Tim Author: Hora ^^
Dunia kini dipenuhi hal-hal membosankan, berbagai macam tindak kriminal, dan tekanan. Tak heran banyak orang yang melarikan diri dari dunia ini, mencari pelampiasan atas kebahagiaan yang tak pernah terwujud. Untuk beberapa orang...
"Tapi aku masih kurang paham tentang kemampuanmu itu, lho? Cara kerjanya gimana?" tanyanya seraya menyeka air mata yang berlinang sebab tawa tadi.
"Oh, yang itu... Gimana jelasinnya, ya? Ya, mungkin singkatnya begini...." Aku menengadah sejenak, berusaha merangkai kalimat di pikiranku. Kalimat-kalimat ringan yang mudah dipahami oleh kalangan remaja labil sepertinya.
"Ah, kau tau langkah-langkah menggambar, kan? Sebelum mulai, kita perlu membuat kerangka la..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tertegun menyaksikan fenomena mistis yang muncul dari balik ruang dekat kamar mandi. Penampakan tak asing berjaket merah dengan rambut biru terurai yang masih setengah basah.
"Doushita no, Hora-kun? (Ada apa, Hora-kun?)" Ia kibaskan tangannya ke wajahku, menghilangkan fokus ke sosok mengerikan tadi.
"Eh, ti-tidak bukan apa-apa! A-Aku ambil jus sebentar." Aku menggeleng lalu beranjak kembali ke kotak pendingin. Kuperhatikan ruang itu sejenak, barangkali sosok itu kembali sehingga dapat kuabadikan namun sosok tadi tak pernah muncul kembali, membuatku bingung dan menganggap hanya imajinasi. Kubuka kotak pendingin hingga mencuat aroma khas freon dan sensasi sejuk yang langsung membanjiri tubuhku. Hamparan salju yang sedikit menggunung hasil evaporasi di permukaan evaporator menjadi pemandangan indah di malam yang kacau ini, rasanya aku ingin segera mengerok salju yang timbul.
"Apa ada soal yang sulit lagi, Minami-chan?" Aku datang menghampirinya yang masih sibuk dengan 'Sinar Akhirat'-nya seraya membawa sebotol besar 'Guavita' dan sepasang gelas sedang lalu meletakkannya.
"Ya, umm...." Ia hanya mengangguk tanpa memerhatikanku sedikitpun.
"Jangan terlalu memaksakan diri, ya!" Kuteguk segelas 'Guavita' yang telah kutuang sebelumnya. Rasa segar dan sensasi dingin saling bersahutan dalam mulut hangatku hingga kuteguk habis seluruhnya. Tanpa sadar, aku memerhatikan setiap guratan yang ia torehkan di kertas suci itu meski kadang berhenti, namun ia tetap berusaha fokus menulis kembali. Selagi menikmati wajah serius manisnya, kutuang dan kuteguk kembali 'Guavita' kandidat minuman terfavorit pilihanku. Namun ....