Bagian 8•Gue Zandi

489 48 0
                                    

Seorang gadis cantik bertubuh mungil itu baru saja mengerjapkan mata, Ia merentangkan tangannya lebar setelah bangun dari tidurnya.

"Lo udah bangun? Gue kira lo mati."

Fyi!

Sambutan di pagi yang cerah ini.

Kalimat itu bukan seperti pertanyaan, namun seperti alarm bagi Amanda yang baru saja sadar bahwa ia tidak lagi bersama keluarganya.

"Kok ki-kita ada disini? Kita a-ada dimana?" tanya Amanda ketakutan. Tanganya refleks menarik selimut hingga sebatas dada dan perlahan menarik tubuhnya menempel pada sandaran kasur.

"Homestay, gue."

Mendengar hal itu membuat pandangan Amanda kabur, lalu sedetik kemudian semuanya menjadi gelap. Sedangkan si cowok yang menyaksikan gadis dihadapannya terkulai pingsan segera membenarkan posisi tubuhnya dengan benar, meskipun tetap diiringi dengan sumpah serapah yang berkali-kali ia ucapkan.

Beberapa menit setelah Amanda pingsan, gadis itu mulai kembali pada kesadarannya. Namun langit di luar sana tidak lagi menunjukan warna biru muda ataupun jingga, melainkan warna galap gulita yang berarti hari sudah malam.

"Siapa cowok itu? Dia udah nyelamatin aku dua kali. Dan aku bahkan belum melihat wajahnya." ucap gadis itu pada dirinya sendiri.

"Jangan-jangan dia penculik cewek. Terus organ tubuhnya dijual?" lagi-lagi Amanda berbicara sendiri.

"Papa, Mama-ishk, ishk" panggilnya pelan, "Amanda takut"

"Gue gak demen nyulik anak orang." seorang cowok berkacamata hitam masuk ke dalam kamar, cowok itu tidak lagi mengenakan masker.

"Ta-tapi," jawab Amanda gagu.

cowok itu berjalan menuju tepi kasur dengan membawa sebuah nampan berisi makanan, "ini. Lo makan! Terus abis itu tidur!" perintahnya datar.

"Manda pengen pulang," gadis itu berkata lirih, air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Besok, abis subuh gue anter lo ke gunung bromo" balas cowok itu yang mendengar lirihan Amanda.

"Kok ke gunung bromo?" tanya Amanda polos.

"Gue nemu lo di gunung Bromo. Berarti gue balikin di gunung Bromo"

"Nanti kalau enggak ketemu papa, mama dan bang Ali gimana?"

"Jangan kayak orang susah! Lo cari keluarga lo pake GPS"

Amanda berpikir sejenak, mencari abangnya melalui GPS memang bisa? apalagi ini bukan kota tempat ia tinggal? , pikir Amanda. "Emang ada?"

"Ya mana gue tau" sahut cowok itu ketus.

"Oh, atau kamu kenal abang aku enggak? Muhammad Raly Husen?"

"Mana gue tau."

"Coba sini pinjem ponsel kamu" tanpa menunggu jawaban si pemilik ponsel, Amanda meraih ponsel canggih di saku baju si cowok. "Maaf, ya."

Lalu ia menunjukan sebuah akun milik abangnya, dan menunjukannya, "ini abang aku? Kamu udah mengikuti akunnya kok"

Si cowok mengernyitkan dahi menatap akun sosial media milik seseorang yang sangat ia kenal, @m.ralyali

"lo adiknya bang Ali?"

Dalam sekejap, mata Amanda berbinar mendengar pernyataan itu. Pernyataan bahwa cowok dihadapannya ini kenal dengan abangnya. "Kamu tau abang aku?"

KAMUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt