Seorang gadis duduk di ruang tamu sambil memainkan ponsel ditangannya. Amanda duduk dengan santai sambil membaca majalah gadis di meja yang sudah disediakan oleh pihak penginapan. Ia beralih menatap Zandi yang sedang duduk di hadapannya sambil mengikat tali sepatu, "Kakak gak sarapan dulu?" Zandi hanya ber- Oh-ria menanggapi ucapan gadis itu lalu masuk kembali ke kamar yang ditempati. Tak lama setelah itu, Zandi kembali dengan membawa tas ransel berukuran besar di punggungnya. "Itu tas milik kamu?" tanya Amanda polos."Bukan!" sahut Zandi asal, "lo gendong tas gue kuat kan sampe rumah lo?"
"Kenapa harus aku? Emang kita pulang pakai apa?"
"Motor lah,"
"Motor? Tapi aku enggak ada helm, nanti kalau kena tilang sama polisi gimana?"
"gue kasih lo ke polisi buat jaminan." papar Zandi, ketus memang. "kuat gak? ato lo pulang naik bus aja."
Amanda menatap cowok dihadapannya dengan tidak percaya, "Na-Naik Bus? kamu tega?"
"jaman udah 2018. TEGA mah TEGA aja, gak perlu pandang cewek-cowok. lo juga bukan siapa-siapa gue" kata Zandi sakartis, "gue gak bakal rugi nyerahin ke polisi buat jaminan surat tilang."
"Ada di teras, gue beli semalem buat lo!" Kata Zandi sebelum berlalu menuju motor besarnya.
"Terimakasih," ucap Amanda sambil tersenyum tipis, ia terlalu takut menghadapi karakter Zandi yang tidak bisa di tebak. Sepanjang perjalanan Amanda hanya bisa berdoa dan memohon dalam hatinya agar ia masih di berikan kesempatan untuk bertemu dengan keluarga nya, mengingat cara bermotor Zandi yang seperti orang " kesurupan setan". Rasanya setiap tikungan tajam di pegunungan ini semakin membuat bulu kudu gadis itu merinding. Amanda semakin menggenggam jaket kulit milik Zandi dengan erat, "emang harus ya pakai kecepatan tinggi kayak gini?"
Zandi tidak menjawab apa yang di ucapkan oleh gadis dibelakangnya itu, ia hanya merasakan seseorang meremas sisi jaket kulitnya dengan sangat erat. Dengan pandangan fokus ke depan, tangan kiri Zandi meraih telapak tangan Amanda dan meletakannya di perut. Sedangkan Amanda yang merasa diperlakukan seperti itu hanya mampu terdiam tanpa kata karena posisi tangan Amanda tidak lagi meremas sisi jaket kulit milik Zandi melainkan berubah menjadi memeluknya.
📖📖📖
"Abang, kenapa masih tidak ada kabar tentang Zya" Rayna mendesah pelan, sudah hampir 2×24 jam keberadaan putri bungsunya hilang.
Ali memeluk Rayna dengan sayang,"Sabar ya, Ma."
"Bunda yang sabar ya," ucap Meme,"Meme antar Bunda ke kamar ya, Bunda istirahat. Jaga kesehatan"
Setiap Ibu pasti akan merasa cemas ketika anak gadisnya hilang tanpa satu orangpun mengetahui keberadaannya saat ini. itulah yang dirasakan oleh Rayna sebagai seorang Ibu. Butuh cukup banyak waktu untuk Ali dan Meme membujuk dan merayu wanita cantik itu agar mau mengistirahatkan tubuhnya walau hanya satu jam saja, sejak hilangnya Amanda, tidak ada hal lai yang bisa dilakukan Rayna selain menangisi kehilangan putrinya. Wanita itu benar-benar kehilangan semangat hidupnya. "Mama istirahat gih, biar Ali sama Papa yang memantau perkembangan kasus ini" ucap Papa Husen
ting... tong..
ting..tong..."Biar Ali yang buka pintunya," Ali bangkit dari kursi lalu berjalan ke arah pintu utama "Zandi? Tumben main ke-" pandangan Ali beralih ke wanita di samping Zandi,"Zy?!!?" Ali segera memeluk adiknya erat, perasaan lega sudah menguasai hatinya. Ia terlalu takut untuk kehilangan adik yang selalu menjadi kebanggaannya,"kamu kenapa bisa dateng sama Zandi?"
DU LIEST GERADE
KAMU
Teen FictionAmanda Anezya. Polos, baik, suka menolong, pintar dan selalu menjadi kebanggaan semua orang di sekolah, sahabat serta keluarganya. Gadis yang bisa dibilang sedikit KUPER (kurang pergaulan) ini tidak pernah menjadikan kekurangan dalam dirinya hambata...