Bagian 15• Malaikat tanpa Sayap

341 34 0
                                    

"Makasih ya, bu Ayu." Amanda tersenyum ramah pada pemilik warung jajanan ringan yang terletak tidak jauh dari gerbang sekolah.

"Sama-sama, cantik." balasnya ramah. Bu Ayu sendiri memang tergolong pemilik warung jaman now. Selain penampilannya yang seperti anak-anak muda jaman sekarang, gaya bahasanya pun selalu mengikuti trending yang sedang ramai dikalangan jaman sekarang.

Amanda memasukan satu-persatu minuman berkaleng ke dalam kantong plastik sebelum ia kembali menemui Meme di dalam kelas. Namun saat hendak meninggalkan warung bu Ayu, Amanda merasa ada keributan yang terjadi di lahan kosong samping sekolah. Lebih tepatnya pas dibelakang warung bu Ayu.

"Bu Ayu."

"Iya, Cantik. Dapa? Mau nambah minuman lagi? Gapapa ayo, sini, bu Ayu kasih Sale." cerosos bu Ayu.

"Bu Ayu, denger ada keributan enggak sih?" Amanda memastikan. "sorak-sorak dukungan, rintihan, kayak tawuran gitu."

"Oh, itu, Nduk. Itu udah jadi agenda harian dari siswa-siswa berandal." ucap bu Ayu santai. Seakan-akan aksi tawuran itu sudah menjadi hal yang biasa.

Amanda menatap reaksi bu Ayu dengan tidak percaya."dan bu Ayu enggak merasa takut gitu?"

"Lah! kenapa bu Ayu harus takut. Selama itu ndak mengganggu kenyamanan loyal customers bu Ayu, jadi It's okay, Nduk-" ucap bu Ayu memberikan komentar, "Mau tawuran di jalanan kek, di belakang warung bu Ayu kek, di manapun kek. Yang bonyok situ, biar jadi urusan situ sendiri lah kalau misal ada apa-apa nya."

"Tapi, bu Ayu. Misalnya aksi mereka ketahuan polisi, bu Ayu pasti bakalan ikut terseret hukum karena ibu adalah saksi tunggal yang tau kejadian itu dan-" Amanda menggantungkan ucapanya, "mungkin ibu juga akan dihukum. Karena sudah membiarkan aksi tawuran itu terjadi."

Setelah mendengar pernyataan dari Amanda, ekspresi bu Ayu langsung berubah menjadi takut. Hatinya ketar-ketir tidak karuan, takut jika omongan gadis cantik itu ada benarnya. " yang bener, Nduk? Emang kudu begitu ya?"

"Iya. Bu Ayu. Maka dari itu kita harus hentikan sekarang. Kalau enggak pasti bakalan makin runyam."

"Eh-Anu." ucap bu Ayu gusar. "Yaudah, Ayo. Bu Ayu jadi takut sendiri."

Setelah membujuk bu Ayu dengan berbagai cara, akhirnya mereka berdua berjalan menuju belakang warung bu Ayu. Tepat seperti dugaan Amanda sebelumnya, tanah kosong yang berada di samping sekolah ini memang sudah terlihat ramai akan aksi tawuran antara dua pihak sekolah yang berbeda. Beberapa dari mereka memang ada yang saling adu kekuatan dengan berkelahi dan sisanya hanya bertepuk-tepuk sebagai supporter. Amanda menatap aksi tawuran antar pelajar itu dari balik pohon besar yang berjarak sekitar dua meter.

"Bagaimana kita bisa misahin mereka, Nduk?" ucap bu Ayu sedikit panik. "Beberapa dari siswa itu aja udah banyak yang luka-luka."

Amanda memincingkan matanya menatap seseorang yang sangat ia kenal sedang berkelahi dengan hebat. Rasa ego dan harga diri yang tinggi membuat mereka tidak ingin jatuh dan menyerah. Amanda harus benar-benar berusaha mencari ide untuk menghentikan aksi tawuran ini.

Setelah menemukan ide untuk menghentikan aksi aksi tawuran itu, Amanda memasukan telapak tangannya berniat mencari benda benda pipih itu. Namun rupanya dewi keberuntungan tidak sedang berpihak padanya, Amanda lupa membawa ponselnya itu.

"Ya Allah." desah Amanda. "Bu Ayu punya ponsel?"

"Lho ya jelas punya. Nduk." ucap bu Ayu dengan bangga.

"Ada akses jaringan internetnya?"

"Ada kok. Emang kenapa toh, Nduk?"

"Boleh Amanda pinjam?" ucap Amanda. Ia mengulurkan telapak tangannya pada bu Ayu.

KAMUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt