8. Si Maling Bintang Membuka Tabir Rahasia

4.5K 64 0
                                    

Dalam pikiran tengah melayang2 itu, akhirnya sorot matanya menatap ketubuh Siang Siau-hun yang terlentang pingsan ditanah.

Tampak kedua matanya yang bundar itu tertutup rapat wajahnya pucat ke-hijau2an kaki tangannya mulai berkelejetan. Sejenak ia berkerut alis, lalu menghampiri dan berjongkok disampingnya, membalikkan tubuhnya hingga tengkurap lalu diulurkan tangannya tepat menempel di jalan darah Bing-bun-hiat, Kiu-yang-sin-kang mulai disalurkan.

Untuk pengobatan memang Kiu-yang-sin-kang sangat mujarab seumpama dapat menghidupkan orang mati- Akan tetapi orang yang mengobati sendiri pasti banyak kehilangan tenaga, selama lima tahun tak mungkin dia bisa berkelahi dengan orang lain. Justru sekarang Siang Siau-hun terluka oleh hawa dingin Hian-inkang. Kiu-yang-sin-kang merupakan satu2nya lawan pemunah dan adanya teori berlawanan antara panas dingin ini, Suma Bing tidak perlu lagi menge­rahkan tenaganya sedemikian besar, untuk menolong jiwa Siang Siau-liun, boleh dikata hanya sekali jamah saja su­dahlah cukup!

Air muka Siang Siau-hun berobah kuning lalu lama kelamaan bersemu merah, napasnyapun mulai lancar dan ter­atur. Setengah jam kemudian, mulut kecil Siang Siau-hun mengeluh lirih terus siuman kembali- Per-lahan2 Suma Bing-pun menarik tangannya.

Bergegas Siang Siau-hun membalik tubuh dan duduk diatas tanah, dengan rasa benci yang me-nyala2 ia bertanya. "Mana bocah berbisa itu?"

"Sudah pergi."

"Suma-siangkong...."

"Ada urusan apa?"

"Kau.... untuk aku, kau terkena racun Pek-jit-kui, kau....kau hanya dapat hidup seratus hari lagi...."

Suma Bing tertawa pahit, sahutnya.: , Nona tidak perlu kuatir akan hal itu.'"

Suma Siangkong, kalau kau berkata begitu, matipun aku tidak tentram."

"Nona Siang, selamat bertemu, selama hajat masih dikandung badan pasti aku akan melaksanakan janjiku itu, untuk menemukan sipenyebar Racun tanpa bayangan itu. Ta­pi dapat atau tidak terlaksana, susahlah dikatakan."

"Tidak, kau tidak boleh pergi"

"Aku, tidak boleh pergi, mengapa?"

Sahut Siang Siau-hun penuh perasaan haru, "Aku akan selalu mengiringi kau selama seratus hari ini- Dalam jangka seratus harini kita mencari tabib ternama untuk memunah­kan racun yang mengeram dalam tubuhmu."

Suma Bing tertawa kecut, ujarnya, "Apa kau tidak de­ngar Tangbun Yu mengatakan bahwa racunnya itu tiada seorangpun yang mampu memunahkan?"

"Tapi aku ingin bersama kau dalam seratus harini."

"Mengapa? "

Merah jengah selebar wajah Siang Siau-hun. achirnya sahutnya tegas, "Sebab aku cinta padamu, aku ingin ber­samamu sampai akhir hidupmu."

Ucapan ini benar2 diluar dugaan Suma Bing, sekian lama ia tertegun lantas katanya: ,-Nona Siang, tapi aku tidak mempunyai maksud demikian."

Berobah wajah Siang Siau-hun, airmata meleleh semakin deras hingga kedua matanya merah, katanya gemetar, "Ya. memang kau takkan mencintai aku, tapi, aku cinta kau bukankah beres...."

"Bukankah tujuan nona hanya untuk menghibur hidupku yang takkan lama lagi ini?"

Siang Siau-hun menggigit bibir, sahutnya, "Aku tidak menyangkal ada sebab itu, tapi sejak pertama kali aku meli­hatmu, aku.... aku sudah tertarik olehmu"

Tersirap darah Suma Bing....

"Suma Siangkong ijinkanlah aku memanggilmu Bing-ko. dalam, seratus harini, segala milikku kupersembahkan kepa­damu. Tapi, aku harap kau jangan lantas anggap aku se­bagai wanita rendah yang tak bermartabat, seratus hari kemudian. Aku akan bunuh diri...." — airmata meleleh membasahi kedua pipinya-Suma Bing terperanjat hingga mundur satu langkah, serunya tergetar, "Nona Siang, selamanya Suma Bing akan berterima kasih akan rasa cintamu, tapi aku tidak dapat menerima cara perbuatanmu itu."

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang