52. Nenek Kejam yang Suka Membunuh

3K 45 0
                                    

Suma Bing menjadi serba susah, namun dia belum putus asa, desaknya lagi: "Cianpwe sudilah kiranya ikut wanpwe turun gunung..."

"Buyung, sudah puluhan tahun lohu belum pernah meninggalkan gunung ini!"
"Dapatkah dibuat kecualian?"
"Tidak mungkin!"

"Cayhe rela mengorbankan apa saja sebagai penggantian atas jerih payah ini!"
"Penghargaan?"
"Benar, dengan syarat apapun untuk saling tukar!"

"Lohu tiada niat untuk memperebutkan nama lagi, dan tak mau mohon kepada orang lain!"
"Apa cianpwe tak sudi membantu kesukaran ini?"
"Benar!"

Dingin perasaan Suma Bing, katanya apa boleh buat: "Kalau begitu cayhe minta diri." merangkap tangan terus membalik tubuh hendak pergi.
"Nanti dulu!"
"Cianpwe masih ada pertanyaan?"

"Mendadak timbul niatku untuk berkenalan dengan Bwe lim ki tin seperti yang kau sebutkan itu!"
Diam2 Suma Bing membatin: 'orang aneh bertabiat aneh pula.' Cepat2 ia memberi hormat lagi serta ujarnya: "Cayhe mengucapkan banyak terima kasih!"

"Tidak perlu, masih terlalu pagi kau menyatakan terima kasihmu. Kan lohu belum pasti mau memberitahukan cara bagaimana untuk memecahkan barisan itu!"

Suma Bing menjadi gopoh dan mangkel dalam hati, namun apa boleh buat, ujarnya: "Terserah apa yang cianpwe kehendaki, kapan kita berangkat?"
"Sekarang!"
"Kalau begitu, silahkan!"
Se-konyong2 terdengar sebuah seruan yang nyaring melengking: "Losuheng(kakak tua)!"

Mendengar suara ini tergerak hati Suma Bing, suara ini agaknya pernah didengarnya entah dimana. Sebuah bayangan putih berkelebat, tahu2 dalam gubuk itu sudah bertambah
seorang gadis serba putih yang cantik rupawan bak bidadari.
Dia bukan lain adalah Tio Keh siok itu putri Bu-khek Ciangbun Bu khek chiu Tio Leng wa.

Tanpa tertahan Suma Bing berseru kejut. Tibanya Tio Keh siok ini benar diluar dugaannya, sedang panggilan kakak tua itu ternyata ditujukan kepada Si gwa sianjin, ini lebih
mengejutkan hatinya.

Kalau Tio Keh siok dengan Si gwa sianjin ternyata adalah Suheng moay ini benar2 susah dapat dipercaya. Paling banyak usia Tio Keh siok baru duapuluh tahun, sedang Si gwa sianjin
sedikitnya juga sudah mencapai tujuhpuluh tahun, bagaimana bisa mereka belajar dalam satu perguruan? Tokoh macam apa pula guru mereka itu?

"Losuheng!" sekali lagi Tio Keh siok memanggil.
Sorot mata Si gwa sianjin berjelalatan tidak tenang samar2 saja ia mendehem.

Waktu pandangan Tio Keh siok menyapu kearah Suma Bing, kontan dia tersentak kaget bagai disengat kala, wajahnya segera berobah beringas dan merah padam,
makinya sambil tuding Suma Bing: "Suma Bing, akan kubeset kulitmu dan kuhancurkan tubuhmu!"

Suma Bing menyeringai dingin sahutnya: "Menuntut balas bagi Bu Khek sianglo?"

Tio Keh siok mendelik semakin buas, teriaknya: "Suma Bing, kau ini seekor anjing yang rendah, sedemikian kejam kau menggunakan tanganmu memusnahkan seluruh Bu Khek
po!"

Suma Bing sudah paham apa yang dimaksud oleh lawan sahutnya dingin: "Nona Tio, sudikah kau dengar beberapa patah perkataanku?"
"Tidak sudi, aku hanya hendak membunuhmu!"
"Hal itu mungkin susah terlaksana!"

Sambil menggerung keras Tio Keh siok melesat maju menggerakkan tangan secepat kilat, pukulannya mengurung seluruh tubuh Suma Bing. Kekuatan pukulan ini bukan olah2
dahsyatnya, apalagi dilancarkan dalam nafsu kebencian yang me-nyala2.

Suma Bing berkelebat sebat sekali bagai belut, dengan lincah dan tepat serta indah sekali ia hindarkan diri dari serangan lawan berbareng tubuhnya melesat keluar sampai diluar gubuk. Tio Keh siok memekik gusar sambil mengejar keluar pintu.

Yang mengherankan ternyata Si gwa sianjin masih tetap duduk ditempatnya tanpa bergerak atau bergeming, serta tidak juga mengeluarkan suara.

Sedemikian dahsyat dan hebat pertempuran dua tokoh silat tinggi yang sudah mencapai kesempurnaan kepandaiannya.
Suma Bing bermaksud memberi penjelasan secara terang, maka dia tidak mau melukai lawan, maka setiap jurus gerak serangannya pasti mempunyai perhitungannya sendiri.

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang