24. Nasib Sial Pembawa Keberuntungan

3.2K 58 1
                                    

Sebat sekali Siang Siau-hun melejit maju kedepan Racun diracun langsung ia tamparkan sebuah tangannya mengarah dada lawan sambil memaki gemas:
"Aku inginkan jiwamu."

"Nona, goblok, jangan, beracun..." si maling bintang Si Ban-tjwan berteriak gugup dan berjingkrak kalang kabut.

Meskipun si maling bintang Si Ban-tjwan sudah berusaha mencegah tapi sudah terlambat telapak tangan Siang Siau-hun sudah menekan tiba didada Racun diracun.

"Blang" Racun diracun tersurut mundur tiga langkah darah segera meleleh dari ujung bibirnya.

Seketika si maling bintang Si Ban-tjwan terhenyak heran.
Siang Siau-hun sendiri juga tertegun dan kesima ditempatnya.
Bahwa dengan kekuatan Siang Siau-hun dapat sekali pukul membuat Racun diracun muntah darah, kejadian ini benar2 susah dimengerti dan agaknya tak mungkin terjadi, tapi toh kenyataan.

Racun diracun tidak berkelit atau menyingkir, mandah saja dipukul tanpa mengerahkan tenaga atau balas menyerang, mengapa?
"Racun!" — tiba2 si maling bintang Si Ban-tjwan berpekik kaget. Sontak Siang Siau-hun juga mendadak sadar dari kagetnya. Benar juga, lengan kanannya itu sudah membengkak berwarna merah kehitaman besar dan linu tanpa dapat digerakkan lagi.
Racun diracun mengayun sebelah tangannya berkata kepada si maling bintang Si Ban tjwan:
"Inilah obat pemunahnya, ambillah!"
Cepat2 si maling bintang Si Ban-tjwan meraih obat itu kedalam tangannya. Walaupun luas pengalamannya dikalangan Kangouw, tak urung dia heran dan bertanya2 tak dapat menyelami sebab dari kejadian semua ini. Mengapa Racun diracun bisa mengeluarkan obatnya?

Setelah melemparkan obatnya, Racun diracun melejit terbang menghilang, kecepatan gerak tubuhnya itu benar2 membuat orang merasa kagum, hanya dua kali berkelebat bayangannya sudah menghilang dari pandangan mata. Biasanya si maling bintang paling membanggakan akan ilmu ringan tubuhnya, kalau dibandingkan dengan apa yang disaksikan sekarang ini, diam2 ia menghela napas mengakui keunggulan orang.
Siang Siau-hun hampir tidak percaya dengan kenyataan ini, tanyanya:
"Lo-cianpwe, mengapa iblis laknat ini bisa berbuat begitu?"
Si maling bintang tertawa pahit, sahutnya sambil menggeleng: "Aku si maling tua juga tidak mengerti latar belakangnya, paling perlu kau segera telan obat pemunah ini."
"Tidak mau."
"Ha, mengapa?"
"Dendamku sedalam lautan, mana boleh aku menerima obatnya..."
"Apa kau sudah bosan hidup?"

Pertanyaan ini membuat jantung Siang Siau-hun melonjak berdenyutan, rona wajahnya berobah tak menentu sahutnya:
"Tapi aku bersumpah untuk membunuhnya?"
"Itu lain persoalan, paling penting kau makan dulu obat ini."
"Apa aku dapat mempercayai obatnya itu?"
"Pasti dapat dipercaya, dengan Lwekang dan kepandaian Racun diracun, bila dia mau mencabut jiwamu segampang membalikkan tangan. Aku si maling tua juga belum tentu dapat selamat. Tapi kenyataan bahwa dia mandah saja kau pukul sampai muntah darah tanpa membalas, hal ini tentu ada latar belakangnya yang susah dimengerti, kau kena racun karena tanganmu menyentuh badannya, kalau dia mengandung maksud jahat, buat apa dia berbuat demikian ini, maka legakanlah hatimu, marilah kau telan obat ini"

Apa boleh buat akhirnya Siang Siau-hun terima juga obat pemunah itu terus ditelan kedalam mulut. Sebentar saja rasa linu dan bengkak itu mulai hilang tak membekas.
"Nona baik, mari kita pergi!"
"Tapi engkoh Bing...?" merah mata Siang Siau-hun hampir menangis, berat rasanya untuk tinggal pergi.
"Orang baik tentu akan mendapat restu tuhan, kalau seumpama memang dia sudah menemui ajalnya didasar jurang, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah nenuntut balas bagi kematiannya itu."
"Menuntut balas... benar, tapi bagaimana jenazahnya..."
"Nona, bodoh, kau tidak perlu berputus asa, sedemikian luhur hatimu, seumpama meninggal juga Suma Bing akan meram. Lembah kematian merupakan salah satu tempat keramat dan bertuah bagi kaum persilatan, manusia siapa pun takkan dapat berkuasa menentang nasib ilahi..." - bicara sampai disini si maling bintang merandek sebentar lalu katanya pula:
"Nona baik, sedemikian besar rasa cintamu kepadanya, maka kau harus mewakilinya melaksanakan cita2nya yang belum selesai dicapainya!"

Pedang Darah Bunga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang