nyali Ketua Bwe-hwa-hwe, segera ia berseru nyaring:
"Mundur!" — Maka bayangan berkelebatan dalam sekejap mata saja semua orang sudah merat melarikan diri.
Setelah Suma Bing memporak-porandakan barisan perlawanan Ngo-heng-tin ini baru terlihat Racun diracun berdiri dan angkat tangan memberi hormat serta katanya:
"Aku harus berterima kasih kepada kau!"
"Tidak perlu!" sahut Suma Bing kaku.
"Tapi kau menolong aku sehingga bebas dari kurungan ini."
"Ini sebagai imbalan budi pemberian obatmu tempo hari, dua belah pihak tidak saling berhutang budi, kita seri satu-satu, tentang..."
"Tentang apa?"
"Lain kali kita bertemu lagi, aku sendiri tidak akan lepaskan kau!"
"Mengapa tidak sekarang saja?"

"Apa tuan ingin sekarang juga menyelesaikan perhitungan lama itu?"
"Ya, begitulah."
"Dimana?"
"Disini dan sekarang juga!"
"Tidak bisa"
"Kenapa?"
Tanpa terasa mata Suma Bing melirik kearah Pek-kut-ji sambil menyahut:
"Aku harap kita berpindah ketempat lain"

Racun diracun tertawa ringan, katanya:
"Jadi kau takut pada pemilik panji kecil itu?"
Ucapannya ini menimbulkan rasa congkak Suma Bing, serunya keras:
"Apa yang perlu ditakuti, baiklah, disini juga kita selesaikan urusan kita"
"Silakan kau sebutkan dulu ada berapa banyak perhitungan lama?"
"Pertama kau menggunakan Racun tanpa bayangan membinasakan adik Siang Siau-hun dan tunangannya Li Bun-siang. Perbuatan yang kejam telengas ini kau timpakan pada dua jiwa muda yang tidak berdosa, perhitungan inilah yang harus dibikin beres."
"Ada sangkut paut apa kau dengan peristiwa itu?"
"Semua urusan yang kepergok ditanganku, harus kuurus."

Racun diracun mendengus dingin, jengeknya:
"Suma Bing itu merupakan salah paham. Mengapa kau turut campur, biarkan Siang Siau-hun sendiri yang membereskan?"
"Tidak bisa!" sahut Suma Bing ketus penuh ketegangan.
"Kenapa tidak bisa?"
"Bahwasanya tanpa begebrak, racun jahatmu itu sudah cukup menamatkan jiwa Siang Siau-hun!"
"Dia kekasihmu?"
"Kau tidak perlu tahu."
"Kalau dia ingin menyelesaikan sendiri dan tidak rela kau membantu?"

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang